Keindahan alam di Jawa Timur tidak hanya memukau wisatawan lokal, tetapi juga telah mendapat pengakuan internasional. Dua destinasi dari provinsi ini, yaitu Geopark Gunung Sewu dan Geopark Ijen, telah diakui oleh UNESCO dan masuk dalam daftar UNESCO Global Geopark (UGGp). Pengakuan ini menunjukkan bahwa kedua destinasi tersebut memiliki potensi besar dalam melestarikan keindahan alam, keanekaragaman hayati, serta warisan budaya yang kaya.
Menurut laman Kemenparekraf, Geopark adalah kawasan dengan unsur geologi yang memiliki nilai tinggi dan kaya akan keberagaman hayati dan budaya yang dikembangkan secara berkelanjutan. Secara sederhana, geopark tidak hanya melindungi situs-situs geologi, tetapi juga mempromosikan edukasi, riset, dan pembangunan yang mendukung ekonomi lokal.
Dengan adanya konsep ini, kawasan geopark tidak hanya berfungsi sebagai kawasan konservasi, tetapi juga sebagai tempat untuk pengembangan ekonomi yang berbasis pada keindahan alam dan budaya lokal, sambil tetap menjaga keberlanjutan lingkungan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kawasan geopark dapat berisikan tempat-tempat dengan industri, pertambangan, dan aktivitas lainnya yang berpotensi untuk mendukung ekonomi masyarakat. Namun, kawasan-kawasan penting dalam geopark, seperti situs-situs warisan geologi, tetap harus dilindungi. Dengan pendekatan yang tepat, geopark dapat memajukan sektor pariwisata melalui wisata alam, edukasi geologi, dan budaya.
Yuk mengenal dua Gepoark di Jawa Timur!
Geopark Gunung Sewu
Dilansir dari laman portal informasi Indonesia, deretan pegunungan yang membentang di sepanjang Pantai Selatan, dengan luas sekitar 1.500 kmΒ², mencakup Kabupaten Gunung Kidul di Daerah Istimewa Yogyakarta, Kabupaten Wonogiri di Jawa Tengah, dan Kabupaten Pacitan di Jawa Timur, dinamakan Pegunungan Sewu.
Pegunungan ini memiliki batuan kapur sebagai ciri khasnya dan menyimpan kawasan karst yang unik serta indah. Kawasan karst di Pegunungan Sewu merupakan yang terpanjang di Pulau Jawa, dengan sekitar 40.000 bukit karst.
Oleh karena itu, tidak mengherankan jika Pegunungan Sewu ditetapkan sebagai Global Geopark Network oleh UNESCO pada 19 September 2015. Penetapan ini sekaligus menyertakan delapan situs lainnya di luar negeri, dan keputusan tersebut diambil dalam Simposium Geoparks Network Asia-Pasifik ke-4 yang berlangsung di San'in Kaigan Geopark, Jepang, pada tanggal 15 hingga 20 September 2015.
Selain memiliki banyak peninggalan budaya dari era Paleolitikum hingga Neolitikum, Geopark Gunung Sewu juga menawarkan panorama kawasan karst yang sangat indah. Dengan sekitar 40 ribu bukit karst, Geopark Gunung Sewu termasuk kawasan karst terpanjang di Pulau Jawa.
Di wilayah Pacitan, terdapat 12 situs geologi menarik, seperti Telaga Guyang Warak, Sungai Baksoka, Luweng Ombo, Song Terus, Luweng Jaran, Gua Tabuhan, Gua Oanga, Teluk Pacitan, Pantai Srau, Pantai Watukarang, Pantai Buyutan, dan Pantai Klanyar.
Geopark Ijen
Menurut laman resmi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur, UNESCO secara resmi mengukuhkan Geopark Ijen, Jawa Timur, Indonesia, sebagai UNESCO Global Geopark (UGGp) dalam konferensi internasional ke-10 UGGp yang dilaksanakan di Marrakech, Maroko, pada 2023.
Dilansir dari geopark-ijen.jatimprov.go.id, Geopark Ijen terletak di dua wilayah kabupaten, yaitu Kabupaten Banyuwangi dan Kabupaten Bondowoso, Provinsi Jawa Timur. Nama Ijen diambil dari Gunung Ijen, yang menjadi dasar pembentukan cerita geologi di kawasan ini, serta hubungannya dengan unsur biologi dan budaya yang ada di sekitarnya.
Menurut laman Kemepafekraf, daya tarik Geopark Ijen tidak hanya terletak pada keunikan geologi dan budaya, tetapi juga fenomena alam Blue Fire yang terkenal di kawasan Gunung Ijen, yang telah mendunia. Selain itu, Geopark Ijen juga menjadi habitat bagi 14 jenis flora, 27 jenis fauna, dan 6 jenis mamalia.
Geopark Ijen memiliki 21 situs geologi yang dikembangkan, mulai dari skala lokal hingga skala internasional. Salah satu situs geologi yang paling terkenal adalah Kawah Ijen, yang merupakan danau kawah paling asam di bumi dan memiliki fenomena api biru yang muncul di daerah Solfatara.
Beberapa situs geologi lainnya di Geopark Ijen antara lain Ijen Blue Fire, Lava Blawan, Air Terjun Blawan, Kompleks Air Panas Blawan, Dinding Kaldera Ijen Megasari, Pantai Watu Dodol, Pantai Parang Ireng, Pantai Plengkung, Alas Purwo, Pulau Merah, Pantai Sukamade Meru Betiri, Pantai Teluk Ijo, Taman Batu So'on Solor, Air Terjun Gentongan, Kalipait, Aliran Lava Palangana, Kawah Wurung, Hutan Pelangi, Sembulungan, dan Situs Megalit Maskuning Kulon.
Geopark Ijen didukung oleh tiga komponen utama: Geosite, Biosite, dan Culture Site. Geosite menyimpan jejak sejarah bumi, seperti batu cadas yang menjelaskan geologi, alam, kehidupan, dan budaya. Biosite kaya akan flora dan fauna yang terkait dengan proses geologi. Culture Site mencakup situs-situs yang terbentuk oleh peradaban manusia, baik benda maupun tak benda, yang berkaitan dengan keragaman biologi dan geologi di kawasan tersebut.
Posisi Geopark Indonesia di UNESCO
Indonesia memiliki empat Geopark yang diakui oleh UNESCO, yakni Geopark Batur (Bali, 2012), Geopark Gunung Sewu (DIY, Jawa Tengah, Jawa Timur, 2015), Geopark Rinjani (Lombok, NTB, 2018), dan Geopark Ciletuh (Jawa Barat, 2018). Selain itu, terdapat tujuh Geopark Nasional yang sedang dalam pengembangan untuk mendapatkan pengakuan internasional, seperti Kaldera Toba, Tambora, Raja Ampat, Merangin Jambi, Pulau Belitong, Bojonegoro, dan Maros Pangkep. Banyuwangi dan Natuna juga tengah berupaya untuk menjadi bagian dari daftar UNESCO Global Geopark dalam waktu dekat.
Artikel ini ditulis oleh Angely Rahma, peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(hil/iwd)