Tragedi Kanjuruhan menyedot perhatian dunia. Laga Arema FC Vs Persebaya ini berakhir dengan kematian aremania 131 orang dan luka berat-ringan 557 orang. Raffi Atha Dziaulhamdi (14) salah satu suporter Arema FC jadi korban tembakan gas air mata saat tragedi. Matanya memerah sejak terkena langsung tembakan gas air mata.
Dokter spesialis mata RS Mata Undaan, dr Dini Dharmawidiarini SpM(K) menjelaskan mata memerah di sklera atau putih-putih mata biasanya subkonjungtiva bleeding, yaitu pendarahan di bawah selaput lendir mata.
Penyembuhannya bisa membutuhkan waktu satu sampai dua minggu. Jika sangat luas dan sangat banyak bisa sampai satu bulan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau yang konteksnya merah karena pendarahan di bawah selaput bisa sembuh sendiri, tapi lama dengan diberi obat tetes itu bisa membantu supaya darahnya terserap. Tapi kalau yang terkena korneanya hitam mata harus pakai obat, kalau dibiarkan saja, tidak bisa," urai Dini kepada detikJatim, Senin (10/10/2022).
Sementara dampak fatal bila mata terkena gas air mata, jelas dia, adalah kebutaan hingga kehilangan bola mata.
"Jika membekas kekeruhan kornea, karena membekas lukanya tajam, penglihatan terganggu. Kalau ada infeksi sekunder yang tidak bisa tertangani itu bisa sampai akses kornea, selain berdampak pada kebutaan kalau yang berat sekali selain buta bisa kehilangan bola mata atau meleleh korneanya. Tapi itu sangat jarang, kecuali infeksi berat," ujarnya.
Dia menjelaskan bahwa gas air mata berisi bahan kimia. Jika terpapar bisa menjadi trauma kimia. Trauma kimia sendiri banyak jenisnya, karena gas air mata biasanya dari campuran aerosol, termasuk kimia basah. Jika seseorang mengalami trauma kimia basah, bahan kimianya bisa meresap ke dalam mukosa atau selaput lendir mata.
"Jadi kalau ada trauma kimia atau apapun itu termasuk gas air mata penanganannya harus segera dibersihkan dengan air biasa. Air apa saja air kran untuk menetralkan untuk membersihkan supaya tidak meresap ke dalam selaput lendir mata," tambahnya.
Jika terpapar gas air mata sedikit atau banyak, pihaknya menyarankan agar reflek menutup mata secepat mungkin. Namun jika terpapar terlalu banyak, tambah dia, risikonya makin besar.
"Kalau terpaparnya banyak, risikonya semakin besar. Tidak hanya selaput konjungtiva atau selaput lendir mata yang putih saja, tapi kornea juga bisa rusak," jelas.
Menurutnya, jika cepat diguyur dengan air biasa akan meminimalkan risiko kerusakan permanen. Namun bila terlalu lama, tidak hanya putih-putih mata atau sklera saja bisa memerah seperti berdarah atau bengkak, melainkan korneanya juga bisa rusak atau erosi kornea. Parahnya lagi, lapisan kornea paling luar bahkan bisa mengelupas.
Kelainan-kelainan akibat gas air mata ini bisa disembuhkan dengan obat, maka bisa sembuh sediakala. Namun jika ada infeksi sekunder masuk melalui mata tersebut, bisa lebih lama penyembuhannya. Sembuhnya pun bisa dua kemungkinan, kembali jernih atau membekas.
"Kalau membekas, kornea itu harusnya transparan menjadi keruh. Kalau keruh, penglihatan mata kita bisa terganggu," kata dia.
(esw/fat)