Cagub nomor urut 1 Luluk Nur Hamidah menyoroti kurangnya pemanfaatan potensi ekonomi di Pulau Madura, yang sebenarnya memiliki banyak peluang. Terutama di sektor garam dan jagung.
Luluk menyayangkan tingginya angka impor kedua komoditas tersebut yang mencapai triliunan rupiah, padahal Indonesia memiliki potensi untuk memproduksi sendiri. Hal ini disampaikannya dalam segmen keempat Debat Perdana Pilgub Jatim 2024, yang mengangkat subtema demografi, kemiskinan, dan kesenjangan.
Sebelumnya, Luluk bertanya kepada Khofifah mengenai langkah-langkah yang dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan dan perekonomian masyarakat Madura. Ia menegaskan bahwa masyarakat Madura sering merasa kurang diperhatikan dan seolah bukan bagian dari Jawa Timur.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menanggapi hal ini, Khofifah menjelaskan bahwa pemerintah telah mengembangkan infrastruktur dan konektivitas, serta meningkatkan akses kesehatan di Madura. Namun, Luluk membantah, menyatakan bahwa bidang ekonomi di Madura belum sepenuhnya tersentuh.
"Jembatan Suramadu masih sebatas jembatan rakyat, belum menjadi jembatan ekonomi," ujarnya.
Luluk juga menekankan pentingnya hilirisasi sektor pertanian, peternakan, dan perikanan di Madura. Ia menyoroti potensi besar garam Madura, yang memiliki kandungan NaCl 97%, sangat cocok untuk industri. Dengan mendukung ekosistem pergaraman ini, Indonesia tidak perlu lagi mengimpor garam dalam jumlah besar.
"Mereka memiliki garam berkualitas tinggi, kenapa tidak kita dukung? Ekosistem pergaraman di Madura memungkinkan kita untuk mengurangi impor garam, yang setiap tahunnya mencapai triliunan rupiah. Ini adalah salah satu cara untuk mendukung dan mencintai Madura," ungkap Luluk.
Ia juga menyebut potensi jagung di Madura, di mana seharusnya bisa menjadi sumber utama produksi jagung di Indonesia, namun ironisnya Indonesia justru mengimpor jagung dalam jumlah besar.
Berdasarkan data yang dihimpun detikJatim, impor garam Indonesia pada tahun 2023 mencatat peningkatan signifikan baik dari segi volume maupun nilai dibandingkan tahun 2022. Volume impor naik menjadi 2,8 juta ton dari 2,75 juta ton pada 2022, sementara nilai impornya meningkat dari US$ 124,4 juta menjadi US$ 135,3 juta.
Mayoritas garam yang diimpor Indonesia berasal dari Australia, dengan volume mencapai 2,15 juta ton atau sekitar 77% dari total impor garam pada tahun 2023. India menjadi pemasok utama kedua dengan volume 641 ribu ton, diikuti oleh negara lain seperti Selandia Baru, Cina, Jerman, dan Thailand, meskipun dalam jumlah yang lebih kecil.
(abq/iwd)