Masyarakat Jawa memiliki berbagai tradisi kuliner yang sarat makna. Salah satunya adalah Jenang Sapar, sajian khas yang biasanya hadir saat memasuki bulan Safar dalam kalender Hijriah. Kudapan manis ini terbuat dari campuran ketan atau singkong dengan gula merah, menghasilkan cita rasa legit yang disukai banyak orang.
Bagi sebagian masyarakat Jawa Timur, Jenang Sapar tidak hanya dipandang sebagai makanan, tetapi juga simbol doa, harapan, dan kebersamaan. Tradisi membuat dan membagikan jenang ini diwariskan turun-temurun, bahkan dipercaya berasal dari dakwah Sunan Kalijaga yang menggunakan media budaya untuk menyebarkan nilai-nilai Islam.
Apa Itu Jenang Sapar?
Jenang Sapar, atau dikenal juga dengan sebutan jenang grendul, terdiri dari dua bagian utama: grendul dan kuah gula merah. Grendul merupakan adonan bulat kecil dari tepung singkong atau ketan, sedangkan kuahnya terbuat dari gula merah yang menghasilkan warna coklat pekat. Biasanya, jenang ini disajikan dengan tambahan kuah santan gurih sehingga rasanya semakin lengkap: manis, gurih, dan sedikit lengket.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hidangan ini hampir selalu hadir di bulan Safar. Selain dinikmati bersama keluarga, masyarakat juga kerap membagikannya kepada tetangga dan kerabat dekat sebagai bentuk menjaga silaturahmi.
Resep Jenang Sapar Khas Jatim
Bagi yang penasaran ingin mencoba membuatnya di rumah, berikut resep praktis jenang sapar khas Jawa Timur:
Bahan Utama:
- 200 gram singkong, kupas dan parut
- 25 gram gula aren
- 40 gram gula pasir
- 375 ml air
- ÂŊ sdt garam
- 2 lembar daun pandan, disobek
- 50 gram tepung tapioka/kanji
- 5 buah nangka, potong kecil-kecil
Bahan Saus Santan:
- 250 ml santan kental
- 1 lembar daun pandan
- ÂŊ sdt garam
Cara Membuat:
1. Membuat Grendul: Peras singkong parut hingga kering, lalu bentuk bulat-bulat kecil seukuran kelereng. Campurkan dengan tepung tapioka agar kenyal.
2. Membuat Kuah Gula Merah: Rebus gula aren, gula pasir, dan air hingga larut. Saring, lalu masukkan kembali ke panci. Tambahkan daun pandan dan garam, didihkan kembali.
3. Memasak Grendul: Masukkan bulatan singkong ke dalam kuah gula. Aduk hingga matang dan grendul terlihat mengapung. Tambahkan potongan nangka.
4. Membuat Saus Santan: Rebus santan bersama daun pandan dan garam hingga mendidih. Angkat.
5. Penyajian: Tuang jenang grendul ke dalam mangkuk, siram dengan saus santan di atasnya. Sajikan hangat agar lebih nikmat.
Filosofi Jenang Sapar
Dirangkum dari berbagai sumber, selain lezat, jenang sapar juga memiliki makna filosofis yang dalam. Dalam tradisi Jawa, jenang ini dihubungkan dengan berbagai kisah keagamaan, salah satunya peristiwa Nabi Musa yang selamat dari kejaran pasukan Fir'aun di laut. Kuah jenang diibaratkan sebagai lautan, sementara bulatan grendul sebagai simbol pasukan Fir'aun yang tenggelam.
Tradisi membuat jenang sapar dipercaya diinisiasi oleh Sunan Kalijaga sebagai media dakwah. Bulatan grendul melambangkan cikal bakal manusia, sementara warna merah kecoklatan bubur dianggap sebagai simbol darah ibu yang menjadi asal mula kehidupan.
Makna Sosial dan Religius
Jenang Sapar bukan sekadar hidangan, tetapi juga sarana mempererat silaturahmi. Membagikan jenang kepada keluarga dan tetangga menjadi bentuk rasa syukur sekaligus doa agar terhindar dari marabahaya.
Makna filosofisnya pun mendalam: kehidupan akan terasa manis bila manusia hidup rukun dan saling melengkapi. Tradisi ini mengingatkan bahwa asal usul manusia sama, sehingga penting untuk menjaga persatuan dan menghormati ciptaan Allah SWT.
(irb/ihc)