Kabar gembira bagi para pendaki dan pencinta alam yang rindu menjelajahi keindahan Gunung Arjuno. Sebab, pendakian Gunung Arjuno-Welirang dibuka Sabtu (15/6/2024) setelah ditutup sejak tahun 2023 buntut kebakaran hutan dan lahan.
Gunung Arjuno yang terletak di Taman Hutan Raya Raden Soerjo, Jawa Timur, salah satu gunung favorit para pendaki di Indonesia. Gunung ini menawarkan berbagai jalur pendakian dengan tingkat kesulitan yang berbeda-beda, pemandangan alam yang menakjubkan dan udara yang sejuk.
Gunung Arjuno adalah salah satu gunung berapi di Indonesia. Letusan terakhirnya terjadi pada tahun 1952, dan gunung ini berada di perbatasan Kota Batu, Kabupaten Malang, serta Kabupaten Pasuruan. Nama gunung ini diambil dari salah satu tokoh legendaris dalam cerita pewayangan, yaitu Arjuna.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Daya Tarik Gunung Arjuno
Terdapat sejumlah fakta menarik tentang Gunung Arjuno yang membuat para pendaki dan pencinta alam menjadi penasaran. Mulai dari keindahan alam hingga cerita horor.
Berikut sederet fakta menarik tentang Gunung Arjuno.
1. Top 5 Gunung Tertinggi di Pulau Jawa
Berada di antara 5 gunung tertinggi di Pulau Jawa, Gunung Arjuno mencapai ketinggian 3.339 meter di atas permukaan laut, menempatkannya sebagai gunung ketiga tertinggi setelah Gunung Semeru dan Gunung Raung.
Di tingkat Pulau Jawa, Gunung Arjuno menempati peringkat keempat. Dengan ketinggian yang melebihi 3000 meter, pendaki diharapkan untuk mempersiapkan peralatan dan kondisi fisik sebelum melakukan pendakian.
2. Mendaki Sekaligus Berwisata
Saat mendaki, detikers tidak hanya akan menikmati kecantikan alam sekitar jalur saja, tetapi juga menemukan beberapa tempat wisata menarik. Misalnya seperti air terjun Kakek Bodo yang dapat dijangkau sepanjang perjalanan pendakian.
Di lereng Gunung Arjuno, terdapat mata air Sungai Brantas, sungai terpanjang kedua di Pulau Jawa setelah Sungai Bengawan Solo. Gunung Arjuno yang dikelola Tahura Raden Soerjo ini juga memiliki kawasan hutan yang mirip dengan hutan di luar negeri, seperti hutan Montane di Swiss.
3. Cerita Horor Gunung Arjuno
Tidak hanya sekadar rumor, beberapa pendaki Gunung Arjuno mengalami pengalaman-pengalaman gaib. Kejadian-kejadian tersebut terjadi ketika mereka melewati Alas Lali Jiwo, hutan yang dikenal angker. Konon, mereka yang bermaksud jahat dapat menemui nasib malang di sana.
Selain itu, terdapat cerita lain yang terkenal, seperti keberadaan pasar setan dan suara gamelan yang terdengar oleh pendaki. Di pasar setan, beberapa pendaki mengalami pengalaman seperti berada di pasar ramai namun sebagian transaksi yang mereka lakukan, seperti uang yang berubah menjadi daun.
Adapun suara gamelan sendiri, masyarakat setempat meyakini bahwa mendengarnya dapat membawa malapetaka, karena orang yang mendengarnya mungkin akan dipilih untuk dinikahi oleh sosok gaib, yang sering disebut sebagai ngunduh mantu.
Jalur Pendakian Gunung Arjuno
Gunung Arjuno memiliki beberapa jalur pendakian resmi yang menantang dan memukau. Setiap jalur ini memiliki keunikan dan keindahan tersendiri yang memikat para pendaki.
Berikut adalah empat jalur pendakian resmi yang paling terkenal.
1. Jalur Tretes
Jalur Tretes adalah jalur pendakian yang paling disukai oleh para pendaki untuk mencapai puncak Arjuno. Jalur ini populer karena medannya yang paling mudah dan waktu tempuh yang relatif singkat untuk mencapai dua puncak, yaitu puncak Arjuno dan Welirang.
Jalur Tretes melewati spot terkenal dan fenomenal di kalangan pendaki seperti Alas Lali Jiwo dan Tanjakan Asu, serta memiliki beberapa sumber mata air yang ikonik untuk melepas dahaga.
Sebelum mencapai puncak Gunung Arjuno melalui jalur Tretes, pendaki akan melewati lima pos pendakian, yaitu Bocor, Kop-kopan, Pondokan, Lembang Kidang, dan Sabana 2.
2. Jalur Lawang
Jalur Lawang dikenal dengan medannya yang menantang dan melelahkan, meskipun waktu tempuhnya cepat. Walaupun relatif pendek dibandingkan jalur lainnya, sebagian besar trek di jalur ini menanjak dan tegak lurus.
Ada empat pos pendakian via jalur Lawang, yaitu Alang-alang, Lincing, Mahapena, dan Gombes. Jalur ini juga melewati perpotongan jalur menuju arah jalur Purwosari sebelum batas vegetasi.
3. Jalur Tambaksari di Purwosari
Jalur Purwosari terkenal dengan nuansa mistis dan magis yang dirasakannya. Durasi pendakian di jalur ini lebih lama, dan sepanjang trek, pendaki akan menemukan lereng yang teduh, spot khusus untuk kegiatan spiritual, serta situs-situs bersejarah.
Jalur Purwosari memiliki tujuh pos pendakian, yaitu Onto Boego, Tampuono, Eyang Sakri, Eyang Semar, Mangkutoromo, Candi Sepilar, dan Jawa Dwipa.
4. Jalur Sumber Brantas atau Batu
Jalur Batu atau Pos Sumber Brantas berada di kaki barat Gunung Welirang. Pendakian melalui jalur ini disarankan untuk dilakukan bersama pendaki berpengalaman karena banyaknya percabangan yang bisa membingungkan arah.
Jalur Batu masih asri dan jarang dilewati pendaki, dengan banyak semak dan perdu yang tumbuh liar. Namun, semakin ke atas, jalur akan semakin terbuka. Pendakian melalui jalur ini akan melewati beberapa spot seperti Watu Gede, Alas Lali Jiwo, Lembah Kembar, dan Lapangan Kotak.
Dari jalur ini, pendaki bisa menikmati panorama kota Batu yang gemerlap di malam hari dan pepohonan besar yang menambah kesan mistis dan eksotis.
Jam Buka dan Harga Tiket Masuk Gunung Arjuno
Jam operasional untuk layanan perizinan pendakian di setiap pos berlangsung dari pukul 08.00 hingga 16.00 WIB. Sementara durasi pendakian yang diperbolehkan maksimal adalah 3 hari dan 2 malam.
Harga tiket masuk:
- Pendaki WNI: Rp 20.000 per orang dan per hari
- Pendaki WNA: Rp 200.000 per orang dan per hari
Adapun fasilitas berbayar, seperti:
- Ojek pickup: Rp 25.000 per orang sekali jalan
- Sewa loker: Rp 5.000 per loker
- Kamar mandi air hangat: Rp 10.000 per orang
Setelah hampir setahun ditutup, akhirnya jalur pendakian Gunung Arjuno kembali dibuka.
Namun, terdapat pembatasan jumlah pendaki setiap harinya. Pendaki yang diizinkan untuk naik ke puncak Gunung Arjuno dibatasi maksimal 350 orang per hari.
Artikel ini ditulis oleh Albert Benjamin Febrian Purba, peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(irb/fat)