Dimasak dengan bahan bakar kayu, bubur suro ala timur tengah di kompleks pelataran makam Sunan Bonang, Tuban tetap eksis hingga saat ini. Saban Ramadan, warga muslim sekitar makam sunan Bonang selalu memasak bubur suro.
Bubur tersebut dimasak saat siang, sekitar pukul 13.00 WIB hingga jelang salat Asar. Dengan suasana santai, para emak-emak maupun laki-laki terlihat guyub mempersiapkan segala kebutuhan. Mulai mencuci beras, daging, hingga membuat santan dan bumbu rempah rempah hingga mamasak di atas tungku kayu.
Dengan menggunakan dua wajan besar, bubur suro ini diolah dengan telaten oleh warga sekitar makam Bonang setiap hari saat Ramadan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sekretaris Mabarot Kompleks Makam Sunan Bonang, Hidayatur Rohman mengatakan, bubur suro tersebut sudah ada sejak tahun 1937. Kala itu bubur suro dibagikan kepada warga miskin yang sedang berpuasa Ramadan tapi krisis pangan di zaman penjajahan.
"Kala itu bubur ini untuk menyiasati krisis pangan berkepanjangan saat puasa pada masa penjajahan Belanda. Namun, saat ini bubur Suro bisa dinikmati semua yang ikut antre untuk berbuka puasa saat Ramadan," tutur Rohman, Selasa (19/3/2024).
Untuk pembuatan bubur, setiap hari dibutuhkan beras sekitar 15 hingga 20 kg, daging dan balungan 10 kg, santan kelapa, hingga bumbu rempah rempah.
Warga penuh semangat bergantian mengolah dan mengaduk berbagai bumbu di atas wajan hingga bubur suro siap disajikan.
"Setiap masak bubur Suro itu dibutuhkan beras 15 kilogram, daging campur balungan 10 kilogram, aneka rempah dan santan kelapa ya," imbuh Hidayatur Rohman.
Masyarakat atau peziarah yang kebetulan sedang di komplesk makam sunan Bonang tak sedikit yang ikut antre saat waktu pembagian bubur tiba. Dengan membawa, ember, piring hingga timba, mereka ikut tumplek blek antre untuk dapat jatah bubur ini.
Selain rasanya yang enak dan gurih, warga juga yakin menyantap bubur suro mendapatkan barokah dari Kanjeng Sunan Bonang.
"Alhamdulilah tadi ikut antre bubur suro yang adanya hanya di bulan Eamadan. Insyaallah seru juga enak pastinya, kayak gule, dan kebuli," tutur Nadiya, salah satu peziarah.
(hil/dte)