Benteng Van den Bosch, Jejak Sejarah Kemerdekaan di Jawa Timur

Benteng Van den Bosch, Jejak Sejarah Kemerdekaan di Jawa Timur

Mira Rachmalia - detikJatim
Selasa, 19 Agu 2025 04:00 WIB
Benteng Van den Bosch atau biasa disebut Benteng Pendem
Benteng Van Den Bosch Foto: Dok. Kementerian PUPR
Surabaya -

Indonesia menyimpan banyak sekali peninggalan bersejarah yang menjadi saksi perjalanan panjang bangsa menuju kemerdekaan. Salah satu situs bersejarah tersebut adalah Benteng Van den Bosch yang terletak di Kabupaten Ngawi, Jawa Timur. Benteng peninggalan Belanda ini lebih dikenal masyarakat dengan sebutan Benteng Pendem, karena posisinya yang lebih rendah dari tanah di sekitarnya sehingga tampak "terpendam".

Meski berusia lebih dari satu abad, bangunan kokoh ini masih berdiri hingga sekarang. Selain menjadi saksi bisu kekuasaan kolonial Belanda, benteng ini juga menyimpan kisah perjuangan rakyat Ngawi yang tak gentar melawan penjajah. Kini, Benteng Van den Bosch tidak hanya berfungsi sebagai cagar budaya, tetapi juga menjadi destinasi wisata sejarah yang ramai dikunjungi wisatawan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sekilas Tentang Benteng Van den Bosch

Benteng Van den Bosch berada di Kelurahan Pelem, Kecamatan Ngawi, Jawa Timur, tepat di pertemuan Sungai Bengawan Solo dan Sungai Madiun. Lokasi ini sangat strategis karena sejak dahulu menjadi jalur penting perdagangan sekaligus lalu lintas perahu pengangkut hasil bumi, terutama rempah-rempah.

Bangunan benteng berukuran 165 meter x 80 meter dengan arsitektur khas Eropa abad ke-19. Berbeda dengan benteng lain, Benteng Van den Bosch dibangun lebih rendah dari permukaan tanah sekitarnya. Desain ini bukan tanpa alasan, melainkan strategi pertahanan agar benteng lebih sulit diserang sekaligus meminimalkan risiko terkena banjir dengan adanya saluran drainase khusus.

ADVERTISEMENT

Sejarah Benteng Van den Bosch

Sejarah benteng ini erat kaitannya dengan Perang Diponegoro (1825-1830). Pada masa itu, Ngawi menjadi salah satu basis penting perlawanan rakyat Jawa terhadap Belanda. Tokoh lokal seperti Adipati Judodiningrat, Raden Tumenggung Surodirjo, dan Wirotani memimpin perjuangan rakyat Ngawi bersama Pangeran Diponegoro.

Namun, pada tahun 1825 Belanda berhasil merebut wilayah Ngawi. Untuk memperkuat pertahanan dan menguasai jalur perdagangan di Bengawan Solo, Pemerintah Hindia Belanda mulai membangun benteng pada tahun tersebut. Proses pembangunan berlangsung sekitar 20 tahun, hingga akhirnya rampung pada tahun 1845.

Benteng ini dinamai Van den Bosch sesuai nama jenderal Johannes Van den Bosch yang memimpin pasukan Belanda kala itu. Saat beroperasi, benteng dihuni oleh sekitar 250 tentara bersenjata api, 60 kavaleri, dan 6 meriam. Kehadiran benteng ini menjadi simbol kekuatan militer Belanda di Jawa Timur.

Meski demikian, perlawanan rakyat tidak pernah padam. Salah satu pengikut setia Pangeran Diponegoro, Kyai Haji Muhammad Nursalim, terus menggerakkan perjuangan sembari mengajarkan nilai keagamaan dan semangat melawan penjajah kepada masyarakat Ngawi.

Masa Pendudukan Jepang hingga Kemerdekaan

Ketika Belanda meninggalkan Indonesia, Benteng Van den Bosch beralih fungsi menjadi penjara Jepang. Pada periode Februari 1943 hingga Februari 1944, tercatat lebih dari 1.580 pria ditahan di benteng ini. Jumlah tahanan terus bertambah hingga menjelang proklamasi kemerdekaan. Para tawanan akhirnya dibebaskan setelah Jepang angkat kaki dari Indonesia.

Pasca kemerdekaan, Benteng Van den Bosch sempat digunakan oleh TNI Angkatan Darat sebelum akhirnya ditetapkan sebagai salah satu situs cagar budaya yang dilestarikan. Kini, benteng ini menjadi tempat wisata sejarah yang tak hanya menampilkan sisa arsitektur kolonial, tetapi juga memuat kisah heroik perjuangan bangsa.

Benteng Van den Bosch Sebagai Destinasi Wisata

Selain nilai sejarahnya yang tinggi, Benteng Van den Bosch menawarkan pengalaman wisata unik. Wisatawan dapat menyusuri koridor benteng, melihat langsung sisa bangunan khas arsitektur Eropa, hingga menikmati instalasi edukasi berupa tulisan dan audio visual** tentang sejarah benteng.

Bangunan benteng yang megah, dikelilingi pepohonan rindang, dan nuansa klasik membuat tempat ini juga populer sebagai spot fotografi. Banyak wisatawan memanfaatkan latar bangunan kuno ini untuk foto prewedding atau sekadar berswafoto.

Informasi Wisata Benteng Van den Bosch

Lokasi: Jl. Untung Suropati No.II, Pelem II, Pelem, Kec. Ngawi, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur 63211
Jam Operasional: Setiap hari pukul 08.00-17.00 WIB
Harga Tiket Masuk: Rp 10.000 per orang
Tarif Parkir:
Motor: Rp 2.000
Mobil: Rp 5.000
Mini Bus: Rp 10.000
Bus: Rp 15.000

Dengan mengunjungi Benteng Van den Bosch, wisatawan tidak hanya sekadar berjalan-jalan menikmati bangunan tua, tetapi juga bisa belajar tentang jejak perjuangan kemerdekaan di Jawa Timur. Tempat ini menjadi pengingat bahwa kemerdekaan Indonesia tidak datang begitu saja, melainkan hasil dari perjuangan panjang rakyat melawan penjajahan.




(ihc/ihc)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads