Kontingen Futsal Kota Malang di Porprov Jatim Curhat Merasa Dikhianati

Kontingen Futsal Kota Malang di Porprov Jatim Curhat Merasa Dikhianati

Muhammad Aminudin - detikJatim
Sabtu, 05 Jul 2025 15:15 WIB
Ketua Asosiasi Futsal Kota (AFK) Malang Rizal Ghoniem.
Ketua Asosiasi Futsal Kota (AFK) Malang Rizal Ghoniem. (Foto: Muhammad Aminudin/detikJatim)
Kota Malang -

Kontingen futsal Kota Malang harus puas dapat medali perak pada gelaran Pekan Olahraga Propinsi (Porprov) IX Jawa Timur 2025. Persiapan selama hampir 10 bulan untuk meraih prestasi gemilang pupus gegara kericuhan di 8 menit sebelum laga bubar.

Ketua Asosiasi Futsal Kota (AFK) Malang Rizal Ghoniem menyampaikan kekecewaan terhadap insiden kericuhan yang terjadi pada laga final futsal Porprov Jawa Timur antara Kota Malang melawan Kota Surabaya di Graha Politeknik Negeri Malang (Polinema), Jumat (27/6).

Akibat adanya insiden kericuhan itu pertandingan dihentikan saat waktu tersisa 8 menit 33 detik dengan skor sementara 0-2 untuk keunggulan tim Kota Surabaya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Rizal menilai bahwa kericuhan yang terjadi di area lapangan bukan berasal dari suporter biasa, melainkan dari pihak yang mengenakan atribut kontingen. Pihaknya mempertanyakan mengapa mereka bisa berada di area steril yang seharusnya hanya diisi oleh ofisial tim dan pemain.

"Kalau dilihat dari video, kericuhan itu berasal dari orang-orang berbaju biru-putih, atau baju kontingen. Seharusnya mereka berada di tribun, bukan di pinggir lapangan," ujar Rizal kepada wartawan, Sabtu (5/7/2025).

ADVERTISEMENT

Rizal juga menyoroti lemahnya pengamanan selama pertandingan. Menurut Rizal, penyelenggaraan Porprov Jatim ke-9 kali ini tidak didukung dengan anggaran yang memadai, terutama dari Dinas Pemuda dan Olahraga Kota Malang sebagai pelaksana teknis.

"Kita tahu anggaran dari Dispora sangat minim, dan hasilnya seperti ini. Pengamanan tidak maksimal, area steril tidak benar-benar steril," katanya.

Rizal menegaskan bahwa Tim Futsal Kota Malang telah mempersiapkan diri selama hampir 1 tahun, termasuk dengan mendatangkan pelatih Liga Pro berlisensi AFC Level 3.

Dengan usaha panjang itu target utamanya adalah untuk meraih emas dari 2 cabang, yakni futsal putra dan putri. Namun, akibat insiden di laga final itu Kota Malang hanya mampu membawa pulang medali perak dari cabang futsal putri. Sedangkan pertandingan putra dihentikan dan kedua tim dinyatakan juara bersama.

Meski telah menerima keputusan juara bersama secara legowo, Rizal mengkritisi bahwa semangat fair play justru dirusak oleh situasi yang tidak terkendali pada saat pertandingan.

"Kami ketinggalan 2-0, tapi dalam futsal 8 menit itu waktu yang sangat panjang. Bisa saja skor berubah. Tapi insiden ini membuat semua kerja keras kami selama 10 bulan tertutup begitu saja," ucapnya.

AFK Malang juga menyesalkan keputusan sepihak yang diambil atas nama keolahragaan tanpa mengedepankan keadilan kompetisi. Rizal berharap KONI Kota Malang tidak hanya hadir saat pertandingan, tetapi juga terlibat aktif dalam pembinaan atlet sejak awal.

"Kami butuh perhatian sejak pembentukan tim, bukan hanya saat pertandingan. Kalau ingin olahraga Kota Malang maju, pembinaan harus jadi prioritas, bukan cuma absensi," harapnya.

Rizal juga menyampaikan rencana AFK Kota Malang ke depan, termasuk peningkatan jumlah pelatih bersertifikasi dan pelaksanaan kompetisi MFL 2025 yang dijadwalkan berlangsung pada Agustus mendatang.

"Kita sudah menjadwalkan gelaran MFL dalam waktu dekat," pungkasnya.




(dpe/abq)


Hide Ads