Pedagang janur dan selongsong ketupat mulai marak di sejumlah ruas jalan protokol Tulungagung. Dalam sehari para pedagang mampu menjual hingga ratusan ikat ketupat. Nilai uangnya lebih dari Rp 3,5 juta.
Pedagang janur dadakan tersebut banyak dijumpai di ruas Jalan KHR Abdul Fattah serta Jalan Kapten Kasihin, Tulungagung. Pedagang memberikan dua pilihan kepada konsumennya untuk membeli bahan mentah berupa janur kuning atau barang setengah jadi berupa selongsong/kulit ketupat.
Salah seorang pedagang Milatin, mengatakan menjelang perayaan kupatan omset dagangannya laris manis diserbu pembeli, dalam sehari rata-rata ia mampu menjual hingga 600 ikat selongsong ketupat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Harganya Rp 6.000 sampai Rp 10 ribu/ikat, tergantung besar kecilnya ketupat. Sehari bisa laku 600 ikat," kata Milatin di lokasi, Jumat (28/4/2023).
Menurutnya selongsong ketupat ini biasanya diburu ibu-ibu rumah tangga yang tidak sempat membuat ketupat sendiri.
Milatin mengaku pada tahun ini omset penjualannya justru lebih sepi jika dibandingkan tahun sebelumnya. Tahun lalu ia mampu menjual 6.000 ikat selongsong ketupat.
"Ini jualan dua hari baru 1.100 ikat," jelasnya.
Sementara salah seorang pedagang janur Luluk, mengatakan pada momen kupatan tahun ini pihaknya menyediakan ratusan pelepah janur untuk bahan selongsong ketupat.
"Harganya Rp 30 ribu sampai Rp 35 ribu/pelepah, kalau yang Rp 35 ribu bisa milih sendiri," kata Luluk.
Lanjut dia bahan baku janur tersebut ia dapatkan dari beberapa wilayah di Tulungagung dan Trenggalek. Ia mengaku rutin menjadi pedagang janur musiman setiap lebaran ketupat.
Dikonfirmasi terpisah, salah seorang warga Anik mengaku memilih membeli selongsong ketupat jadi, karena dinilai lebih praktis dan tinggal masak.
"Kalau seperti ini tinggal dikasih beras dan dimasak, karena saya nggak bisa menganyam ketupat sendiri," kata Anik.
Lebaran ketupat biasanya dirayakan pada hari ke-8 Idul Fitri atau setelah enam hari melakukan puasa sunah Syawal.
(hil/fat)