Telaga Rambut Monte di Blitar, Keindahan Alam yang Sarat Legenda

Telaga Rambut Monte di Blitar, Keindahan Alam yang Sarat Legenda

Muhammad Faishal Haq - detikJatim
Kamis, 04 Des 2025 04:00 WIB
Telaga Rambut Monte di Blitar, Keindahan Alam yang Sarat Legenda
Wisata Rambut Monte. Foto: Erliana Riady/detikJatim
Blitar -

Telaga kecil berair jernih yang dihimpit pepohonan pinus menyambut setiap pengunjung begitu memasuki kawasan Telaga Rambut Monte di Desa Krisik, Kecamatan Gandusari, Kabupaten Blitar.

Permukaannya kadang tampak biru-toska, kadang bening seperti kaca, mengikuti pantulan cahaya dan rimbunnya pepohonan di sekelilingnya. Meski ukurannya tidak terlalu besar, tempat ini bukan hanya sekadar destinasi wisata alam.

Rambut Monte adalah ruang pertemuan antara sejarah, kepercayaan lokal, dan ekologi yang terjaga oleh berbagai larangan adat. Di bawah keheningan telaga, hidup ratusan ikan yang oleh masyarakat disebut ikan sengkaring atau ikan dewa.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ikan-ikan ini dianggap keramat-menangkap atau menyakitinya dipercaya dapat mendatangkan petaka. Aturan adat inilah yang menurut warga dan sejumlah peneliti, justru menjadi benteng ekologis yang menjaga kelestarian telaga selama puluhan tahun.

Selain keindahan alamnya, Rambut Monte juga dikenal melalui keberadaan situs candi di atas telaga yang memiliki relief raksasa berambut gimbal. Relief inilah yang kemudian dikaitkan dengan sosok legenda Mbah Monte atau Ratu Baka, figur sentral dalam cerita rakyat setempat.

ADVERTISEMENT

Kombinasi antara situs arkeologi, mata air, tradisi, dan folklor menjadikan Rambut Monte sebagai destinasi yang menarik untuk dikaji tidak hanya sebagai tempat wisata, tetapi juga sebagai ruang penelitian budaya dan konservasi.

Mata Air dan Ikan Sengkaring yang Dikeramatkan

Keunikan utama Telaga Rambut Monte terletak pada mata air yang muncul tepat di pusat telaga. Sumber air ini membuat warna telaga berubah-ubah-mulai dari hijau pekat akibat pantulan pepohonan, hingga biru jernih yang memukau.

candi rambut monteTelaga rambut monte Foto: Erliana Riady

Ikan sengkaring (genus Tor / Neolissochilus) menjadi penghuni utama telaga. Dalam kepercayaan warga, ikan ini bukan sekadar ikan biasa. Sebagian masyarakat percaya ikan tersebut adalah jelmaan prajurit Mbah Monte yang dikutuk menjadi ikan akibat melanggar perintah.

Karena dianggap keramat, warga sangat mematuhi pantangan menangkap, memancing, atau mengganggu ikan tersebut. Kepercayaan ini berperan besar dalam menjaga kestabilan ekosistem.

Berkat larangan adat turun-temurun itu, populasi sengkaring tetap terjaga, dan kualitas air telaga juga tidak mengalami kerusakan berarti. Praktik budaya seperti pemberian sesaji, doa-doa, dan ritual tertentu dilakukan pada waktu-waktu khusus sebagai bentuk penghormatan sekaligus harapan agar sumber air tetap melimpah.

Asal-usul Nama Rambut Monte

Menurut jurnal "Kajian Historis Kepercayaan Danyang Telaga Rambut Monte Pada Masyarakat Desa Krisik Blitar" oleh Mellina Nur Hafida, asal-usul nama "Rambut Monte" memiliki beberapa versi.

Salah satunya berasal dari relief pada candi kecil di tepian telaga. Relief tersebut menggambarkan sosok raksasa (butho) berambut panjang dan gimbal-ciri khas yang kemudian disebut sebagai monte dalam bahasa Jawa.

Sosok ini oleh masyarakat dikaitkan dengan figur Ratu Baka, seorang resi pada masa Majapahit. Dalam versi cerita lainnya, Mbah Monte dipercaya sebagai tokoh sakti yang berperang melawan Rahwana dan dibantu seekor naga. Cerita-cerita inilah yang membentuk identitas spiritual kawasan Rambut Monte.

candi rambut monteCandi rambut monte Foto: Erliana Riady

Salah satu mitos paling populer adalah kisah tentang murid atau prajurit Mbah Monte yang dikutuk menjadi ikan sengkaring karena tidak patuh. Narasi ini menjelaskan keberadaan ikan keramat tersebut dan sekaligus menjadi landasan aturan adat yang melarang pengunjung menangkap ikan di dalam telaga.

Walau catatan sejarah tertulis relatif minim, tradisi lisan menjadi sumber utama pengetahuan tentang Danyang Rambut Monte. Folklor dan legenda yang diwariskan secara turun-temurun ini menjadi perangkat sosial yang mengatur perilaku masyarakat dan melindungi kelestarian lingkungan.

Ritual, Tradisi, dan Fungsi Sosial Telaga

Telaga Rambut Monte bukan sekadar destinasi alam, tetapi menjadi jantung ritual keagamaan dan tradisi masyarakat Desa Krisik. Setiap tahun, warga setempat menjalankan berbagai upacara dan kegiatan adat yang tak hanya memperkuat ikatan sosial, tetapi menjaga warisan budaya yang melekat pada telaga ini.

1. Ruwatan dan Bersih Desa

Ruwatan dilakukan untuk membersihkan desa dari energi negatif. Prosesi melibatkan pembacaan doa, sesaji, serta ritual yang dipimpin sesepuh desa. Telaga menjadi titik utama dalam ritual karena dianggap sebagai ruang spiritual yang dijaga Danyang.

2. Larung Wedhus Kendit

Ritual ini dilakukan pada waktu-waktu tertentu. Warga me-larung (menghanyutkan) sesaji ke telaga dengan harapan menjaga keseimbangan antara manusia, alam, dan entitas gaib penjaga telaga.

3. Nyadran dan Selametan

Dilakukan menjelang acara penting seperti pernikahan atau khitanan. Warga membawa tumpeng atau sesaji lain sebagai bentuk syukur dan permohonan keselamatan. Telaga berfungsi sebagai titik pertemuan spiritual yang memperkuat solidaritas sosial.

Ritual-ritual tersebut menjadi bukti bahwa Rambut Monte memainkan peran vital dalam menjaga kohesi sosial masyarakat. Namun, modernisasi dan meningkatnya kunjungan wisata membuat beberapa ritual mulai tergerus. Sebagian hanya dilakukan oleh tetua desa, sementara generasi muda tidak lagi terlibat secara penuh.

Pemerintah daerah bersama komunitas lokal pernah berupaya melakukan pengelolaan terpadu agar kunjungan wisata tetap berjalan tanpa menghilangkan nilai-nilai budaya yang selama ini melindungi kawasan telaga.

candi rambut monteTradisi di Candi rambut monte Foto: Erliana Riady

Warisan Budaya yang Terjaga Aturan Adat

Sejarah Danyang dan tradisi di Telaga Rambut Monte menunjukkan bagaimana folklor dan tradisi lisan dapat membentuk sistem norma yang efektif dalam menjaga lingkungan.

Pantangan mengambil ikan, penghormatan terhadap sumber air, hingga ritual-ritual doa dan larung sesaji terbukti berperan menjaga populasi ikan sengkaring dan kelestarian telaga.

Telaga Rambut Monte menjadi contoh bagaimana sebuah ekosistem kecil dapat bertahan selama puluhan tahun berkat perpaduan antara kepercayaan, ritual, dan nilai adat yang ditaati masyarakat.

Kombinasi element alam, arkeologi, dan spiritualitas menjadikan Rambut Monte bukan hanya destinasi wisata alam, tetapi juga ruang belajar tentang hubungan harmonis manusia dengan alam.

Artikel ini ditulis Muhammad Faishal Haq, peserta magang PRIMA Kemenag di detikcom.




(ihc/irb)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads