Warga Jatim Cenderung Pilih Pemimpin dengan Emosional Bukan Profesional

PILKADA JAWA TIMUR

Kenali Kandidat

Warga Jatim Cenderung Pilih Pemimpin dengan Emosional Bukan Profesional

Angely Rahma - detikJatim
Selasa, 24 Sep 2024 06:30 WIB
Ilustrasi Pilgub Jatim 2024
Ilustrasi Pilgub Jatim (Foto: Aulia Elizabeth Dewi/detikJatim)
Surabaya -

Menjelang Pemilihan Gubernur Jawa Timur 2024, pengamat politik dari Universitas Brawijaya Wawan Sobari menyoroti tren pemilih di Jawa Timur yang lebih mengedepankan aspek emosional dibandingkan profesional dalam menentukan pilihannya.

Meskipun ketiga pasangan calon yang bersaing memiliki latar belakang yang kuat dan beragam, Wawan mengungkapkan bahwa faktor emosional memainkan peran dominan dalam keputusan pemilih.

"Pemilih di Jawa Timur, seperti halnya di banyak daerah lain, cenderung memilih berdasarkan kedekatan emosional, bukan semata-mata karena rekam jejak profesional para calon," ujar Wawan kepada detikJatim, Selasa (24/9/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Wawan, meski pengalaman dan prestasi profesional tetap diperhitungkan, hal ini tidak menjadi faktor penentu utama bagi mayoritas pemilih. Ia menyebut, hanya sekitar 10 hingga 15 persen pemilih yang menjadikan latar belakang profesional sebagai alasan utama dalam memilih calon gubernur. Sebaliknya, mayoritas pemilih lebih terpengaruh oleh hubungan emosional yang dibangun oleh kandidat dengan masyarakat.

"Rekam jejak profesional itu penting, tetapi yang lebih menentukan adalah bagaimana calon tersebut dapat meraih hati dan empati publik," jelas Wawan.

ADVERTISEMENT

Ia menambahkan keterhubungan emosional bisa muncul dari berbagai faktor, seperti kesederhanaan calon, bagaimana mereka berkomunikasi, serta bagaimana mereka menyentuh isu-isu yang relevan dengan kehidupan sehari-hari masyarakat. Hal ini membuat calon yang dinilai 'dekat' dengan rakyat, lebih berpeluang untuk mendapatkan dukungan luas.

Salah satu contoh yang disorot Wawan adalah Khofifah Indar Parawansa, yang meski pernah menjabat sebagai Gubernur Jawa Timur, belum tentu akan secara otomatis kembali terpilih. Elektabilitas Khofifah yang tinggi saat ini, menurut Wawan, bukan semata-mata karena prestasinya selama memimpin, tetapi karena hubungan emosional yang telah ia bangun selama bertahun-tahun dengan masyarakat Jawa Timur.

"Khofifah memang punya pengalaman yang mumpuni, tetapi jika hanya mengandalkan hal itu, belum tentu ia bisa menang lagi. Yang lebih penting adalah bagaimana calon bisa menyentuh hati pemilih," tambahnya.

Wawan juga menjelaskan bahwa para calon gubernur harus memahami pentingnya membangun citra yang bersih dan bebas dari korupsi serta nepotisme, karena isu ini sangat sensitif di kalangan pemilih. Integritas dan kesederhanaan dinilai menjadi nilai tambah yang mampu membangkitkan simpati masyarakat.

Selain itu, meski profesionalitas calon penting, faktor emosional tetap menjadi penentu utama di Jawa Timur. Para pesaing Khofifah, seperti Tri Rismaharini dan Luluk-Lukman, diharapkan bisa menawarkan sesuatu yang lebih dari sekadar visi-misi berbasis program kerja. Mereka perlu menunjukkan sisi kemanusiaan dan kepedulian terhadap masyarakat agar bisa bersaing di hati pemilih.

Dengan pemilihan gubernur yang semakin dekat, para kandidat diharapkan tidak hanya mengandalkan keunggulan program atau pengalaman mereka, tetapi juga berupaya membangun ikatan emosional yang kuat dengan masyarakat.




(hil/iwd)

Agenda Pilkada 2024

Peraturan KPU 2/2024 tentang Tahapan dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah Tahun 2024
2024
22 September 2024
Penetapan Pasangan Calon
25 September 2024- 23 November 2024
Pelaksanaan Kampanye
27 November 2024
Pelaksanaan Pemungutan Suara
27 November 2024 - 16 Desember 2024
Penghitungan Suara dan Rekapitulasi Hasil Perhitungan Suara

Berita Terpopuler


Hide Ads