Jelang puasa ramadhan, warga Desa Sendangduwur, Kecamatan Paciran, Lamongan menggelar tradisi ruwahan. Tahun ini, tradisi yang digelar saat nisfu syakban ini lebih meriah dan dikemas dalam Festival Ruwahan.
Kepala Disparbud Lamongan Siti Rubikah mengungkapkan, tradisi ruwahan masyarakat Desa Sendangduwur, ini sudah berlangsung sejak lama. Jika memasuki bulan sya'ban sudah menjadi kebiasaan jika mengundang atau berbagi makanan yang oleh masyarakat diistilahkan dengan ruwahan.
"Ruwahan adalah bentuk akulturasi budaya dari mengirim doa untuk sanak saudara yang sudah meninggal dunia. Bentuk akulturasinya adalah ada yang mengundang ke rumah, ada juga
yang hanya ater-ater (berbagi, mengantar) makanan ke tetangga-tetangga dekat pada bulan sya'ban yang masyarakat sebut dengan ruwahan tadi," kata Siti Rubikah dalam perbincangannya dengan detikJatim, Kamis (22/2/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Runtutan acara sya'ban di Desa Sendangduwur, menurut Rubikah, didahului dengan sebelum malam nisfu sya'ban ada bersih-bersih makam atau dalam istilah warga setempat dikenal dengan resik-resik makam.
Untuk tahun ini, papar Rubikah, Tradisi Ruwahan Sendangduwur ini dijadikan sebagai kalender tahunan untuk ajang wisata Lamongan.
![]() |
"Hal ini untuk terus memelihara budaya, sehingga akan terus tertanam keperibadian asal, adat istiadat,"ujarnya.
Kepala Desa Sendangduwur Barrur Rohim menuturkan, tradisi ruwahan ini selain dilakukan jelang Haul Sunan Sendang Ke-439, juga dilakukan jelang puasa Ramadhan.
Rangkaian event ini diawali dengan Pasar Tradisional dengan alat jual beli berupa keping koin khusus, Pameran Sejarah dan Budaya, Membatik bersama 100 Motif Batik Sendang, Bazar dan Pasar Batik, Pawai Budaya, Sedekah Kuliner Seribu Kuliner Khas Desa Sendang.
"Festival Ruwahan tahun ini berlangsung selama selama 2 hari dan menyajikan ragam budaya dan makanan khas Sendangduwur seperti Sego Langgi, Sego Muduk, Sego Karak, Ketupat Sayur, Bubur Suro, dan Bubur Sapar, juga Drama Kolosal Hikayat Sumur Giling," paparnya.
Festival Ruwahan ini, terang Rohim, dimulai dari pasar tradisional dengan metode pembayaran menggunakan koin khusus berbahan dasar kayu. Selain itu, digelar pula pameran seni dan budaya mengangkat sejarah Sunan Sendang, nguras sumur, babat makam, serta membatik bersama 100 meter 100 motif.
"Acara ditutup dengan Pawai Budaya Ruwahan, di Halaman Masjid Nur Rochmat Desa Sendangduwur Paciran yang menampilkan berbagai kreasi warga dalam mengekspresikan ragam budaya lokal Indonesia," jelasnya.
(hil/fat)