Masa depan seseorang tidak ada yang tahu. Mimpi Mus'ab menjadi pemain sepakbola harus terhenti karena cedera parah. Ia yang saat itu membela Persiba Bantul harus gantung sepatu. Dari lapangan hijau, Mus'ab pensiun dini dan memutuskan menjadi penjual nasi goreng (nasgor) di Kabupaten Jember.
Ceritanya viral di medsos setelah beredar video yang memperlihatkan Mus'ab menggunakan jersey Persiba Bantul dengan nomor punggung 6. Pada video lainnya menunjukkan Mus'ab beralih profesi sebagai penjual nasgor.
Kisah ini berawal pada tahun 2019 saat Mus'ab mengalami cedera engkel kiri. Saat itu, ia masih aktif bermain sepakbola. Ia juga masih sempat bermain untuk Persiba Bantul pada musim kompetisi tahun 2021.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selama berkarier sebagai pemain sepakbola, Mus'ab pernah membela beberapa klub di Jawa Timur seperti Surabaya Muda, PS Kota Pahlawan, hingga Persid Jember. Hingga akhirnya membela Persiba Bantul.
"Saya bergabung dengan Persiba Bantul pada 2021 untuk satu musim kompetisi. Terakhir main sepakbola bareng Persiba Bantul pada tahun 2021 di Liga 3," kata Mus'ab ditemui di rumahnya di Jalan Mawar Gang V, Kelurahan Jember Lor, Kecamatan Patrang, Kabupaten Jember, Minggu (5/1/2025).
Setelah kontraknya dengan Persiba Bantul selesai, Mus'abkemudian memutuskan pulang ke Jember. Di kota kelahirannya, Mus'ab masih sering bermain bola, namun untuk kelas tarkam atau antarkampung.
"Ketika bermain di level tarkam ini lah saya mengalami cedera pada kaki kanan," kenangnya.
Dua kali cedera parah serius pada kedua engkel membuat Mus'ab membuatnya tak bisa lagi bermain sepakbola dan memutuskan untuk pensiun dini. Ia akhirnya mencoba peruntungan dengan berjualan nasi goreng bersama sang istri.
"Saya pensiun dini di usia 24 tahun karena cedera engkel kanan dan kiri. Jadi tahun 2019, saya mengalami cedera engkel kaki kiri. Terus tahun 2021, saya kembali menderita cedera di engkel kaki kanan. Kondisi tersebut membuat saya mengakhiri karier sepakbola dan memilih berjualan nasi goreng," ujar Mus'ab.
Ia menceritakan, sekitar Oktober 2023, ia berjualan nasgor menggunakan kendaraan roda tiga bersama istri. Sebenarnya, jualan nasgor ini bukan yang pertama kali dilakoni Mus'ab. Sebab, pada tahun 2019, dia sempat berjualan nasi goreng di sela aktivitasnya bermain bola. Saat itu, dia berjualan nasi goreng di tepi jalan raya dekat rumahnya.
"Kebetulan adik saya kan chef di restoran Jakarta. Dia kena kebijakan pengurangan karyawan akibat dampak COVID-19. Tapi sempat minta izin pakai resep restoran itu untuk jualan nasgor sama saya di Jember," ujarnya.
"Kami akhirnya jualan nasgor dekat rumah. Tapi nggak begitu ramai. Paling sehari hanya habis beras 3 kilogram. Nggak bisa buat nabung. Akhirnya berhenti ketika saya gabung Persiba Bantul, dan adik saya kerja di sebuah restoran Surabaya," kenang Mus'ab.
Belajar dari pengalaman sebelumnya, Mus'ab memilih lokasi baru untuk berjualan nasgor. Bukan lagi di tepi jalan dekat rumahnya, tetapi di depan halaman parkir sebuah pertokoan di Jalan Sumatra, Kecamatan Sumbersari.
"Lokasinya tetap di tepi jalan raya. Pakai motor roda tiga yang dimodifikasi, sehingga tidak permanen, bisa dibawa pulang kalau tutup. Modalnya dari hasil menabung saat masih aktif bermain bola," kata pria berjenggot ini.
Ia mengaku resep nasgornya masih sama seperti dulu, yaitu resep nasgor dari sang adik. Mus'ab juga tidak menjual nasgor biasa, melainkan nasgor kebuli ala Timur Tengah. Ia biasa jualan mulai pukul 16.30 WIB hingga malam.
"Jenis nasi goreng kan banyak, ada nasi goreng Jawa dan yang lain. Kalau nasi goreng yang saya jual ini nasi goreng kebuli, nasi kebuli yang digoreng," ujarnya sambil tersenyum.
Awalnya dia hanya menghabiskan beras 5 kilogram setiap hari. Namun, semakin lama semakin ramai. Hingga saat ini dia menghabiskan 12 kilogram beras setiap hari. Ia menjual nasgor dengan harga bervariasi, mulai Rp 15 ribu sampai Rp 30 ribu, bergantung varian dan porsi yang diinginkan pembeli.
"Mulai ramai sejak saya sering upload di medsos, dan saya mem-branding diri saya sebagai mantan pesepakbola yang jualan nasgor. Kalau di restoran yang pakai resep ini harganya Rp 60 ribu, ini resep yang sama, tapi saya jualnya lebih murah," katanya.
Saat ini, Mus'ab mulai kewalahan melayani pembeli. Sebelum pukul 21.00 WIB nasgornya sudah habis. Dia pun mengajak adiknya yang bekerja di restoran Surabaya agar berhenti kerja dan membantunya berjualan nasgor.
"Saya menambah stok beras dan mulai hari ini saya dibantu adik saya. Sebab saya kewalahan. Kasihan yang datang dari jauh kalau kemudian kehabisan," pungkas anak ketiga dari lima bersaudara ini.
(irb/fat)