Jika detikers melewati Jalur Pantura Pasuruan saat mudik Lebaran, ada satu sajian yang sayang untuk dilewatkan: Es Saparua. Minuman segar ini bukan sekadar es campur biasa, tetapi legenda yang telah memanjakan lidah warga Pasuruan sejak 1979.
Di balik kesegarannya, Es Saparua punya keistimewaan yang sulit ditandingi. Campuran manisan nanas, irisan kelapa muda, cincau hitam, kolang-kaling, alpukat, serta jelly hijau khas bernama jomble, berpadu dalam sirup manis dari gula asli-tanpa pemanis buatan.
"Resep dan rasanya tidak berubah sejak 1979," ujar Kholifah, generasi kedua pemilik Es Saparua, Jumat (28/3/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Tak heran, saat Ramadan, warung ini selalu diserbu pelanggan. Dalam sehari, sekitar 800 porsi Es Saparua ludes terjual. Dengan harga Rp 10 ribu per gelas dan Rp 15 ribu dalam kemasan, kesegarannya bisa dinikmati langsung atau dibawa pulang.
"Kalau buat, ya takarannya sesuai yang diajarkan ibu saya. Gulanya juga pakai gula asli, mulai dari dulu nggak boleh pakai biang gula atau pemanis buatan. Yang khas itu manisan nanasnya," imbuhnya.
Bagi pemudik yang melewati Jalan Raya Ahmad Yani, Kelurahan Karangketug, Kecamatan Gadingrejo, Kota Pasuruan, mampir ke warung Es Saparua adalah pilihan tepat untuk melepas dahaga di tengah perjalanan.
Jadi, kalau perjalanan mudik melelahkan, jangan ragu untuk mampir. Karena menikmati Es Saparua bukan sekadar mencicipi minuman, tapi juga merasakan sejarah dan tradisi yang telah bertahan lebih dari empat dekade.
(irb/hil)