Goa Selomangleng Kediri bukan sekadar gua biasa yang tersembunyi di balik perbukitan. Tempat ini menyimpan kisah sejarah, sekaligus legenda yang melekat kuat di masyarakat, terutama cerita tentang Dewi Kilisuci yang memilih bertapa di sana.
Selain nilai sejarah dan mitosnya, Goa Selomangleng juga menjadi salah satu destinasi budaya yang menarik perhatian wisatawan. Keindahan ukiran dinding batu dan nuansa mistisnya menghadirkan daya tarik tersendiri bagi siapa saja yang ingin menelusuri jejak peradaban Jawa kuno.
Legenda Goa Selomangleng
Dilansir dari Jurnal Pendidikan Sejarah yang ditulis Elva Novalia, Goa Selomangleng bukan sekadar gua batu biasa, melainkan situs bersejarah yang erat kaitannya dengan perjalanan Kerajaan Kediri. Dalam catatan sejarah, goa ini dipercaya sebagai tempat pertapaan Dewi Kilisuci, putri Raja Airlangga.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Airlangga, raja besar yang memimpin Kerajaan Kediri, pernah berniat turun takhta untuk menjalani kehidupan sebagai pertapa. Sebelum itu, ia ingin menyerahkan tahta kerajaan kepada putrinya, Sri Sanggramawijaya Dharmmaprasadottunggadewi atau lebih dikenal sebagai Dewi Kilisuci.
Namun, Kilisuci menolak tahta tersebut. Ia memilih jalan spiritual dengan menjauhkan diri dari kehidupan duniawi melalui tapabrata. Goa Selomangleng kemudian dipilihnya sebagai tempat beristirahat sekaligus bertapa.
Keputusan itu diambil setelah keberhasilannya menyatukan dua kerajaan besar kala itu, Panjalu dan Jenggala, melalui pernikahan politik antara Raden Kudarawisrengga (Jenggala) dengan Dewi Sekartaji (Panjalu).
Menurut cerita tutur, Goa Selomangleng awalnya merupakan goa buatan manusia. Prabu Klanasewanda disebut sebagai tokoh yang memerintahkan pembuatan goa ini ketika menunggu jawaban atas lamaran kepada Dewi Sekartaji.
Batu besar dilubangi dan dipahat menjadi ruang-ruang pertapaan, dengan dinding yang dihiasi relief dan arca sebagai sarana pemujaan. Posisi goa pun sengaja dibuat menghadap timur, mengarah ke jalan dari Padepokan Kandairen.
Nama Goa Selomangleng berasal dari istilah Jawa, yaitu selo yang berarti batu dan mangleng yang berarti menjorok atau miring. Sejak digunakan Dewi Kilisuci sebagai tempat bertapa, goa ini semakin dikenal sebagai lokasi sakral sekaligus pusat spiritual masyarakat pada masanya.
![]() |
Goa Selomangleng, Antara Mistis dan Sejarah
Secara etimologi, nama Selomangleng berarti "batu miring" atau "batu menggantung". Hingga kini, masyarakat setempat masih menghubungkannya dengan nuansa mistis. Keheningan dan kesejukan udara di sekitarnya memberi kesan spiritual, seolah menyimpan aura dari masa lalu.
Namun, Goa Selomangleng bukan hanya legenda. Bukti peninggalan arkeologis berupa relief-relief pada dinding batu membuktikan bahwa situs ini memang memiliki peran penting pada masa klasik Jawa. Relief tersebut menggambarkan kisah pewayangan, kehidupan masyarakat, serta simbol-simbol religius.
Sayangnya, di tengah gencarnya promosi wisata modern, Goa Selomangleng jarang terdengar dan relatif sepi pengunjung. Wisatawan yang datang kebanyakan adalah peneliti, peziarah, atau pencinta wisata sejarah. Bagi sebagian orang, kesan mistis membuat enggan berkunjung, sehingga Goa Selomangleng sering disebut sebagai "permata tersembunyi" Kediri.
Akses Menuju Goa Selomangleng
Goa Selomangleng terletak di kaki Gunung Klotok, tepatnya di Desa Pojokboro, Kecamatan Mojoroto, Kota Kediri, sekitar 7 kilometer dari pusat kota. Lokasinya berada di barat Sungai Brantas dan cukup mudah dijangkau dengan kendaraan roda dua maupun roda empat.
Bagi wisatawan dari luar kota, menuju Goa Selomangleng bukanlah hal sulit. Jika memilih kereta api, bisa turun di Stasiun Kediri, lalu melanjutkan perjalanan dengan angkutan kota atau ojek online. Waktu tempuhnya sekitar 20 menit dari stasiun menuju lokasi.
Alternatif lain adalah menggunakan bus. Dari Terminal Kediri, perjalanan bisa diteruskan dengan angkutan lokal yang langsung mengarah ke kawasan Goa Selomangleng. Sementara bagi yang membawa kendaraan pribadi, perjalanan dari Surabaya atau Malang menuju Kediri memakan waktu sekitar dua hingga tiga jam.
Sesampainya di pusat kota, kendaraan tinggal diarahkan ke barat menuju kawasan Gunung Klotok, tempat goa ini berada. Rute menuju lokasi cukup nyaman, melewati perkampungan dan jalan dengan pepohonan rindang yang menambah suasana asri perjalanan.
Menyusuri Keunikan Goa
![]() |
Memasuki Goa Selomangleng, pengunjung akan merasakan udara sejuk dengan dinding batu andesit yang kokoh. Panjang goa hanya sekitar 20 meter, sehingga relatif aman dijelajahi tanpa peralatan khusus. Di dalamnya, relief-relief kuno menjadi daya tarik utama yang memancarkan nuansa klasik Jawa.
Keunikan lain adalah letaknya di kawasan hutan kota. Dari area parkir, pengunjung bisa berjalan kaki menyusuri jalur setapak yang teduh dengan pepohonan. Suara burung, udara segar, serta panorama kaki Gunung Klotok membuat perjalanan terasa menenangkan.
Goa Selomangleng bukanlah destinasi wisata yang ramai dengan wahana modern. Namun justru di balik kesederhanaannya, tempat ini menyuguhkan pengalaman berbeda-perpaduan antara sejarah, spiritualitas, dan alam yang asri.
Goa ini menjadi salah satu saksi bisu perjalanan sejarah Kediri dan legenda Dewi Kilisuci. Meski popularitasnya belum sebesar destinasi lain di Jawa Timur, goa ini tetap menyimpan daya tarik kuat bagi siapapun yang ingin menelusuri jejak budaya dan spiritualitas Jawa kuno.
(ihc/irb)