.webp)
Ketua Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) Mahfud Md menilai, penangan Tragedi Kanjuruhan jauh lebih baik dibanding penanganan kasus-kasus sepakbola sebelumnya. Banyak kasus sepakbola sebelumnya yang juga merenggut korban jiwa, namun proses penanganannya tidak tuntas.
"Anda tahu, orang meninggal dari sepakbola di Indonesia jika dihitung sampai sebelum peristiwa (Tragedi) Kanjuruhan, jumlahnya 89 orang. Tapi tidak ada satu pun yang masuk penjara," kata Mahfud usai menghadiri pengukuhan guru besar Universitas Jember (Unej), Sabtu (29/10/2022).
Dalam penanganan Tragedi Kanjuruhan, sambung Mahfud, hingga saat ini sudah ada 6 orang yang ditahan. Ini menunjukkan kemajuan penanganan kasus sepakbola dibanding sebelumnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Yang sekarang ini sudah enam orang ditahan. Ada kemajuan. Beda dulu. Bentuk tim tidak ada hasilnya. Sekarang hasilnya ada," terangnya.
Bukan hanya sanksi hukum, sanksi administratif juga diterapkan dalam penanganan Tragedi Kanjuruhan. Di antaranya adalah pencopotan sejumlah pejabat di institusi kepolisian.
"Kapoldanya dicopot. Kapolresnya dicopot. Harus bertanggung jawab secara administratif dulu. Kalau ketemu lagi pidananya, ambil, penjarakan," tegasnya.
Menurut Mahfud, penyelidikan masih terus berjalan. Jika nantinya ada lagi yang harus bertanggung jawab, maka akan diproses sesuai prosedur yang ada. "Sekarang terus diselidiki, siapa lagi yang akan diambil," ujarnya.
Rekomendasi TGIPF, lanjut Mahfud, juga mulai dijalankan oleh Presiden Jokowi. Ini menunjukkan bahwa pemerintah benar-benar serius dalam menangani Tragedi Kanjuruhan agar sepakbola Indonesia jauh lebih baik.
"Semua rekomendasi yang diberikan TGIPF sudah dilakukan oleh presiden. Administratif, keamanan sudah dijalankan semua. Termasuk renovasi semua stadion. Sudah jalan," pungkasnya.
(abq/sun)
