Wisata Setigi merupakan wisata di Desa Sekapuk, Kecamatan Ujungpangkah, Kabupaten Gresik. Wisata tersebut pernah memiliki pendapatan atau keuntungan Rp 2 miliar tepatnya tahun 2020.
Keuntungan itu membuat Desa Sekapuk mendapatkan gelar Desa Miliarder. Dan menjadi desa mandiri paling sukses di Jawa Timur. Bahkan suksesnya Desa Miliarder ini campur tangan warga desa setempat.
Wisata Setigi dibuka Januari tahun 2020. Sebelum menjadi tempat wisata, Setigi adalah lahan bekas tambang batu kapur dan tahun 2003 terbengkalai. Namun seiring waktu berjalan, berubah fungsi sebagai tempat pembuangan sampah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tahun 2018, Kades Sekapuk yakni Abdul Halim mengajak warga sekitar membersihkan dan menjadikan lahan bekas tambang itu sebagai tempat wisata. Saat pertama kali dibuka tahun 2020, Wisata Setigi mendapat antusias luar biasa dari masyarakat lokal maupun dari luar kota.
Bahkan, wisatawan dari mancanegara tertarik untuk mendatangi wisata bekas tambang tersebut. Namun, kejayaan Wisata Setigi tak berlangsung lama usai ada kenaikan tiket masuk dari Rp 15 ribu menjadi dua kali lipat. Saat itu, Kades Abdul Halim memutuskan untuk menaikkan harga tiket masuk karena antusias wisatawan yang semakin meningkat.
"Semenjak tiket dari Rp 15 ribu naik menjadi Rp 30 - Rp 40 ribu, ada penurunan pengunjung secara drastis. Saya tidak tahu berapa penurunannya waktu itu, karena saya ditunjuk oleh warga jadi manager disini masih baru seminggu," kata Abdul Basith, Manager Wisata Setigi kepada detikJatim, Selasa (4/12/2024).
Kenaikan harga tiket, lanjut Basith, merupakan langkah Mantan Kades Abdul Halim untuk menutupi kekurangan dalam pembangunan wisata baru yakni Kebun Pak Inggih (KPI). Sehingga, pendapatan dari Wisata Setigi banyak yang terkuras untuk ambisi dalam membangun wisata KPI.
Wisata KPI berada dalam satu wilayah dengan wisata Setigi di Desa Sekapuk. Kedua wisata itu sama-sama menawarkan wisata alam.
![]() |
"Banyak yang pendapatan dari sini (Setigi) untuk menutupi kebutuhan dari Wisata KPI. Jadi banyak karyawan di Setigi yang gajinya nunggak sampai tiga bulan," terangnya.
Menurut Basith, gaji karyawan yang menunggak atau terlambat dibayarkan, membuat wisata Setigi tak lagi terawat. Sebab, para karyawan enggan masuk kerja.
"Waktu itu banyak karyawan yang belum digaji karena banyak pendapat dari Setigi ini yang diarahkan ke KPI. Sehingga karyawan jadi agak malas bekerja gitu mas," tuturnya.
Pantauan detikJatim, beberapa wahana dan fasilitas sudah mulai rusak dan tak terawat. Para pedagang juga hanya tersisa 5 stan yang buka pada hari biasa. Dan 9 stan buka pada hari Minggu. Sebab pada hari Minggu atau hari libur, pengunjung wisata Setigi baru berdatangan.
"Kalau Minggu, alhamdulillah masih ramai, biasanya sampai 100 orang lebih yang datang. Kalau hari biasa nggak sampai 20 itu sudah banyak. Kalau dulu hari biasa pun masih banyak, entah dari luar kota untuk study tour atau acara lainnya," tambahnya.
Sementara danau yang menjadi icon Wisata Setigi kini mengering. Selain kemarau panjang, keringnya danau buatan tersebut mengalami kebocoran yang disebabkan akar pohon.
"Yang jelas saya bertugas di sini untuk bersih-bersih dulu. Karena banyak yang terbengkalai. Termasuk membenahi danau yang bocor itu. Kita keringkan dulu terus di tambal kemudian akan diisi air lagi," tutur Basith.
Menurutnya, dengah kondisi yang saat ini, Wisata Setigi tidak bisa berbuat banyak untuk melakukan pembenahan. Pendapatan tiket masuk yang masih minim, hanya cukup untuk membayar karyawan.
"Ini ada sisa karyawan 16 orang, itu pun kita secara gantian masuknya. Untuk saat ini bisa gaji karyawan sudah bagus. Tapi menunggu kasus mantan kades itu selesai, nanti direncanakan secara matang mau diapakan wisata Setigi ini," tandasnya.
Bahkan sebuah jembatan warna putih di atas danau berlatar belakang tebing-tebing tinggi jadi pemandangan khas Desa Sekapuk kala itu. Pasalnya, Desa Sekapuk terkenal dengan keindahan wisata alamnya. Kini semua keindahan itu sirna.
(dpe/fat)