- Sejarah Desa Gubugklakah hingga Jadi Destinasi Wisata
- Letak Geografis Desa Gubugklakah
- Destinasi Wisata di Desa Gubugklakah 1. Coban Pelangi 3. Ledok Amprong 4. Agrowisata Apel dan Agro Sapi Perah 5. Budaya Lokal
- Tips dan Panduan Berkunjung Desa Gubugklakah 1. Akses 2. Tiket 3. Jam Operasional 3. Persiapan
Berada di lereng pegunungan dengan udara sejuk dan pemandangan hijau membentang, Desa Gubugklakah di Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang, menjadi salah satu pintu gerbang utama menuju Gunung Bromo.
Tak hanya berfungsi sebagai jalur transit, desa ini kini tumbuh menjadi destinasi wisata mandiri yang menawarkan perpaduan keindahan alam, agrowisata, serta kearifan budaya masyarakatnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setiap sudut Gubugklakah menyimpan pesona yang menenangkan mata dan hati. Dari gemericik air terjun Coban Pelangi yang menampilkan lengkung pelangi di antara kabut, hingga hamparan kebun apel yang bisa dipetik langsung dari pohonnya.
Semua destinasi itu menghadirkan pengalaman wisata yang autentik. Di balik pesona alamnya, keramahan warga dan kekayaan tradisi lokal menjadikan Gubugklakah destinasi yang tak sekadar indah, tapi juga hangat dan berjiwa.
Sejarah Desa Gubugklakah hingga Jadi Destinasi Wisata
Desa Gubugklakah memiliki sejarah yang menarik mulai dari cikal bakal nama hingga perkembangan desa wisata. Menurut ritual lisan dan berbagai catatan lokal, desa ini dinamai dari kata gubuk, yang berarti rumah sederhana dari batang pisang, dan klakah, yang berarti istilah bambu yang dibelah dua.
Cerita yang berkembang menyebutkan seorang pengembara dari Mataram pernah menetap sebentar di lokasi ini menggunakan gubuk dari batang pisang, yang kemudian seiring waktu diganti dengan bambu. Dari situlah nama Gubugklakah melekat.
Di balik megahnya Gunung Bromo dan sejuknya udara pegunungan, Desa Gubugklakah menyimpan kisah perjuangan yang tak banyak diketahui. Dilansir dari situs resmi Desa Gubugklakah, sekitar tahun 2008, kehidupan masyarakat desa ini sangat bergantung pada pertanian apel dan hasil hutan seperti kayu bakar.
Warga desa bertani sekaligus mencari kayu di kawasan Coban Pelangi. Sementara warga lain menempuh jalan berbeda sebagai sales dan kurir, menjelajah jalan-jalan terjal demi memenuhi kebutuhan keluarganya.
Di masa itu, pariwisata belum menjadi nadi utama desa. Namun, segalanya mulai berubah ketika mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) datang membawa semangat baru untuk melakukan pemberdayaan masyarakat.
Kehadiran mereka membuka mata para pemuda desa, termasuk 16 pemuda dari kampung atas (Kertosari), yang mulai ikut terlibat aktif dalam kegiatan desa. Bersama-sama, mereka mulai bermimpi memiliki desa yang tak hanya menghasilkan apel terbaik, tapi pengalaman terbaik bagi para wisatawan.
Dari situ, gagasan membentuk lembaga desa wisata mulai tumbuh. Dengan kerja keras, niat baik, dan kolaborasi dengan tim KKN UGM, Lembaga Desa Wisata (Ladesta) Gubugklakah akhirnya resmi berdiri pada 20 Agustus 2010.
Meski sempat menghadapi banyak penolakan, di mana dari 34 proposal diajukan, hanya satu yang disetujui, mereka tak pernah menyerah. Titik balik datang pada tahun 2012, saat jalur wisata Bromo dari arah Malang dibuka. Sejak saat itu, pariwisata di Gubugklakah tumbuh pesat.
Warga mulai membuka diri menjadi pemandu wisata, menjual makanan khas, hingga menciptakan berbagai pengalaman lokal yang memikat hati pengunjung. Kampung yang dulunya terbagi dua antara Kertosari dan Kertoayu, kini bersatu membangun desa melalui pariwisata berkelanjutan.
Kini, Desa Gubugklakah bukan hanya dikenal sebagai desa penghasil apel, tapi sebagai salah satu gerbang utama menuju Bromo yang penuh cerita, keramahan, dan semangat gotong royong.
Letak Geografis Desa Gubugklakah
Desa Gubugklakah terletak di Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang, pada ketinggian sekitar 1.200 meter di atas permukaan laut (mdpl). Udara di wilayah ini terasa sejuk dengan suhu rata-rata 18-24 derajat Celsius, menjadikannya kawasan yang nyaman untuk pertanian dan aktivitas wisata alam.
Secara geografis, desa ini berjarak sekitar 20-25 kilometer dari pusat Kota Malang atau dapat ditempuh kurang dari satu jam perjalanan. Letaknya sangat strategis karena berada di jalur utama menuju Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS), sehingga sering menjadi titik persinggahan pintu masuk Bromo dari Malang.
Kondisi topografi Desa Gubugklakah bergelombang hingga berbukit, dengan sebagian wilayah berupa lereng gunung dan kawasan hutan lindung. Di desa ini pula mengalir Sungai Amprong, yang menjadi hulu dari beberapa air terjun alami seperti Coban Pelangi, salah satu ikon wisata alam setempat.
Vegetasi alam di sekitar desa masih terjaga dengan baik. Hamparan perkebunan apel, wortel, dan sayur-mayur mendominasi lahan pertanian warga, berpadu dengan hutan pinus dan vegetasi pegunungan yang menambah keasrian lanskap desa.
Kombinasi antara udara sejuk, pemandangan hijau, dan posisi strategis menjadikan Desa Gubugklakah sebagai kawasan potensial untuk agrowisata dan ekowisata berkelanjutan di Kabupaten Malang.
Destinasi Wisata di Desa Gubugklakah
Dikelilingi hamparan kebun apel, udara pegunungan yang sejuk, serta panorama alam menakjubkan, Desa Gubugklakah menawarkan pesona wisata yang sulit ditolak. Desa ini menyimpan beragam destinasi menarik, mulai dari air terjun alami, wisata petik apel, hingga spot petualangan dan edukasi masyarakat lokal.
Tak sekadar menjadi pintu masuk menuju Bromo, Gubugklakah kini menjelma menjadi destinasi wisata yang hidup dengan keramahan warganya dan keindahan alam yang autentik. Berikut sejumlah destinasi wisata yang ada di Desa Gubugklakah.
1. Coban Pelangi
Air terjun ini terletak di ketinggian sekitar 1.400 mdpl di kawasan Desa Gubugklakah, dikelilingi pepohonan hijau dan udara sejuk yang mencapai rata-rata 19 Β°C. Pada saat sinar matahari cukup kuat, biasanya pukul 10.00-14.00 WIB, cipratan air dari tebing akan memunculkan fenomena pelangi yang memukau.
Fasilitas lengkap yang tersedia mencakup toilet, musala, gazebo, area parkir, dan lawn terbuka, menjadikannya nyaman sebagai destinasi alam untuk keluarga atau kelompok kecil. Waktu kunjung biasanya pagi sampai sore.
2. Coban Trisula, Coban Bidadari
Kedua air terjun ini merupakan alternatif bagi pengunjung yang menyukai perjalanan tracking dan suasana alam yang lebih liar. Fasilitas dasar sudah ada, namun akses dan kenyamanan masih harus ditingkatkan.
Coban Trisula terdiri dari tiga tingkat air terjun yang memberikan pengalaman eksplorasi. Sedangkan Coban Bidadari menawarkan suasana yang lebih asri dan tenang di lereng Kecamatan Poncokusumo.
3. Ledok Amprong
Ledok Amprong merupakan sebuah sungai jernih di hulu DAS Brantas, yang memiliki area berkemah, river tubing, dan cocok bagi keluarga dan pengunjung untuk menikmati lanskap pepohonan pegunungan.
Meski parkir cukup tersedia, beberapa titik medan akses memerlukan perhatian karena jalur yang menanjak atau belum rata. Pengalaman ini cocok bagi keluarga atau kelompok yang ingin dekat dengan alam dan petualangan.
4. Agrowisata Apel dan Agro Sapi Perah
Di Desa Gubugklakah terdapat kebun apel yang bisa dipetik langsung di pohon, serta pengolahan produk seperti keripik, sari apel dan susu dari sapi perah. Wisata edukatif ini juga dilengkapi homestay dan warung makan lokal, dengan jalur menuju kebun apel yang kini semakin tertata baik.
5. Budaya Lokal
Desa ini memiliki nilai budaya yang kental, termasuk tradisi kearifan lokal suku Tengger dan pengaruhnya dalam masyarakat setempat, meskipun belum selalu dijadwalkan sebagai pertunjukan rutin untuk wisatawan.
Di sini, wisatawan berkesempatan melihat dan ikut dalam kesenian lokal, misalnya Bantengan, musik tradisional, bahasa lokal Tengger, penggunaan pakaian adat. Pelestarian budaya seperti ini menunjukkan komitmen untuk menjaga identitas lokal.
Prestasi
Desa Gubugklakah telah menorehkan berbagai prestasi berkat komitmen warganya dalam mengembangkan potensi wisata dan menjaga kelestarian alam. Berikut sejumlah penghargaan yang pernah diterima Desa Gubugklakah.
- 300Besar Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2021
- Juara 3 Desa Wisata Tingkat Nasional 2014
- Ladesta Gubugklakah menjadi kelompok sadar wisata terbaik nasional.
Pencapaian Desa Gubugklakah menjadi bukti nyata bahwa kolaborasi dan semangat gotong royong masyarakat mampu mengangkat nama Gubugklakah sebagai salah satu destinasi unggulan di Kabupaten Malang.
Tips dan Panduan Berkunjung Desa Gubugklakah
Sebelum menjelajahi keindahan alam dan budaya Desa Gubugklakah, ada baiknya mengetahui beberapa informasi praktis seputar tiket masuk, akses perjalanan, serta panduan berkunjung. Dengan mempersiapkan segala sesuatunya sejak awal, pengalaman wisata terasa lebih nyaman, aman, dan berkesan.
1. Akses
Dari Kota Malang, wisatawan dapat menuju Kecamatan Tumpang, lalu melanjutkan perjalanan ke arah Wringinanom dan Poncokusumo. Jalur menuju Desa Gubugklakah cukup berkelok dan menanjak, namun sebagian besar sudah beraspal dengan pemandangan pegunungan yang indah di sepanjang perjalanan.
2. Tiket
Destinasi seperti Ledok Amprong atau wisata river tubing memiliki tarif bervariasi tergantung pada wahana dan fasilitas yang dipilih. Sementara harga tiket masuk ke Coban Pelangi berkisar antara Rp 10.000-Rp 15.000 per orang.
3. Jam Operasional
Sebagian besar objek wisata alam di Gubugklakah buka dari pagi hingga sore hari. Waktu terbaik berkunjung adalah pagi hingga tengah hari, ketika cuaca cerah dan kabut belum turun, sehingga wisatawan dapat menikmati panorama alam dan fenomena pelangi dengan lebih jelas.
3. Persiapan
Pastikan membawa pakaian hangat, alas kaki yang nyaman, serta perlengkapan trekking ringan. Beberapa jalur menuju air terjun dan area wisata memerlukan kondisi fisik yang cukup prima. Jangan lupa membawa obat-obatan pribadi dan memperhatikan prakiraan cuaca, terutama pada musim hujan.
Desa Wisata Gubugklakah merupakan contoh bagaimana desa di jalur transit menuju Bromo dan Semeru bisa bangkit menjadi destinasi wisata sendiri. Dengan kombinasi alam yang menarik serta budaya lokal dan potensi agro, desa ini memiliki modal yang sangat kuat.
Artikel ini ditulis Muhammad Faishal Haq, peserta magang PRIMA Kemenag di detikcom.
(irb/hil)












































