Hari terakhir pendaftaran, PDI Perjuangan memutuskan untuk mengusung Tri Rismaharini (Risma) sebagai Bakal Calon Gubernur Jawa Timur berpasangan dengan Zahrul Azhar Asumta (Gus Hans). Adanya keputusan ini tentu mengejutkan, karena sebelumnya, beredar isu Risma bakal didampingi Wali Kota Malang periode 2018-2023 Sutiaji.
Sutiaji pun mengungkap bagaimana cerita di balik adanya perubahan sosok pendamping Risma maju Pilgub Jawa Timur 2024 itu. Bukan karena keputusan partai, melainkan Sutiaji sendiri yang memilih mundur karena pertimbangan keluarga.
"Karena pertimbangan keluarga, saya memutuskan itu (batal maju)," ujar Sutiaji kepada detikJatim, Kamis (29/8/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ketika sudah bulat untuk membatalkan diri mendampingi Risma, Sutiaji mengaku ia kemudian menghubungi pengurus DPD PDI Perjuangan Jatim.
"Setelah ada pertimbangan keluarga, saya kemudian menyampaikan kepada DPD PDIP Jawa Timur. Kemarin, sekitar pukul 15.40 WIB melalui telepon," bebernya.
"Saya harap teman-teman masih solid bukan PDIP memotong atau apa, tapi murni alasan keluarga. Saya sama sekali tidak punya beban, karena saya lebih mementingkan keluarga," sambungnya.
Sebelum memutuskan batal maju sebagai Bakal Calon Wakil Gubernur Jawa Timur mendampingi Risma, Sutiaji telah memenuhi beberapa persyaratan yang diperlukan. Salah satunya mengajukan permohonan Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK).
"Sudah berproses urus SKCK, kemudian kesehatan jasmani, rohani dan bebas narkoba yang harus ke rumah sakit. Tapi kemudian ada di pikiran saya, lebih mempertimbangkan keluarga," terangnya.
Pria kelahiran Lamongan ini bercerita, bagaimana proses dirinya ditunjuk untuk diajukan oleh DPD PDI Perjuangan sebagai bakal calon wakil kepala daerah.
Berawal saat PDI Perjuangan mencari sosok bakal yang memiliki background pondok pesantren, serta memiliki pengalaman di eksekutif dan legislatif.
Sutiaji langsung membangun komunikasi dengan sejumlah tokoh dan kiai ketika dirinya mendapat amanah sebagai kandidat yang diusulkan untuk menerima rekomendasi sebagai bakal calon wakil gubernur.
"Kenapa PDIP ambil Sutiaji. Salah satu di antaranya adalah dipertimbangkan orang-orang mempunyai background di pondok pesantren. Terus orang-orang yang agamis. Ternyata merujuknya setelah mencari informasi sana sini, bukan hanya orang agamis saja, tapi punya rekam jejak di legislatif dan eksekutif. Karena nanti yang dihadapi bla..bla kan gitu," ceritanya.
"Setelah saya mengetahui ada kepastian mau dapat rekom, mau diajukan itu kan. Saya mulai melakukan komunikasi dengan para kiai dan tokoh. Sudah clear. Karena salah satu rujukannya itu," sambungnya.
Makanya, Sutiaji tak terkejut saat PDI Perjuangan menunjuk Gus Hans sebagai pengganti untuk mendampingi Risma. Sebab, memang PDI Perjuangan mencari figur calon wakil gubernur yang memiliki background pondok pesantren dan agamis.
Sutiaji membantah ketika dirinya mengalihkan langkah politik dengan maju di Pilkada tingkat kota ataupun kabupaten. Sebab sebelumnya, dirinya sudah berikrar hanya akan satu periode memimpin Kota Malang.
"Saya sudah ngomong, pantangan bagi saya kalau sudah ngomong A jadi B, ndak. Saya dulu sudah sampaikan 1 periode di kota, bahasanya begitu. Kemarin prinsip hidup dengan keluarga menikmati usia tua dengan mendalami ilmu agama. Ternyata, kok situasinya memungkinkan untuk berkiprah di tingkat provinsi, akhirnya ya gitu," ungkap Sutiaji.
Tak lupa, Sutiaji mengapresiasi langkah PDI Perjuangan saat mengusulkan dan memberikan kepercayaan kepada dirinya untuk memperoleh dukungan maju Pilgub Jawa Timur mendampingi Risma.
"Saya sampaikan apresiasi dan berterima kasih kepada PDI Perjuangan yang sudah memberikan kepercayaan kepada saya untuk maju sebagai calon wakil gubernur," tutup Sutiaji.
(hil/iwd)