Sebuah warung makan di Jalan Bubutan II, Alun-alun Contong, Surabaya mendadak viral di media sosial. Pasalnya, warung milik Siti Maisun atau yang akrab disapa Mbak May itu menamakan nama-nama menu makanannya mulai dari cumi ngaceng hingga jembut Belanda.
Warung sederhana itu sendiri dinamakan Kongde yang merupakan kependekan dari bokong gede. warung dengan nama nyentrik ini ternyata sudah ada sejak era 60-an. Warung ini dikelola secara turun-temurun yang sudah masuk generasi ketiga.
Di tangan Mbak May, Warung Kongde menjelma jadi tempat makan legendaris dengan cita rasa mantap dan nama menu yang penuh celetukan saru khas Suroboyoan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nama Warung Kongde sendiri ternyata lahir dari guyonan sederhana. Dulu, tubuh Mbak May yang montok sering jadi bahan candaan para pelanggan.
"Waktu itu aku nguleg, terus onok (ada) wong mangan ngomong, 'iku opo bokong ta gentong?' (itu apa pantat atau gentong?) Terus diceluk (dipanggil) aku 'Kongde', bokong gede (pantat besar). Jadilah warung iki (ini) disebut Warung Kongde, Bokong Gede," cerita Mbak May kepada detikJatim, Senin (22/9/2025).
Akhirnya, Mbak May menamainya sebagai Warung Kongde. Sebelumnya, tempat itu dahulu dikenal sebagai 'Warung Biru'.
Pergantian nama warung itu juga justru jadi daya tarik tersendiri dari berbagai daerah dan bermacam-macam kalangan. Kalau mampir ke warung ini, jangan kaget kalau disambut dengan sapaan unik dari Mbak May.
"Makan opo (apa), sayang? Cumi ngaceng e onok (ada), jembut belanda onok, lengkap!" serunya dengan suara lantang.
Nama-nama menu seperti cumi ngaceng, udang telanjang, jembut Belanda hingga empal brewok bukan sekadar lelucon, tapi jadi identitas kuat warung ini. Semua nama itu lahir dari spontanitas dan guyonan khas anak muda Surabaya zaman dulu.
Mbak May dengan bokong gedenya di balik Warung Kongde (Foto: Aprilia Devi/detikJatim) |
"Inspirasine yo (ya) dari aku sendiri, terus guyonan-guyonan arek-arek biyen (anak muda dulu). Jadi omongan spontan, terus tak (saya) jadikan nama menu," jelas Mbak May.
Menu paling favorit di Warung Kongde adalah nasi slulup, gabungan antara lauk 'darat' dan 'laut'. Isinya lengkap, mulai dari empal, paru, babat, cumi, udang, sampai tongkol.
"Kalau yang spesial kandungan itu tambah telur sama otot. Katanya sih bisa nambah vitalitas," jelas Mbak May.
Ada juga menu Bau Kolor, campuran dari nasi, bali tahu, tongkol, dan telur. Semua disajikan dengan bumbu medok khas Jawa Timur. Nasinya pulen, lauknya komplit, sambelnya pedas nendang. Namanya sambel Jancok Pencit atau cok-cit yang pedasnya bisa bikin nangis tapi nagih.
Warung yang buka sejak jam 06.00 WIB pagi ini bisa menjual ribuan porsi setiap harinya. Bahkan sebelum matahari terbit, dapur Warung Kongde sudah mulai sibuk.
"Aku masak mulai jam 2 pagi. Gak sempat meluk guling. Ada 25 karyawan yang bantu," ujar Mbak May.
Kursi plastik berjejer rapi di tepi jalan, antrean panjang seolah sudah jadi pemandangan biasa. Pengunjung datang dari berbagai penjuru, bahkan tak sedikit yang bela-belain datang dari luar kota hanya untuk mencicipi langsung kelezatan dan keseruan di Warung Kongde.
Mbak May menuturkan, pelanggannya bukan hanya dari kalangan masyarakat umum tapi juga pejabat dan artis pernah datang mencicipi masakannya.
Mbak May sendiri mengungkapkan salah satu pelanggan setia warungnya adalah mantan Menteri Kesehatan, Prof Terawan. Ia mengaku sang profesor cukup sering mampir bahkan menjadi langganan tetap.
"Prof Terawan itu langganan. Terakhir ke sini sebelum demo-demo Agustus itu. Kalau aku nggak ngomongin menu saru, dikira aku lagi sakit," ujar Mbak May kepada detikJatim, Senin (22/9/2025).
Bukan hanya Terawan, pasangan artis seperti Anang Hermansyah-Ashanty juga putrinya Aurel juga pernah datang. Demikian halnya Chef Juna dan Chef Renatta yang dikenal tegas soal rasa makanan. Tak ketinggalan tokoh agama kontroversial Gus Miftah.
Mbak May mengatakan sejumlah pengunjung dari lingkungan kementerian bahkan dari lingkaran istana juga pernah mampir ke warungnya. Seringkali mereka terkejut hingga istigfar saat tahu nama-nama menu di Warung Kongde, tapi mereka lantas mengakui rasanya memang enak.
"Awalnya mereka istigfar, kaget denger nama menunya. Tapi pas nyobain, langsung bilang enak. Bahkan ada pembeli yang dari luar negeri, waktu itu dari Thailand juga bilang enak," kata Mbak May.
(dpe/abq)













































