Kawasan Kota Lama Surabaya bakal dirancang lebih inklusif dan berkelanjutan. Pemkot Surabaya telah menerima desain pengembangan kawasan Kota Lama Surabaya dari Konsorsium II Program Kota Masa Depan UK PACT (Partnering for Accelerated Climate Transition) terkait hal itu.
Tujuan utama desain tersebut adalah untuk mengarahkan pengembangan potensi kawasan Kota Lama Surabaya. Desain tersebut dibuat dari proses kolaboratif dengan berbagai elemen masyarakat.
Ada dua pendekatan yang digunakan dalam desain Kota Lama Surabaya yakni makro dan mikro.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di tingkat makro desain itu menghubungkan empat sub kawasan utama dalam Kota Lama di zona Eropa, Ampel, Pecinan, dan Jembatan Merah atau Kalimas (kawasan niaga) dengan jaringan mobilitas aktif. Seperti jaringan untuk pejalan kaki dan kendaraan tidak bermotor, serta aktivasi koridor sungai.
Sementara di tingkat mikro, desain berfokus pada tiga koridor prioritas yang direkomendasikan untuk dikembangkan sebagai katalisator bagi ekonomi kreatif, sosial, dan pelestarian budaya.
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Penelitian dan Pengembangan (Bappeda Litbang) Kota Surabaya, Irvan Wahyudrajad pun menyampaikan apresiasinya terhadap desain tersebut.
"Desain yang diberikan sejalan dengan apa yang telah dilakukan Pemkot Surabaya dalam pengembangan potensi kawasan Kota Lama Surabaya lewat peningkatan fungsionalitas bangunan bersejarah serta optimalisasi kegiatan ekonomi dan pariwisata di kawasan ini," ujar Irvan, Selasa (12/11/2024).
Dirinya berharap desain itu bisa menjadi panduan untuk pembangunan berkelanjutan yang lebih kuat bagi Kota Surabaya dengan mempertimbangkan kebutuhan semua kalangan.
Irvan pun menjelaskan untuk Koridor Jalan Kasuari direkomendasikan sebagai kawasan kreatif yang bisa memfasilitasi berbagai kebutuhan penggunanya atau Mixed Used Creative Compound.
"Ini juga mendukung usaha kreatif dan kerajinan tangan, kawasan ini bertujuan menghidupkan kembali semangat kolaborasi, inovasi, dan pelestarian sejarah di Kota Surabaya," katanya.
Kemudian koridor di Jalan Panggung menghubungkan Pasar Pabean dan Sungai Kalimas direkomendasikan sebagai kawasan kuliner. Tujuannya memanfaatkan bangunan gudang bersejarah untuk menarik wisatawan dan warga lokal.
Selanjutnya adalah Koridor Jalan Karet, di zona Pecinan yang direkomendasikan menjadi pusat tekstil dan garmen dengan pengalaman ruang publik dan rekreasi.
Tujuannya untuk optimalisasi kawasan Pecinan yang telah lama dikenal sebagai kawasan sentral untuk pelestarian budaya dan sejarah peranakan melalui berbagai fasilitas modern.
"Desain ini juga mendorong peningkatan integrasi transportasi umum, termasuk rute Suroboyo Bus dan Feeder Wira Wiri, guna memastikan aksesibilitas yang lebih baik dan inklusif bagi seluruh warga," terangnya.
Sementara Direktur Pembangunan British Embassy Jakarta, Amanda McLoughlin menyatakan, Pemerintah Inggris juga berkomitmen untuk terus bekerja sama dengan Pemerintah Indonesia dalam upaya menciptakan kota yang lebih ramah lingkungan.
Dirinya berharap desain ini dapat menjadi penggerak bagi pembangunan kota berkelanjutan yang lebih inklusif, juga menghadirkan ruang interaksi dan kreativitas secara inklusif.
"Seiring dengan komitmen Pemerintah Inggris untuk mendorong aksi iklim global di COP29, kerja sama ini juga merefleksikan 75 tahun hubungan diplomatik yang erat antara Inggris dan Indonesia, khususnya dalam pembangunan berkelanjutan dan transisi rendah karbon," kata Amanda.
Kemudian Direktur Climate, Energy, Cities and Ocean WRI Indonesia, Almo Pradana menjelaskan berdasarkan studi ketahanan partisipatif UCRA pada tahun 2023 lalu, menunjukkan bahwa mobilitas rendah emisi seperti menggunakan transportasi publik, berjalan kaki, atau bersepeda, adalah kunci ketangguhan masyarakat kota pesisir. Menurutnya itu layak diadopsi di Kawasan Kota Lama Surabaya.
"Mobilitas rendah emisi ini dapat didorong melalui strategi penataan kawasan. Berdasarkan hasil studi inilah, kami berupaya meningkatkan ketahanan kota pesisir melalui desain konseptual yang adaptif, inklusif, serta mengutamakan aspek mobilitas dan aksesibilitas yang rendah emisi," jelasnya.
Untuk informasi, dalam kegiatan ini juga ada sesi diskusi panel bertajuk Menata Surabaya yang Inklusif dan Berkelanjutan Mulai dari Kota Lama.
Diskusi tersebut melibatkan pakar dari berbagai bidang, di antaranya Kepala Bappeda Litbang Kota Surabaya Irvan Wahyudrajad, perwakilan Konsorsium Kota Masa Depan UK PACT, dan tokoh masyarakat.
(abq/iwd)