Waduk Pacal yang terletak di Desa Kedungsumber, Kecamatan Temayang, Kabupaten Bojonegoro, bukan hanya sekadar tempat penampungan air. Bendungan tua ini merupakan saksi bisu pembangunan era Hindia Belanda yang hingga kini masih menjadi bagian penting kehidupan masyarakat Bojonegoro.
Meski usianya hampir satu abad, Waduk Pacal tetap kokoh dan memiliki daya tarik ganda, yaitu sebagai contoh awal teknologi bendungan beton di Indonesia, sekaligus sebagai penopang utama irigasi pertanian setempat.
Bagi warga, Waduk Pacal adalah simbol kemakmuran air yang menopang kehidupan sehari-hari. Sedangkan bagi wisatawan, kawasan ini menyuguhkan panorama alam Bojonegoro yang alami dan autentik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejarah Waduk Pacal
Dalam artikel "Pembangunan dan Pengaruh Waduk Pacal Terhadap Pertanian Masyarakat Kabupaten Bojonegoro Tahun 1927-2000" (Nasrullah, 2014), dijelaskan pembangunan Waduk Pacal merupakan respons pemerintah kolonial Hindia Belanda terhadap krisis pangan berkepanjangan yang terjadi pada awal abad ke-20.
Kabupaten Bojonegoro saat itu mengalami gagal panen dan kekeringan ekstrem, terutama pada tahun 1905-1906. Hanya sekitar 12% lahan pertanian yang terairi, sementara bantuan darurat kolonial terbukti tidak mampu mengatasi persoalan secara menyeluruh.
Waduk Pacal Bojonegoro Foto: Budi Sugiharto |
Awalnya, Belanda merencanakan Skema Lembah Sungai Bengawan Solo, namun rencana tersebut dibatalkan karena biaya mahal dan kebutuhan teknologi pompa yang tidak efisien.
Akhirnya, dipilihlah pembangunan waduk besar dengan membendung Sungai Pacal di wilayah Temayang. Bendungan ini dinilai lebih efektif, mampu menampung air dalam jumlah besar, dan menyediakan solusi jangka panjang bagi wilayah pertanian Bojonegoro.
Pembangunan waduk dimulai pada 1927 dan rampung pada 1933. Sejak saat itu, Waduk Pacal menjadi jantung sistem irigasi yang membantu meningkatkan produktivitas pertanian warga hingga sekarang.
Jam Operasional dan Harga Tiket Masuk
Waduk Pacal terbuka untuk umum selama 24 jam. Meskipun demikian, aktivitas wisata dianjurkan dilakukan pada pagi hingga sore hari untuk keamanan dan kejelasan medan.
Harga tiket masuk sangat terjangkau, berkisar Rp 5.000-Rp 10.000 per orang. Biaya parkir disesuaikan jenis kendaraan, dan beberapa tarif sudah termasuk asuransi pengunjung. Pada hari libur besar, harga dapat sedikit berbeda mengikuti kebijakan pengelola local.
Akses Menuju Waduk Pacal
Akses menuju Waduk Pacal terbilang mudah karena lokasinya berada di jalur utama yang menghubungkan Bojonegoro dan Nganjuk. Wisatawan dapat mencapai kawasan waduk dengan kendaraan pribadi melalui jalan beraspal yang relatif mulus.
Dari pusat kota Bojonegoro, wisatawan bisa memilih jalur ke selatan menuju Kecamatan Temayang. Perjalanan menuju Waduk Pacal memakan waktu sekitar satu jam dengan kondisi jalan yang mulus.
Pengunjung dapat naik angkutan umum atau bus jurusan Bojonegoro-Nganjuk. Kemudia turun di pertigaan Waduk Pacal, lalu lanjutkan berjalan kaki sekitar 1-2 km menuju gerbang utama waduk.
Sepanjang perjalanan, wisatawan akan disuguhi pemandangan khas Pegunungan Kendeng. Tidak berhenti di sana, hamparan Hutan Jati juga akan memberikan suasana teduh dan sejuk.
Pilihan Aktivitas Wisata dan Fasilitas
Sebagai destinasi wisata alam, Waduk Pacal menawarkan beragam aktivitas yang menggabungkan rekreasi air, panorama perbukitan, dan nilai sejarah bangunan waduk. Berbagai fasilitas dasar juga tersedia untuk menunjang kenyamanan pengunjung selama menikmati kawasan ini.
1. Susur Waduk dengan Perahu
Pengunjung dapat menyewa perahu tradisional untuk berkeliling perairan waduk. Biaya sewa cukup terjangkau, yakni sekitar Rp 10.000-Rp 20.000 per orang, tergantung jarak dan kesepakatan.
Waduk Pacal Bojonegoro Foto: Budi Sugiharto |
2. Memancing
Waduk Pacal menjadi spot favorit bagi para pemancing. Banyak titik di tepi waduk yang rindang, tapi ada pula pilihan menyewa perahu untuk mencari posisi terbaik di tengah waduk.
Suasana di Waduk Pacal Bojonegoro Foto: Ainur Rofiq |
3. Piknik dan Bersantai
Area sekitar tanggul dan pepohonan rindang cocok untuk piknik santai bersama keluarga. Udara sejuk dan pemandangan perbukitan membuat suasana semakin menenangkan.
4. Kuliner Khas Lokal
Deretan warung sederhana di sekitar lokasi menawarkan menu ikan air tawar seperti nila, lele, hingga wader goreng. Beberapa warung juga menyediakan nasi jagung khas Bojonegoro.
Foto: Ainur Rofiq |
5. Wisata Sejarah
Bendungan beton Waduk Pacal merupakan contoh konstruksi kolonial yang dibangun pada masa krisis Malaise (1927-1933). Struktur bangunan yang kokoh menjadi daya tarik tersendiri bagi pencinta sejarah dan rekayasa bangunan. Fasilitas parkir, warung makan, toilet, dan spot foto turut melengkapi kenyamanan wisatawan.
Selain sebagai destinasi wisata, Waduk Pacal memiliki nilai edukasi tinggi, terutama bagi pelajar dan mahasiswa yang tertarik mempelajari sejarah kolonial, ekosistem waduk, hingga manajemen sumber daya air. Beberapa lembaga pendidikan kerap mengadakan penelitian atau kunjungan lapangan ke wilayah ini.
Keberadaan Waduk Pacal juga penting untuk konservasi air dan habitat ikan air tawar. Masyarakat sekitar berperan besar dalam menjaga ekosistem waduk agar tetap lestari dan tidak tercemar.
Artikel ini ditulis Fadya Majida Az-Zahra, peserta magang PRIMA Kemenag di detikcom.
(ihc/irb)















































