Di Indonesia, ada istilah 'tidak makan kalau belum makan nasi'. Hal ini terkadang menimbulkan pertanyaan tentang apakah tubuh kita tetap sehat, jika tidak makan nasi selama seharian? Bagaimana efek tidak makan nasi pada tubuh selama satu hari? Berikut penjelasannya.
Nasi adalah makanan pokok di banyak negara, termasuk Indonesia, dan menjadi sumber utama karbohidrat yang dibutuhkan tubuh untuk menghasilkan energi. Namun, apa yang terjadi jika kita tidak mengonsumsinya sama sekali selama satu hari? Berikut detikJatim ulas dampaknya secara lebih mendalam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Proses yang Terjadi dalam Tubuh Saat Tidak Makan
Selama delapan jam pertama setelah kamu tidak makan, tubuh masih menggunakan cadangan energi dari makanan terakhir yang dikonsumsi. Tubuh memanfaatkan karbohidrat yang telah disimpan dalam bentuk glikogen untuk menjalankan fungsi tubuh.
Sekitar 25% glukosa dari proses ini digunakan oleh otak, sementara sisanya dialokasikan untuk jaringan otot dan sel darah merah. Namun, setelah delapan jam, cadangan glukosa akan habis. Tubuh kemudian mulai memecah lemak yang tersimpan untuk menghasilkan energi.
Proses ini dikenal sebagai ketosis, di mana lemak diubah menjadi senyawa keton. Ketosis sering dimanfaatkan dalam diet rendah karbohidrat atau oleh atlet seperti pelari maraton untuk meningkatkan efisiensi pembakaran lemak.
Jika kamu terus tidak makan selama lebih dari 24 jam, tubuh akan masuk ke tahap kritis. Ketika energi dari lemak sudah tidak cukup, tubuh akan memanfaatkan protein sebagai sumber energi. Protein ini diambil dari jaringan otot, yang dapat menyebabkan penyusutan otot.
Kondisi ini disebut autophagy, yaitu proses di mana tubuh mulai memakan dirinya sendiri untuk bertahan hidup. Dalam situasi ekstrem, ketika cadangan protein di otot telah habis, tubuh akan memecah jaringan dan organ sebagai sumber energi terakhir.
Pada tahap ini, tubuh mungkin mampu bertahan hingga tiga minggu atau lebih, tergantung pada cadangan lemak dan tingkat hidrasi. Namun, kondisi ini sangat berbahaya dan berisiko menyebabkan kegagalan organ yang berujung pada kematian.
Ketosis sebenarnya tidak selalu buruk. Dalam dosis kecil, seperti saat menjalani puasa intermiten, proses ini dapat membantu menurunkan berat badan dan memperbaiki metabolisme. Namun, ketika berlangsung terlalu lama atau terjadi secara ekstrem, ketosis dapat berdampak negatif.
Otak yang membutuhkan glukosa sebagai bahan bakar utama akan terganggu fungsinya. Gejalanya meliputi penurunan konsentrasi, mudah lelah, bahkan gangguan mental. Selain itu, sering tidak makan seharian dapat menyebabkan komplikasi seperti aritmia (gangguan irama jantung) dan hipoglikemia (kadar gula darah rendah).
Kelompok rentan, seperti penderita diabetes tipe 1, ibu hamil atau menyusui, anak-anak, dan orang dalam masa pemulihan pascaoperasi, sangat tidak disarankan melewatkan makan. Tidak makan seharian untuk orang-orang dengan kondisi rentan bisa sangat berbahaya.
Yang Terjadi pada Tubuh Jika Tidak Makan Nasi
Nasi adalah sumber utama karbohidrat yang mudah dicerna tubuh, tetapi juga bisa membuat cepat lapar. Karena itu, mengurangi konsumsi nasi sering menjadi pilihan bagi yang ingin menurunkan berat badan. Ketika asupan nasi berkurang, tubuh mulai memanfaatkan lemak sebagai sumber energi. Berikut perubahan yang terjadi saat tidak makan nasi.
1. Nafsu Makan Menurun
Proses ketosis yang dihasilkan saat tubuh memecah lemak dapat menekan hormon yang mengatur rasa lapar. Akibatnya, orang yang tidak makan nasi mungkin merasa kurang lapar dan cenderung makan lebih sedikit.
2. Meningkatkan Konsentrasi
Setelah tubuh beradaptasi menggunakan lemak sebagai sumber energi, otak dapat bekerja lebih efisien. Hal ini meningkatkan kemampuan konsentrasi dan fokus, terutama bagi mereka yang menjalani diet rendah karbohidrat dalam jangka panjang.
3. Penurunan Berat Badan
Ketika tubuh kekurangan karbohidrat, metabolisme berfokus pada pembakaran lemak. Ini membantu mengurangi berat badan dalam waktu relatif singkat.
Efek Samping Tidak Makan Nasi
Tidak makan nasi dalam jangka waktu tertentu mungkin memiliki efek samping, tergantung pada bagaimana tubuh Anda beradaptasi dengan sumber energi alternatif. Berikut beberapa kemungkinan efek samping dari tidak makan nasi.
1. Mudah Lelah
Kekurangan karbohidrat di awal diet dapat membuat tubuh mudah lelah karena tubuh belum sepenuhnya beradaptasi. Tanpa cukup karbohidrat, tubuh mungkin mengalami kekurangan energi, terutama jika Anda tidak menggantinya dengan sumber karbohidrat lain seperti kentang, ubi, atau gandum.
2. Bau Mulut
Tidak makan nasi, terutama jika dilakukan dalam konteks pola makan rendah karbohidrat seperti diet keto atau diet rendah karbohidrat lainnya, dapat menyebabkan bau mulut. Hal ini terjadi karena tubuh memasuki keadaan yang disebut ketosis, di mana lemak diubah menjadi energi sebagai pengganti karbohidrat.
3. Gangguan Tidur
Kurangnya asupan karbohidrat sering memicu insomnia karena rasa lapar yang mengganggu. Jika berhenti makan nasi dan mengalami gangguan tidur, perhatikan tanda-tanda tubuh dan sesuaikan pola makan secara bertahap untuk mengurangi efek samping.
Alternatif Pengganti Nasi
Meskipun tidak makan nasi, tubuh tetap membutuhkan karbohidrat. Untungnya, ada beberapa sumber karbohidrat kompleks yang bisa menjadi pengganti nasi:
- Ubi Jalar: Mengandung serat tinggi, vitamin, dan lebih lambat dicerna tubuh, sehingga membuat kenyang lebih lama.
- Kentang: Sumber karbohidrat yang kaya akan potasium dan dapat membantu menjaga keseimbangan elektrolit tubuh.
- Beras Merah: Mengandung serat lebih banyak dibandingkan nasi putih, cocok untuk menjaga kadar gula darah tetap stabil.
- Roti Gandum Utuh: Kaya akan serat dan nutrisi, membantu pencernaan lebih baik.
- Oatmeal: Pilihan yang baik untuk sarapan karena mengandung karbohidrat kompleks yang memberikan energi tahan lama.
Kesimpulannya, tidak makan nasi selama sehari sebenarnya tidak berbahaya selama menggantinya dengan sumber karbohidrat lain yang seimbang. Namun, jika sama sekali tidak makan apapun, tubuh akan mengalami kekurangan energi, yang berpotensi memicu masalah kesehatan serius jika berlangsung terlalu lama.
Untuk menjaga tubuh tetap sehat, pastikan mengonsumsi karbohidrat dalam jumlah yang cukup dari berbagai sumber. Ingatlah bahwa keseimbangan nutrisi adalah kunci untuk mendukung aktivitas sehari-hari dan menjaga kesehatan jangka panjang.
Artikel ini ditulis oleh Angely Rahma, peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom
(ihc/irb)