Azan baru saja berhenti berkumandang. Seorang lelaki berperawakan ramping naik ke mimbar. Ia mengenakan sarung lengkap dengan baju gamis, serta kopiah menutup kepala. Sesaat kemudian, terucap salam disahut jawaban oleh seluruh jemaah.
Pria itu adalah Samsuddin. Warga Kebonagung, Pacitan tersebut sudah lama menjadi takmir masjid. Ia mendapat giliran menjadi khatib salat Jumat sebulan sekali. Dalam ceramahnya, beragam isu dibahas. Bukan melulu tema keagamaan, namun juga fenomena sosial hingga demokrasi.
"Saat ini tahapan Pemilihan Kepala Daerah tengah berlangsung. Sebagai umat seharusnya kita turut mendukung terselenggaranya momen tersebut sebagai wujud hubbul wathan," katanya," kata Samsuddin, Jumat (15/11/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam khotbahnya, Samsuddin yang juga dikenal sebagai tokoh masyarakat itu menjelaskan, pentingnya partisipasi dalam pilkada. Sebab, tiap suara yang diberikan sangat menentukan masa depan daerah lima tahun ke mendatang. Di sisi lain, ia menyinggung cinta bangsa yang merupakan salah satu sendi beragama.
Tak hanya aktif berpartisipasi dalam pemilihan, sang khatib juga mengingatkan peran serta umat Islam dalam kelancaran penyelenggaraan. Salah satunya, dengan ikut memantau seluruh tahapan. Tujuannya agar proses yang ada tidak tercedarai oleh pelanggaran.
"Jika mendapati kesalahan atau kekeliruan, tugas kita adalah mengingatkan. Tolong-menolong di dalam kebaikan dan takwa, bukan tolong menolong dalam dosa dan kemunkaran," imbuhnya.
Dalam sebulan terakhir, tema pengawasan partisipatif memang kerap bergaung di masjid-masjid, khususnya melalui mimbar Jumat. Hal itu merupakan bagian dari program 'Khutbah Pengawasan' yang digagas Bawaslu Pacitan. Melalui konten khotbah, bawaslu mengajak jemaah ikut aktif mengawasi dan mengawal pemilihan serentak 2024.
Sedikitnya, ada 1.300 masjid di seantero Kabupaten Pacitan digunakan untuk Salat Jumat. Bawaslu pun menggandeng Kementerian Agama setempat untuk memberikan edukasi, norma, sekaligus etika politik melalui materi khotbah.
Secara berjenjang, para khatib diberikan pembekalan terkait materi pengawasan. Mereka kemudian mendapatkan kumpulan materi yang tersusun dalam sebuah buku sekaligus untuk didistribusikan ke seluruh masjid.
"Mimbar Jumat adalah pranata sosial yang sudah ada di masyarakat. Ada atau tidak ada pilkada, setiap Jumat, masyarakat akan datang ke masjid untuk mendengarkan khotbah dari khatib," kata Syamsul Arifin, Ketua Bawaslu Pacitan.
"Dari pemikiran itu, kemudian Bawaslu berpikir untuk memanfaatkan materi khutbah dari khatib dengan memberikan materi-materi kepemiluan, kebangsaan, dan cinta tanah air. Semoga ikhtiar ini bermanfaat," imbuh tokoh yang juga pegiat Muhammadiyah itu.
Syamsul berharap, melalui Khutbah Pengawasan, masyarakat ikut secara aktif menjadi pengawas partisipatif. Yaitu dengan ikut mengawasi pelaksanaan tahapan pilkada dan melaporkan jika mendapati dugaan pelanggaran ataupun memberikan informasi awal dugaan pelanggaran kepada bawaslu.
(irb/hil)