Emil Elestianto Dardak selaku A'wan Syuriah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jatim turut mengikuti Upacara Peringatan Hari Santri di Halaman Rektorat Kampus Universitas Hasyim Asy'ari Tebuireng, Jombang. Kehadirannya mencerminkan dukungan kuat Emil terhadap peran santri dan NU dalam menjaga nilai-nilai keagamaan dan kebangsaan di Jawa Timur.
Tidak hanya menghadiri upacara, Emil juga turut serta dalam kegiatan ziarah muassis NU yang menjadi agenda penting PWNU Jatim dalam suasana Peringatan Hari Santri ini.
Ziarah ini dilakukan bersama Ketua PWNU Jatim, KH Abdul Hakim Mahfudz atau Gus Kikin bersama seluruh jajaran pengurus dengan tujuan mengunjungi makam-makam ulama besar yang berpengaruh di Jawa Timur.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Emil dan Gus Kikin terlihat dalam satu mobil yang sama saat menuju Tebuireng. Ini menandakan kekompakan dan keharmonisan hubungan di antara pimpinan PWNU Jatim.
Rangkaian ziarah dimulai dengan ziarah ke makam-makam ulama yang telah berjasa dalam perjuangan kemerdekaan. Ziarah itu dimulai dari makam Hadratussyeikh KH Hasyim Asy'ari dan para putranya di Tebuireng.
Selanjutnya, kegiatan dilanjutkan ke makam Kyai Romli di Darul Ulum Rejoso, Kyai Bisri Syamsuri di Ponpes Denanyar, serta Kyai Wahab Hasbullah di Tambakberas.
"Ziarah ini merupakan wujud penghormatan kepada para ulama yang telah berjasa besar dalam dakwah dan pendidikan Islam," ujar Emil saat ditemui di lokasi ziarah.
Emil menyebutkan bahwa Hari Santri adalah momen yang sangat penting bagi sejarah bangsa Indonesia. Dia tekankan makna historis pada hari yang jatuh setiap 22 Oktober ini, yang bertepatan dengan peringatan Resolusi Jihad.
Resolusi jihad menurutnya merupakan sebuah momen penting dalam rangkaian menuju Hari Pahlawan. Resolusi Jihad adalah bukti nyata peran besar santri dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
"Alhamdulillah, ini hari yang spesial memang, sejak 2015 kita mulai memperingati Hari Santri," kata Emil.
Emil menegaskan bahwa peringatan Hari Santri tidak hanya sekadar acara seremonial, tetapi juga mengandung nilai spiritual yang mendalam untuk mengingat perjuangan dan keteladanan para ulama terdahulu.
"Bahwa perjuangan dan jasa para ulama ini harus senantiasa diingat dan dilestarikan oleh seluruh generasi penerus, khususnya para santri," pungkas dia.
(dpe/iwd)