Masyarakat Surabaya telah melaksanakan pesta demokrasi pemilihan kepala daerah (Pilkada) pada 27 November 2024. Gelaran Pilkada di Surabaya berjalan aman, lancar, dan kondusif bukan tanpa alasan. Pengamat politik mengungkapkan beberapa alasan Pilkada di Surabaya berjalan kondusif.
"Biasanya potensi konflik timbul jika ada calon lain, lalu persaingan ketat, dan ada indikasi kecurangan, maka itu berpotensi konflik. Sedangkan ini calon cuma satu, maka dengan sendirinya harmonisasi dapat terwujud," ujar Pengamat Politik Universitas Negeri Surabaya Mubarok Muharram saat dihubungi detikJatim, Jumat (29/11/2024).
Sementara itu, terkait Pilgub Jawa Timur yang diikuti tiga paslon, Mubarok mengatakan tidak ada polarisasi yang berpotensi mengakibatkan konflik di tengah masyarakat, terutama pascapemungutan suara.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau Pilgub Jatim, pertama kondusif karena tidak ada polarisasi ideologi, sehingga tidak ada perbedaan yang mendasar di antara tiga calon itu," katanya.
Selain itu, dari hasil beberapa lembaga survei, terdapat selisih hasil yang cukup jauh antar paslon. Sehingga kecil potensi para paslon untuk saling gugat. Salah satunya, hasil survei Charta Politika dengan data suara masuk 100% per 28 November 2024 pukul 12.27 WIB.
Hasil quick count itu menunjukkan paslon Khofifah-Emil unggul telak 57,23% dibanding paslon Risma-Gus Hans sebesar 34,61%, dan paslon Luluk-Lukman yang hanya memperoleh 8,16% suara.
"Kalau lihat dari survei sepertinya kan semua sudah percaya dengan hasilnya. Semua lembaga survei selisihnya kan banyak, sehingga kemungkinan itu membuat lebih harmonis," tutur Mubarok.
Ia pun memprediksi, situasi masyarakat akan tetap kondusif tidak hanya saat hari pencoblosan. Tetapi, situasi akan tetap kondusif hingga KPU mengumumkan hasil resmi Pilkada serentak 2024.
"Karena Surabaya satu calon, Jatim ideologi nggak ada polarisasi tajam, pertimbangan lembaga quick count selisihnya jauh, sehingga kemungkinan kondusif sampai pengumuman landai-landai saja," pungkasnya.
(irb/iwd)