Selain julukan Kota Tahu, di Kediri juga terdapat beberapa tempat wisata religi. Salah satunya,Gereja Katolik Santa Maria Puhsarang yang terletak satu kompleks dengan Gua Maria Lourdes.
Tempat peribadatan umat Katolik ini terletak di Desa Puhsarang, Kecamatan Semen, Kabupaten Kediri. Tempat ini rupanya memiliki sejarah yang cukup menarik.
Gereja ini tepat berada di sebelah utara Goa Maria Puhsarang. Letaknya yang berada di lereng Gunung Wilis, membuat suasana gereja ini menjadi nyaman dan damai.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Gereja Puhsarang merupakan gereja dengan aliran Katolik Roma. Selain sering digunakan umat katolik untuk berdoa, gereja ini juga sering didatangi wisatawan untuk bermeditasi.
Tempat ini terbilang cukup sakral. Terbukti dengan adanya tulisan Jawa dengan ejaan Belanda pada salah satu sisi patung di dalamnya.
Tulisan tersebut berbunyi 'Iboe Maria ingkang pinoerba tanpa dosa asal, moegi mangestonana kawoela ingkang ngoengsi ing Panjenengan Dalem'. Yang artinya Bunda Maria yang terkandung tanpa noda dosa asal, doakan lah aku yang datang berlindung kepada-Mu.
Gaya arsitektur di Gereja Puhsarang memadukan dua hal. Yaitu Jawa dan Katolik dengan nuansa kental. Hal ini bisa dilihat dengan adanya ukiran-ukiran pada dinding hingga atap gereja.
Kepada detikJatim, seorang Katekis di Gereja Puhsarang, Daniel Parwoto menceritakan awal berdirinya gereja ini. Gereja Katolik ini dibangun Romo Jan Wolters yang datang ke Puhsarang pada tahun 1931.
![]() |
Pembangunan saat itu, awalnya diperuntukkan untuk tempat pendidikan. Karena pada zaman itu, penduduk di sekitar Puhsarang banyak yang tidak sekolah.
Setelah pembangunan sekolah, baru pada 1936, Gereja Puhsarang didirikan. Ketika mendirikan Gereja Puhsarang, Romo Wolters tidak hanya berpikir fungsi, tapi juga terkait filosofi gereja. Baginya saat itu, untuk membangun sebuah peradaban, perlu sebuah budaya.
"Sehingga saat itu Romo Wolters belajar budaya sekitar, khususnya bahasa Jawa untuk berkomunikasi dan mudah berinteraksi dengan warga sekitar. Jika dilihat, Gereja Puhsarang tidak seperti gereja yang berada di Eropa," jelas Daniel, Rabu (25/5/2022)
Di mana gereja pada umumnya memiliki atap yang berbentuk kerucut. Namun, Gereja Puhsarang menggunakan atap joglo yang erat dengan mitologi Jawa. Semua yang berada di Gereja Puhsarang memiliki makna simbolis.
Makna simbolis itu sangat berkaitan erat dengan budaya. Ketika akan dibangun gereja, saat itu tanahnya hanya berupa satu undakan. Namun sekarang menjadi tiga undakan.
![]() |
Jika dalam kepercayaan Hindu dan Buddha, terdapat Kamadhatu yang merupakan undakan paling bawah. Undakan paling bawah merupakan pelataran gereja yang berada di sebelah timur. Kemudian naik undakan kedua yang berupa Rupadhatu. Sedangkan undakan ketiga di mana lokasi gereja dinamakan Arupadhatu.
"Adanya sap (undakan) bukan agar halaman terlihat luas. Namun di balik rumah Jawa ada mitologi dari rumah Jawa. Karena adanya akulturasi, agama gereja Katolik masuk pada budaya setempat. Tujuannya bukan agar melebur dengan budaya, akan tetapi budaya ini diberi warna iman. Doanya bahasa menggunakan Jawa, sedangkan iringan musik menggunakan gamelan," jelas Daniel.
Sementara itu, dalam momentum kenaikan Isa Almasih biasanya di gereja ini akan digelar misa. Namun, banyak pula umat Katolik yang memanfaatkan waktu libur dan sengaja ke Puhsarang untuk misa, sekaligus berdoa di Gua Maria. Puh sarang biasanya menjadi jujugan tempat ibadah warga Katolik di Jatim.
(hil/dte)