Pantai Bangsring Tercemar Cairan Oli, Budi Daya Lobster Ikut Terdampak

Pantai Bangsring Tercemar Cairan Oli, Budi Daya Lobster Ikut Terdampak

Eka Rimawati - detikJatim
Kamis, 20 Feb 2025 03:00 WIB
Kampung Lobster di Pantai Bangsring Banyuwangi
Kampung Lobster di Pantai Bangsring Banyuwangi (Foto: Eka Rimawati/detikJatim)
Banyuwangi -

Sudah tiga hari, cairan diduga oli mencemari laut Bangsring Banyuwangi. Akibatnya, cairan tersebut membuat ekosistem laut dan sektor perikanan khususnya budidaya Lobster terdampak.

Padahal kualitas air dan ekosistem laut yang sehat menjadi syarat penting untuk budidaya. Karena hal ini, waktu panen dan tabur benih terancam jadi tertunda.

Ada ribuan ekor Benih Bening Lobster (BBL) yang ditampung di aquarium dan siam ditabur di sekitar 300 keramba seluas 4 hektare itu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain itu, setiap pekan Kampung Lobster ini harus memanen sekitar 50 kilogram Lobster sebagai cadangan konsumsi di restoran yang mempekerjakan sekitar 8 orang warga sekitar.

"Kalau begini, kami tidak berani menaikkan lobster. Nanti aquarium tercemari, air nya dan pasti lobster-lobster lain juga tercemar," tegas Suwardi, Manager Kampung Lobster Dive Club, Rabu (19/2/2025).

ADVERTISEMENT

Menurutnya, peristiwa itu bukan yang pertama. Sepanjang tahun 2025 sudah terjadi 2 kali pencemaran laut akibat cairan yang diduga oli. Menurutnya, hal tersebut sangat mengancam kualitas air di Bangsring dan mengancam sektor perekonomian khususnya bagi pelaku budidaya perikanan.

"Tahun 2025 ini yang kedua, kemarin pas awal tahun. Entah itu sengaja atau tidak, tapi itu pasti ada kelalaiannya ya, sampai dua kali, tapi kita gak tahu apakah kapal atau pihak yang sama yang melakukan itu," jelasnya.

Bukan hanya ketersediaan lobster untuk konsumsi di restorannya yang terganggu, namun, ia juga belum bisa menaikkan lobster sebagai cadangan ekspor yang bisa sewaktu waktu ada permintaan.

"Selain untuk cadangan konsumsi pelanggan restoran di Kampung Lobster, kami juga tidak bisa menaikkan lobster untuk Ekspor," terang Suwardi lebih lanjut.

Dengan kondisi tersebut, ia khawatir BBL yang sudah memiliki Survival Rate (SR) hingga 90% di tempat penangkarannya tersebut dapat terancam. Ia berharap, instansi terkait atau pun pihak berwenang dapat mengambil langkah penindakan.

"Harapannya, ya mungkin instansi terkait bisa mengambil tindakan. Mungkin memberikan peringatan atau mungkin kesyahbandaran sudah memberikan sosialisasi tapi mereka yang mengabaikan," ungkap Suwardi.

Berkaca pada peristiwa sebelumnya, kontaminasi laut akibat cairan yang diduga oli tersebut membutuhkan waktu sekitar 10 hari untuk bisa hilang.

Meski demikian, pihak Kampung Lobster Dive Club memprediksi akibat yang lebih serius saat kandungan cairan tersebut diserap oleh pasir laut dan terbawa air hingga tenggelam yang berakibat pada penurunan kualitas air.




(abq/iwd)


Hide Ads