Penampilan Arema FC menjadi sorotan di BRI Liga 1 2023/2024. Klub berjuluk Singo Edan tersebut tak kunjung meraih kemenangan hingga pekan ketujuh.
Dari 7 laga yang telah dilalui, Evan Dimas dan kawan-kawan hanya mampu mencatatkan 2 hasil imbang dan 5 kekalahan. Catatan itu jelas sangat mengecewakan bagi tim yang memiliki sejarah panjang seperti Arema.
Hasil buruk ini mengantarkan Arema untuk sementara berada di dasar klasemen Liga 1. Ada banyak faktor yang membuat performa Singo Edan menurun. Apa saja? Berikut ulasannya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lini belakang rapuh
Lini belakang Arema tampil sangat buruk sejauh ini. Hingga pekan ketujuh, Singo Edan telah kebobolan sebanyak 19 gol. Jumlah tersebut membuat Arema jadi tim paling banyak kebobolan dibanding klub lain.
Catatan negatif itu mungkin terjadi lantaran lini pertahanan Arema banyak diisi wajah-wajah baru musim ini. Mereka adalah Julian Schwarzer, Asyraq Gufron, Ichaka Diarra, Mikael Tata, Rifad Marasabessy, dan Hamdi Sula. Chemistry mereka terlihat belum terhubung dengan baik.
Selain itu, hengkangnya Adilson Maringa ke Bali United pada awal musim juga cukup berdampak. Sebagai gambaran, Maringa musim lalu hanya kebobolan 11 gol dari 7 laga awal bersama Singo Edan.
Sektor depan tumpul
Tidak hanya lini belakang yang buruk, lini depan Arema juga sangat mengecewakan. Singo Edan baru membukukan 7 gol dari 7 pertandingan. Itu artinya, mereka hanya mencetak rata-rata satu gol per laga.
Uniknya lagi, semua gol itu hanya diciptakan oleh satu pemain, yakni Gustavo Almeida dos Santos. Ketergantungan Arema terhadap Gustavo tentu tidak boleh diteruskan. Sebab, sepak bola adalah permainan tim, bukan individu.
Dampak buruknya ketika Gustavo tampil buruk atau tidak menemukan permainan terbaiknya, maka Arema dipastikan kesulitan mencetak gol. Hal itu terbukti dari dua laga Arema terakhir. Saat Gustavo gagal mencetak gol ke gawang Barito Putera dan PSIS Semarang, Arema harus mengakui keunggulan lawan-lawannya.
Main kandang rasa tandang
Tidak dapat dipungkiri menurunnya performa Arema juga terjadi lantaran mereka tidak
mendapatkan dukungan langsung dari para pendukungnya, Aremania. Singo Edan musim ini harus menjadi klub musafir karena mendapatkan hukuman dari PSSI pasca Tragedi Kanjuruhan.
Arema kini memilih Stadion Kapten I Wayan Dipta, Gianyar, Bali, sebagai homebase. Akibat pindah homebase, pertandingan kandang Arema selalu sepi penonton. Selain karena aksi boikot dari arek Malang, jarak tempuh ke Pulau Bali juga sangat jauh.
Dihimpun laman resmi PT LIB, dari tiga laga kandang yang telah dijalani Arema sejauh ini, jumlah penontonnya hanya 680 orang. Dengan rincian, terdapat 305 penonton lawan Persib Bandung, 288 penonton menghadapi Bali United, dan 87 penonton lawan Barito Putera.
(abq/iwd)