Suku Tengger yang tinggal di kaki pegunungan Bromo Tengger Semeru memiliki budaya yang kaya dan tradisi yang masih terjaga.
Keunikan Suku Tengger tidak hanya terletak pada gaya berpakaian dan tradisinya, tetapi juga kekayaan kuliner dan mata pencaharian mereka yang erat kaitannya dengan alam sekitar.
Terletak di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, Suku Tengger telah mendiami wilayah ini selama berabad-abad. Dengan keyakinan Hindu yang dipegang teguh, Suku Tengger memiliki banyak tradisi dan ritual yang masih dilestarikan hingga saat ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kuliner Khas Suku Tengger
Jika ritual Suku Tengger telah dikenal banyak orang, bagaimana dengan kuliner khas Suku Tengger? Suku yang mendiami kaki Gunung Bromo dan Semeru ini nyatanya memiliki kuliner khasnya sendiri, seperti masyarakat di daerah lainnya.
Berikut sejumlah kuliner khas Suku Tengger:
1. Nasi Aron
Nasi aron adalah makanan tradisional yang cukup populer di Bromo. Hidangan ini merupakan ciri khas kuliner masyarakat Tengger yang tinggal di kawasan Bromo. Nasi aron dibuat dari jagung berbiji putih yang hanya bisa ditemukan di Gunung Bromo, sehingga menjadikannya sangat istimewa.
Sebelum diolah menjadi nasi, jagung tersebut harus dijemur selama hampir satu bulan. Setelah itu, jagung dikupas dan ditumbuk hingga halus. Biji jagung yang sudah diayak dan halus, kemudian dimasak menjadi nasi.
Proses memasaknya masih dilakukan dengan cara tradisional, yaitu menggunakan tungku atau kayu bakar. Setelah matang, nasi aron yang masih padat dipotong-potong kotak. Biasanya, nasi aron disajikan dengan berbagai lauk pauk khas pedesaan seperti sambal terasi, ikan asin, dadar jagung, tempe, dan tahu.
Selain mengenyangkan, nasi aron juga dikenal kenyal dan baik untuk gula darah. Hidangan ini sangat cocok dipadukan dengan sayur ranti, sayur khas Tengger yang memiliki rasa sedikit pahit.
2. Iga Pasir
Udara sejuk di kawasan Bromo memang sering kali membuat pengunjung ingin menikmati hidangan panas dan pedas. Salah satu pilihan kuliner khas dari daerah ini yang bisa dicoba adalah iga pasir Bromo.
Meskipun ada kata "pasir" dalam nama hidangan ini, sebenarnya tidak ada pasir yang disajikan bersama iga tersebut. Sekilas, iga pasir Bromo tampak mirip olahan iga lainnya.
Yang membuatnya unik dan menambahkan kata "pasir" pada namanya adalah terdapat pasir pada tungku yang digunakan untuk memasak. Rasa pedas dan penyajiannya yang panas sangat pas untuk melawan dinginnya udara di kawasan Bromo.
3. Sawut Kabut
Setelah makanan berat, sekarang beralih ke makanan ringan atau jajanan khas Tengger, salah satunya sawut kabut. Jajanan tradisional ini populer di kalangan masyarakat Tengger. Sawut kabut terbuat dari ubi yang diparut dan direbus hingga berwarna kecokelatan.
Kemudian dibentuk sesuai keinginan, umumnya kerucut atau bulatan kecil. Setelah matang disiram cairan gula Jawa yang kental dan ditaburi parutan kelapa muda segar. Rasanya manis dan gurih, membuat sawut kabut menjadi pilihan yang lezat bagi para penggemar kuliner tradisional.
4. Keripik Kentang
Selain makanan yang dinikmati langsung di tempat, ada juga jajanan khas Tengger yang cocok dijadikan oleh-oleh. Salah satu camilan khas yang menjadi oleh-oleh paling populer adalah keripik kentang. Keripik kentang yang mudah ditemui di kawasan Bromo ini memiliki ciri khas warna putih bersih dan cita rasa yang renyah.
Proses pembuatan keripik kentang masih mengikuti metode tradisional, di mana irisan kentang dikeringkan secara alami dengan sinar matahari, tanpa menggunakan oven. Pengemasannya sangat hati-hati untuk menjaga kualitas. Oleh karena itu, keripik kentang khas Tengger ini tidak hanya lezat tetapi juga memiliki kandungan nutrisi yang baik.
5. Wedang Pokak
Selain makanan, ada minuman tradisional khas Tengger yang disebut pokak. Wedang pokak adalah minuman yang populer di Jawa Timur, terutama kawasan Bromo. Biasanya, minuman pokak juga disajikan dalam bentuk sirup.
Pokak terbuat dari campuran rempah-rempah seperti jahe, cengkeh, serai, kayu manis, jeruk purut, pandan, pekak, dan gula. Rasanya hangat dan pedas di lidah, cocok dinikmati di udara dingin. Selain itu, minuman ini terkenal karena khasiat herbalnya yang kuat.
Mata Pencaharian Suku Tengger
Dilansir dari jurnal berjudul Sekilas tentang Suku Tengger yang ditulis Ayu Sutarto, Suku Tengger tinggal di desa-desa wilayah pegunungan yang berada di dalam empat kabupaten sekitar kawasan Bromo Tengger Semeru.
Pengklasifikasian "Desa Tengger" merujuk pada mayoritas penduduknya yang beragama Hindu dan masih memegang teguh adat istiadat Tengger. Adapun desa-desa tersebut adalah sebagai berikut.
- Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo: Desa Ngadas, Jetak, Wonotoro, Ngadirejo, dan Ngadisari
- Kecamatan Sumber, Kabupaten Probolinggo: Desa Ledokombo, Pandansari, dan Wonokerso
- Kecamatan Tosari, Kabupaten Pasuruan: Desa Tosari, Wonokitri, Sedaeng, Ngadiwono, dan Podokoyo
- Kecamatan Puspo, Kabupaten Pasuruan: Desa Keduwung
- Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang: Desa Ngadas
- Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang: Desa Argosari dan Ranu Pani
Masyarakat Tengger dikenal sebagai petani tradisional yang tinggal berkelompok di lereng bukit, tidak jauh dari lahan pertanian mereka. Cuaca dingin di daerah ini membuat mereka nyaman bekerja di ladang sepanjang hari.
Secara ekonomi, mayoritas penduduk Suku Tengger menggantungkan hidupnya sebagai petani. Mereka menanam sayur-sayuran seperti kol, kentang, wortel, bawang putih, dan bawang prei sebagai hasil utama.
Meskipun jagung dulu menjadi makanan pokok mereka, saat ini hanya sebagian kecil lahan yang ditanami jagung karena nilai ekonominya yang rendah. Sebagian penduduk juga menjalani profesi sebagai pegawai negeri, pedagang, buruh, dan penyedia jasa seperti menyewakan kuda atau jip kepada wisatawan domestik maupun internasional.
Artikel ini ditulis oleh Albert Benjamin Febrian Purba, peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(irb/fat)