Tragedi Kanjuruhan menyisakan duka mendalam bagi seluruh masyarakat Indonesia. Malam mencekam selepas laga Derby Jatim antara Arema FC vs Persebaya itu jadi sejarah paling kelam bagi dunia sepakbola Tanah Air.
Hingga hari ini, 132 orang meninggal dunia buntut Tragedi Kanjuruhan. Suporter saling berdesakan berebut keluar setelah aparat keamanan melepaskan tembakan gas air mata. Menjadi pertanyaan besar hingga sekarang, siapa orang yang pertama kali menembakkan gas air mata?
Melansir hasil investigasi tim detikX, aparat yang pertama kali menembakkan gas air mata itu berasal dari satuan Brimob yang memakai rompi warna hijau. Ini didapat dari penelusuran video yang direkam oleh salah seorang Aremania, Rinto (bukan nama sebenarnya). Nyawa Rinto sendiri tak terselamatkan setelah badannya terhimpit tembok dan berjejal bersama ribuan orang di pintu 13 Stadion Kanjuruhan, 1 Oktober 2022.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, Rinto sempat mengirimkan sebuah video kepada seorang temannya. Total, dia merekam tiga video detik-detik Tragedi Kanjuruhan. Dia merekam video itu dari Tribun 13 di sisi selatan atau biasa disebut Curva Sud.
"Perekam video juga jadi korban meninggal. Tapi dia sempat kirim video ke temannya pakai Share It. Jadi metadatanya aman. Kami juga nggak tahu gimana caranya," ungkap salah seorang sumber yang tidak ingin disebut nama dan institusinya ditemui di Malang, Kamis, 6 Oktober lalu.
Video milik Rinto jadi jalan awal tim investigasid detikX menelusuri apa yang sebenarnya terjadi di Stadion Kanjuruhan malam itu, terutama di Pintu 13. Tiga video yang diabadikan oleh Rinto itu lantas dibandingkan dengan 11 video dari Radio Chakra Bhuwana (RCBFM), 3 video YouTube, dan 3 video dari media sosial.
Dalam salah satu video berdurasi 1 menit 7 detik yang direkam Rinto, tampak seorang anggota Brimob yang memakai rompi hijau menembakkan gas air mata. Tembakan itu dilepaskan pada pukul 22.08 WIB lebih 59 detik. Jaraknya sekitar 40 meter dari tribun 13. Ini terkonfirmasi juga dari tiga video lainnya yang diambil dari tribun barat VVIP dan dua dari tribun timur.
Tipe senjata yang digunakan Pasukan Antihuru-hara ini adalah Flash Ball Super Pro 44 mm. Sekali tembak, senjata ini dapat melontarkan dua peluru. Itu terkonfirmasi dari foto senjata gas air mata milik kepolisian yang tim detikX dapatkan.
Selain jenis senjata gas air mata dua laras, polisi menggunakan senjata gas air mata jenis lainnya. Senjata itu di antaranya senjata gas air mata 1 laras dengan 3 tabung, 1 laras 5 tabung, 1 laras dengan 1 tabung, dan 2 laras jenis Flash Ball Compact produksi Varney asal Prancis.
Secara total, tim detikX mendapatkan ada setidaknya 48 tembakan gas air mata dengan lebih dari 66 peluru yang dilepaskan kepolisian pada malam itu. Sebagian besar tembakan dilepaskan ke arah tribun selatan dan utara. Jumlah ini didapat dari hasil komparasi dan analisis dari total 16 rekaman video yang diambil dalam Stadion Kanjuruhan pada saat malam kejadian. Metadata berbagai video tersebut sudah teruji keasliannya.
Untuk meminimalkan kekeliruan dalam penghitungan, detikX mengerahkan empat orang untuk sama-sama mengecek jumlah tembakan dan letupan yang terdengar di setiap video. Jumlah yang didapatkan dari satu video akan dibandingkan lagi dengan video lainnya dari sisi berbeda dan dipastikan lagi menit serta detiknya.
Hasil analisis ini telah detikX sampaikan kepada Kadiv Humas Polri Irjen Dedi Prasetyo. Namun, Dedi mengaku tim penyidik masih membutuhkan waktu untuk menganalisis ulang temuan ini. "Hanya sesuai info sementara, senjata gas air mata yang ditembakkan oleh oknum anggota Polri dengan total berjumlah 11 kali," kata Dedi Prasetyo kepada reporter detikX pada Senin, 10 Oktober 2022.
Untuk membaca hasil investigasi tim detikX lebih lengkap, baca di sini.
(hil/dte)