Perjalanan karier mantan pemain Persela Lamongan, Silvio Escobar sungguh menarik. Pria kelahiran Paraguay ini awalnya tak pernah tahu sama sekali Indonesia namun malah jadi WNI dan memeluk agama Islam.
Escobar pertama kali menginjakkan kaki di Indonesia pada tahun 2014 dengan bergabung bersama Persepam Madura. Saat itu, dia mengaku sama sekali tidak memiliki bayangan tentang seperti apa Indonesia.
"Itu sebenarnya sedikit lucu ya. Saya datang dan teken kontrak bersama tim Liga 2 di Paraguay. Habis teken kontrak, saya balik ke rumah. Sebelum sampai rumah, bosnya (klub itu) telepon lagi. Terus dia tawarin saya ke Indonesia," kenang Silvio Escobar via kanal YouTube Sportcast 77.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Escobar tanpa berpikir lama langsung menerima tawaran tersebut. Padahal, sang pemain belum mengetahui tim mana yang akan dibelanya.
"Tidak dikasih tahu klubnya apa. Terus beli tiket dan tiga hari lagi berangkat. Padahal saya tidak tahu Indonesia di mana," terangnya.
Escobar lantas mencari tahu tentang Indonesia. Dia mencari informasi dari temannya yang sudah berkarier di Indonesia.
"Kemudian saya cari informasi, ada teman yang main di sini (Indonesia) Alfredo Cano. Dia bilang 'jangan ke sini, situasi tidak bagus. Mereka ambil kamu disuruh main tarkam'," kata Escobar menirukan Cano.
Baca juga: Hugo Samir dan Selawat Nabi |
"Saya lalu cerita kepada keluarga dan mereka bilang kamu punya tiket pergi dan pulang. Kalau memang tidak sesuai, ya kembali saja ke Paraguay," lanjutnya.
Setelah bermain di Indonesia, Escobar justru jatuh cinta dengan negeri ini. Keramahan masyarakat Indonesia dan kultur sepak bola yang kuat membuatnya betah tinggal di sini.
Di Indonesia juga pertama kali Escobar mengenal tarkam. Dia sempat beberapa kali main tarkam dan mendapatkan penghasilan.
"Tarkam pertama kali dibayar Rp 1,5 juta sekali pertandingan. Main pertama kali di Tangerang dan seru. Cuma di Indonesia ada tarkam, di luar negeri gak ada," beber pemain berusia 38 tahun tersebut.
Yang lebih mengejutkan, Escobar yang lahir dan dibesarkan dalam keluarga Katolik di Paraguay, memutuskan untuk memeluk agama Islam pada tahun 2015. Keputusan ini diambil setelah lama berinteraksi dengan rekan-rekan Muslim di timnya.
"Jumat pagi saya bangun, saya sendiri jalan untuk sunat. Saya datang di klinik, saya masuk. Semua suster di situ malu sekali. Tapi ya sudah masuk ya sudah. Terbuka saja," ucap Escobar sambil tertawa.
Puncak dari kecintaannya pada Indonesia adalah keputusannya mengajukan diri menjadi Warga Negara Indonesia (WNI). Setelah melalui berbagai proses, Escobar resmi menjadi WNI pada tahun 2020.
"Sebenarnya dari tahun 2016 sudah mengurus dokumen, tapi tak pernah diurus oleh orangnya. Pas saya datang ke Persija, mereka janji ke saya untuk membantu saya naturalisasi. Pas saya dipinjamkan ke PSIS, kembali ke situ, hampir selesai saat itu tapi belum. Akhirnya saya urus sendiri, sekitar 2-3 minggu selesai," pungkas pemain yang saat ini membela Dejan FC tersebut.
Kisah Silvio Escobar menjadi bukti bahwa sepak bola bisa menjadi jembatan penghubung antar-budaya. Dari seorang pemain asing yang tak tahu apa-apa tentang Indonesia, kini dia telah menjadi bagian tak terpisahkan dari negeri ini.
(abq/iwd)