Gunung Lawu berada di antara Provinsi Jawa Timur dan Jawa Tengah. Gunung ini masuk Kabupaten Ngawi, Magetan, dan Karanganyar.
Puncaknya terakhir meletus pada 28 November 1885. Gunung ini berjenis stratovolcano.
Lawu memiliki ketinggian 3.265 mdpl. Yang merupakan gunung tertinggi nomor 6 di Pulau Jawa, dan tertinggi ke-76 di dunia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Gunung Lawu memiliki keindahan alam yang selalu membuat pendaki rindu. Ini merupakan salah satu gunung favorit pendaki di Jawa Timur.
Dalam dunia pendakian gunung, Lawu terbilang legendaris. Gunung yang selalu dikunjungi banyak pendaki meski terkenal angker.
Jalur Pendakian Gunung Lawu
Ada 4 jalur pendakian Gunung Lawu. Empat jalur tersebut yaitu Cemoro Sewu dan Singolangu di Magetan, kemudian Cemoro Kandang dan Candi Cetho di Karanganyar.
Sebenarnya ada juga jalur via Jogorogo di Ngawi. Namun jalur ini belum ramai dan baru digunakan oleh warga sekitar.
Eksotisme Gunung lawu memanjakan mata pendaki. Mulai dari basecamp pemberangkatan hingga puncaknya.
Baca juga: 5 Pantangan Saat Mendaki Gunung Lawu |
Para pendaki dari basecamp Cemoro Sewu kemudian turun ke basecamp Cemoro Kandang, biasanya mampir dulu ke Studio Alam. Studio alam merupakan air terjun cantik yang ada di sekitar Gunung Lawu.
Panorama asri dan alami yang terdiri dari bebatuan dan pepohonan sangat memanjakan mata. Aliran air terjunnya berasal dari mata air di Kawah Candradimuka.
Saat pendaki sampai puncak, maka akan menikmati 3 pemandangan sekaligus yang indah dan mempesona. Seperti di Hargo Dumilah sebagai puncak tertinggi, Hargo Dumiling, dan Hargo Dalem. Apabila pendaki beruntung, maka mereka dapat menikmati pemandangan lautan awan di atas puncak.
Warung Tertinggi di Indonesia
![]() |
Mendaki Gunung Lawu tidak afdol apabila tidak mampir ke Warung Mbok Yem. Mbok Yem merupakan pemilik warung yang ada di puncak Gunung Lawu.
Warung ini menjual makanan dan minuman untuk para pendaki. Oleh karena itu, warung Mbok Yem dikenal sebagai warung tertinggi di Indonesia.
Gunung Lawu juga sama seperti kebanyakan gunung yang menyimpan banyak cerita. Dilansir dari laman Indonesia, konon katanya menjelang runtuhnya Kerajaan Majapahit (1400 M), raja terakhir Brawijaya V mengasingkan diri dan moksa ke Gunung Lawu.
Sang raja moksa berserta pengikutnya bernama Sabdo Palon. Itu karena putranya yang bernama Raden Fatah tidak berkenan untuk melanjutkan pemerintahan Majapahit. Sang Pangeran justru mendirikan kerajaan Islam di Demak, dengan pusat pemerintahan di Glagah Wangi (Alun-alun Demak).
Jalak Lawu
Gunung Lawu juga memiliki burung endemik bernama Jalak Lawu. Yang sering muncul pada sore hari di kawasan Pos 2 pada ketinggian 700 mdpl.
Jalak Lawu juga sering disebut Jalak Gading. Sebab memiliki bulu dasar berwarna cokelat, dan memiliki bulu pada bagian dada yang berwarna berwarna kuning gading.
Burung Jalak Lawu yang eksotis juga menyimpan mitos. Mengutip buku Mitos Gunung Lawu dalam Masyarakat Jawa karya Supriyanto (2018), masyarakat sekitar Gunung Lawu mempercayai bahwa burung Jalak Lawu merupakan jelmaan dari Wongso Menggolo.
Wongso yaitu pengikut yang diangkat sebagai patih oleh Raja Brawijaya V, yang setia menjalankan tugas dari Brawijaya untuk menjaga para pendaki Gunung Lawu agar tidak tersesat.
![]() |
Eksotisme Gunung Lawu
Gunung Lawu dikenal angker. Oleh karena itu, para pendaki diharap menjaga sopan santun baik perkataan maupun perbuatan. Namun, eksotismenya selalu bikin pendaki rindu.
"Gunung Lawu itu gunung yang mempunyai jalur pendakian masih tergolong asri dari sampah. Ada via Cemoro Sewu, Singolangu, Cemoro Kandang, Candi Cetho. Termasuk gunung untuk spiritual. Pemandangannya uwindah dari segi manapun, soalnya di Lawu itu ada warung tertinggi se-Indonesia, namanya Mbok Yem," tulis salah seorang pendaki asal Surabaya, Supatra Rojali dikutip detikJatim, Kamis (5/10/2023).
Baca juga: 10 Wisata Alam di Lereng Gunung Lawu Magetan |
Pendaki yang akrab disapa Patra ini mengaku sudah sering mendaki Gunung Lawu. Banyak sekali yang membuatnya kangen, seperti sabana pada Pos 5 dan 6 Gupakan Menjangan.
"Ada masih banyak via Tambak, Jogorogo sama yang terbaru Babar sebelum Candi Cetho. Paling keren via Candi Cetho karena jalur itu yang paling indah, sumber air melimpah. Karena ada savana rumput yang luas berjejer sebelum menuju puncak. Serta mitos ataupun kepercayaan Pasar Dieng ya via Candi Cetho. Intinya lebih lengkapnya literasi dari via Candi Cetho," terang Patra.
"Naik sedikit Hargo Dalem, tempatnya warung Mbok Yem. Habis itu Puncak Hargo Dumilah," tutupnya.
Artikel ini ditulis oleh Nadza Qur'rotun A, peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(sun/iwd)