Kota Malang menyimpan banyak jejak sejarah kolonial, salah satunya terlihat dari taman-taman peninggalan Belanda yang masih eksis hingga kini. Dibangun antara tahun 1914 hingga 1942, taman-taman ini bukan sekadar ruang hijau.
Taman kota ini menjadi bagian dari rencana tata kota Belanda untuk menghadirkan ruang publik yang nyaman sekaligus memperindah kota. Keberadaan taman-taman ini menjadi saksi bisu perjalanan sejarah dan perkembangan arsitektur kota Malang pada masa kolonial.
Selain memiliki nilai sejarah, taman-taman peninggalan Belanda di Malang juga menawarkan keindahan dan suasana khas Eropa. Area sekelilingnya dihiasi labirin tanaman hijau yang tidak terlalu tinggi, menciptakan suasana tenang dan estetik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kini, taman-taman ini tetap terawat dan menjadi destinasi menarik bagi warga maupun wisatawan yang ingin merasakan sentuhan sejarah sekaligus menikmati ketenangan di tengah kota.
Taman di Malang Peninggalan Belanda
Taman-taman ini bukan sekadar ruang hijau, melainkan bagian dari warisan budaya yang kini dilindungi dalam Sistem Registrasi Nasional Cagar Budaya. Dari pusat kota hingga sudut-sudut bersejarah, taman-taman ini tetap terawat dan menjadi saksi bisu perjalanan waktu.
1. Taman Tjerme
Dibangun pada masa kolonial Belanda, Taman Tjerme atau Tjerme Plein dirancang sebagai taman kecil untuk tempat beristirahat dan bersantai warga Eropa yang tinggal di kawasan elit sekitar Jalan Cerme, Kelurahan Oro-Oro Dowo, Kecamatan Klojen.
Kawasan ini dulunya dikenal sebagai bergenbuurt, yaitu lingkungan perumahan mewah bagi warga Belanda di Malang. Taman ini kini dikenal sebagai ikon yang berdampingan dengan Hotel The Shalimar, salah satu bangunan heritage di Malang.
Di tengah taman terdapat gramofon raksasa yang menjadi maskot sekaligus daya tarik utama. Uniknya, gramofon tersebut bukan sekadar pajangan, melainkan kerap digunakan untuk memutar berbagai musik klasik, jazz, hingga pop lawas saat ada acara.
Area di sekitar taman dirancang dengan labirin tanaman hijau yang rapi dan tidak terlalu tinggi, sehingga pengunjung bisa menikmati pemandangan secara leluasa tanpa terhalang. Susunan tanaman ini menciptakan suasana tenang dan estetik khas taman Eropa.
2. Alun-alun Merdeka
Alun Alun Kota Malang Foto: M Bagus Ibrahim/detikJatim |
Sebelum dikenal dengan nama Alun-alun Malang, kawasan ini sudah berdiri sejak tahun 1882, menjadikannya alun-alun tertua di Kota Malang. Pembangunannya digagas Bupati Malang pertama, Notodiningrat I, dan menjadi pusat pemerintahan serta aktivitas sosial warga.
Alun-alun ini berbentuk kotak dan dikelilingi bangunan penting seperti Masjid Jami' Malang, pendopo kabupaten, pasar, dan kantor pemerintahan. Kini, Alun-alun Merdeka tidak hanya menjadi simbol sejarah, tetapi ruang publik yang ramai dikunjungi masyarakat.
Setelah direvitalisasi pada 2014, kawasan ini dilengkapi taman bunga, air mancur, arena bermain anak, serta jalur pedestrian yang nyaman. Saat malam tiba, suasana semakin semarak dengan lampu-lampu taman.
Ada juga berbagai kegiatan komunitas, seperti pertunjukan musik, pasar malam, hingga pameran UMKM lokal. Lokasinya yang berada di Jalan Merdeka Selatan, Kiduldalem, menjadikan alun-alun ini sebagai jantung kota yang selalu hidup dari pagi hingga malam.
3. Alun-alun Tugu
Foto udara suasana di Alun-Alun Tugu pasca revitalisasi di Malang Foto: ANTARA FOTO/Muhammad Mada |
Pembangunan Alun-alun Tugu tidak bisa dilepaskan dari keberadaan Alun-alun Merdeka. Pemerintah kolonial Belanda menilai tata ruang Alun-alun Merdeka kurang mencerminkan gaya kota modern Eropa, sehingga pada tahun 1920, arsitek Belanda Thomas Karsten merancang alun-alun baru yang lebih representatif.
Lokasinya berada di utara Alun-alun Merdeka, tepat di depan Balai Kota Malang. Awalnya, taman ini dibangun sebagai monumen penghormatan kepada Jan Pieterszoon Coen, tokoh penting VOC.
Area alun-alun berbentuk bundar dengan kolam besar di tengahnya yang mengelilingi tugu setinggi sekitar 10 meter-yang kini menjadi ikon Kota Malang. Di sekitarnya berdiri bangunan bergaya art deco seperti hotel, restoran, dan kantor pemerintahan yang memperkuat nuansa kolonialnya.
Kini, Alun-alun Tugu menjadi tempat favorit warga untuk bersantai dan berfoto. Apalagi lokasinya dikelilingi pohon trembesi tua, air mancur, serta kolam teratai yang menambah keindahan suasana.
Lebih dari sekadar taman kota, Alun-alun Tugu merupakan simbol kebanggaan dan identitas Kota Malang. Di balik keindahannya, taman ini menyimpan kisah panjang tentang bagaimana tata kota kolonial Belanda membentuk wajah Malang hingga kini.
(ihc/irb)













































