Berlokasi di antara Kabupaten Jember dan Banyuwangi, Taman Nasional (TN) Meru Betiri menyimpan pesona alam yang luar biasa. Tak banyak yang tahu, hutan tropis di taman nasional ini menjadi saksi bisu dari keberadaan terakhir harimau Jawa.
Keanekaragaman flora dan fauna langka terawat dan terjaga dengan baik di TN Meru Betiri. Selain itu, taman nasional yang juga terletak di daerah pesisir selatan Jawa Timur memiliki keindahan pantai yang memukau dengan pasir putihnya yang halus serta air laut yang sangat jernih.
Meski demikian, taman nasional ini masih tetap memberikan kesempatan kepada kita untuk melihat lebih dekat bagaimana alam bekerja tanpa campur tangan manusia. Jauh dari keramaian, pengunjung dapat merasakan sensasi trekking di tengah hutan lebat ditemani suara kicauan burung dan gemericik air sungai.
Benar-benar pengalaman yang luar biasa! Tertarik untuk menjadi salah satu bagian dari sejarah harimau Jawa? Simak artikel ini sampai habis ya detikers, selamat membaca!
Sejarah TN Meru Betiri
Sebelum menyelami keindahan TN Meru Betiri, tak ada salahnya detikers mengetahui dulu sejarah dari taman nasional ini. Rumah terakhir dari spesies endemik harimau Jawa ini mencerminkan bagaimana pelestarian alam di Indonesia melalui perjalanan panjang.
Dikutip dari laman resminya, Taman Nasional Meru Betiri (TNMB) ditetapkan sebagai hutan lindung sejak era pemerintahan Hindia Belanda pada tahun 1931. Lebih jelasnya, penetapan tersebut dinyatakan resmi melalui dokumen Besluit van den Directur van Landbouw Neverheiden Handel Nomor 7347/B tanggal 29 Juli 1931.
Meskipun Pemerintah Belanda saat itu telah menyatakan harimau Jawa termasuk satwa yang dilindungi undang-undang, pada awal abad ke-19, harimau Jawa dianggap sebagai binatang yang merugikan bagi pemerintah kolonial Belanda karena sering dilaporkan mengganggu manusia.
Perburuan intensif dan penyempitan habitat terjadi secara masif pada saat itu. Tercatat populasi harimau Jawa diperkirakan hanya sekitar 25 ekor saat memasuki tahun 1950-an, dengan sekitar 13 ekor berada di Taman Nasional Ujung Kulon.
Sepuluh tahun kemudian, sekitar tahun 1960-an, jumlah itu terus menurun. Pada tahun 1972, diperkirakan hanya tersisa tujuh ekor di Meru Betiri. Hal itu membuat dikeluarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 276/ Kpts/Um/6/1972 tanggal 6 Juni 1972.
TN Meru Betiri pun ditetapkan sebagai Suaka Margasatwa seluas 50.000 Ha dengan tujuan utama sebagai perlindungan terhadap harimau Jawa. Meski telah menetapkan program konservasi khusus spesies ini, upaya tersebut kurang mendapatkan dukungan dari masyarakat.
Kegagalan konservasi di TN Meru Betiri tidak bisa sepenuhnya dibebankan pada pihak taman nasional, karena upaya pelestarian selalu terkait erat dengan perlindungan habitatnya. Perburuan liar masih terus terjadi, dan penampakan terakhir harimau Jawa di kawasan ini tercatat pada 1976.
Menurut catatan IUCN, harimau Jawa kemudian resmi dikategorikan punah pada dekade 1980-an. Meski kehilangan satu spesies endemik khas Jawa tersebut, TN Meru Betiri tetap melanjutkan misinya untuk melindungi flora dan fauna langka lainnya.
Hal ini diperkuat Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan Nomor 417/Kpts-II/1999 tanggal 15 Juni 1999, yang menetapkan luas Kawasan Suaka Alam (KSA), Kawasan Pelestarian Alam (KPA), dan Taman Buru (TB) di Provinsi Jawa Timur, termasuk Taman Nasional Meru Betiri, secara keseluruhan seluas 230.248,30 hektare.
Hingga pada akhirnya, Meru Betiri ditetapkan sebagai taman nasional melalui SK Menteri Kehutanan Nomor: SK.3629/ MEnhut-VII/ KUH/2014 Tanggal 6 Mei 2014 tentang-Penetapan kawasan hutan TNMB seluas 52.626,04 Ha di Jember dan Banyuwangi.
Rumah bagi Flora dan Fauna Langka
Taman Nasional Meru Betiri menjadi salah satu habitat penting bagi berbagai spesies langka, baik flora maupun fauna, yang terancam punah, menjadikannya pusat konservasi vital di Jawa Timur.
1. Elang Jawa
Elang Jawa, yang dianggap identik dengan lambang negara Indonesia, Garuda, merupakan salah satu satwa endemik Pulau Jawa. Burung ini menjadi simbol penting sekaligus kebanggaan kekayaan alam Indonesia.
Dikarenakan perburuan yang masih marak untuk perdagangan satwa dan berkurangnya habitat akibat perubahan fungsi lahan, Elang Jawa masuk ke dalam kategori "terancam punah" menurut Buku Data Merah. Meski begitu, spesies ini masih dapat dijumpai di blok-blok hutan pegunungan yang tersisa.
2. Macan Tutul Jawa (Pantehra Pardus Melas)
Salah satu sub spesies macan tutul yang persebarannya sangat terbatas, macan tutul Jawa hanya dapat ditemukan di Pulau Jawa, Kangean, Nusa Kambangan, dan Pulau Sempu. Melansir situs resmi TN Meru Betiri, macan tutul Jawa merupakan satwa yang dilindungi berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999.
Spesies ini masuk dalam Redlist IUCN (International Union for Conservation of Nature and Natural Resources) dengan kategori Critically Endangered dan termasuk dalam Appendix I CITES (Convention on International Trade in En-dangered Species of Wild Fauna and Flora).
Macan tutul Jawa menggantikan peran harimau Jawa sebagai spesies yang memegang peranan tinggi dalam menjaga keseimbangan ekosistem hutan di Pulau Jawa setelah harimau Jawa dinyatakan punah.
Meski demikian, populasi macan tutul di Pulau Jawa belum dapat diketahui dengan pasti, namun diperkirakan penyebarannya terus menurun akibat penyempitan lahan karena fragmentasi hutan.
3. Penyu Hijau (Chelonia Mydas Linn)
Penyu hijau merupakan satwa yang jarang ditemukan di perairan beriklim sedang, tetapi banyak tersebar di wilayah tropis dekat dengan pesisir benua dan sekitar kepulauan. Maka dari itu, penyu hijau ditetapkan sebagai satwa yang dilindungi berdasarkan PP No 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa.
Penyu hijau memiliki ciri berwarna kuning kehijauan atau cokelat hitam, memiliki empat pasang lempengan pada karapasnya. Karapas yang dimiliki menyerupai bentuk hati. Jaringan lemak pada siripnya berwarna hijau. Penyu hijau ini mampu bertelur hingga kurang lebih 115 butir setiap kali bertelur.
4. Bunga Padmosari (Rafflesia Zollingeriana, Kds)
Di Taman Nasional Meru Betiri, pengunjung bisa menyaksikan langsung bunga padmosari, salah satu tumbuhan endemik yang dilindungi. Keindahan bunga ini menjadi daya tarik sekaligus bukti kekayaan flora khas TNMB.
Padmosari termasuk dalam famili Rafflesiaceae dan merupakan tumbuhan holoparasit, yang sepenuhnya bergantung pada tumbuhan lain untuk kebutuhan makanannya. Di TN Meru Betiri, inang dari Rafflesia zollingeriana Kds adalah Tetrastigma lanceolarium dan Tetrastigma papillosum.
Itulah beberapa spesies endemik yang terdapat di kawasan TN Meru Betiri. Masih banyak satwa dan flora langka lainnya yang bisa ditemui saat berkunjung langsung ke taman nasional ini.
Fauna yang Dilindungi di TN Meru Betiri
TN Meru Betiri juga menjadi rumah bagi berbagai fauna langka yang dilindungi, mulai dari burung endemik hingga mamalia yang terancam punah. Keberadaan spesies-spesies ini menegaskan peran penting taman nasional sebagai pusat konservasi di Jawa Timur.
- Monyet ekor panjang (Macaca Fascicularis)
- Bajing terbang ekor merah (Iomys Horsfieldii)
- Kijang (Muntiacus Muntjak)
- Burung merak (Pavo Muticus)
- Elang Jawa (Nizaetus Bartelsii)
- Kukang (Nycticebus Javanicus)
- Lutung Jawa (Trachypithecus Auratus)
- Penyu belimbing (Dermochelys Coriacea)
- Penyu lekang (Lepidochelys Olivacea)
- Penyu sisik (Eretmochelys Imbricata)
- Penyu hijau (Chelonia Mydas)
Simak Video "Menikmati Menu Unik di Tsavo Lion dan Makan Sambil Dikelilingi Harimau di Bali "
(auh/irb)