Saat ini banyak pasar yang disulap sebagai destinasi wisata. Destinasi yang disuguhkan dapat berupa kuliner tradisional, salah satunya Pasar Keramat di Mojokerto.
Pasar Keramat berlokasi di Dusun Pong Boto, Warugunung, Kecamatan Pacet. Warga menamai Pasar Keramat karena Dusun Wonokerto dijuluki Kramatjetak.
Pasar ini berubah menjadi wisata yang mengusung konsep tempo dulu. Pasar Keramat sempat ditutup sementara, tetapi kini sudah dibuka kembali.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pembangunan Pasar Keramat diprakarsai masyarakat Dusun Wonokerto bekerja sama dengan berbagai pihak. Pasar ini pun menjadi pusat penggerak ekonomi.
Karena itulah berdiri wisata budaya Pasar Keramat. Para pengunjung yang ingin datang ke Pasar Keramat tidak dipungut biaya.
Fakta-fakta Pasar Keramat
Banyak sekali perbedaan Pasar keramat dengan pasar lain pada umumnya, penasaran? Simak penjelasannya berikut ini.
- Lokasi Pasar Keramat berada di tengah hutan bambu.
- Pasar Keramat buka setiap Minggu Wage dan Kliwon pada penanggalan Jawa mulai pukul 06.00-12.00 WIB.
- Transaksi jual beli tidak menggunakan uang, melainkan koin gobog. Jadi pengunjung yang datang ke Pasar Keramat harus menukarkan terlebih dahulu uangnya dengan koin gobog. Nilai satu koin gobog sama dengan Rp 2.000.
- Harga jajanan pasar mulai 1 gobog. Seperti kue lumpur, kue lapis, kue putu, gorengan, getuk, onde-onde, kerupuk puli gantung, dan lain sebagainya.
- Terdapat penjual makanan yang memasak langsung di depan pembeli, contohnya kue serabi.
- Banyak makanan berat mulai harga 4 gobog. Seperti lontong sate, sego wader, dan lain sebagainya. Minuman yang dijual mulai 2 gobog.
- Ada pedagang yang menjual hewan dan makanan hewan. Seperti ayam, kelinci, kambing, ikan, bahkan ular.
- Ada pelaku UMKM yang menawarkan jasa pijat.
- Ada penjual yang menawarkan pernak-pernik unik yang terbuat dari bambu.
- Pasar Keramat juga menjual berbagai macam mainan tradisional.
Demikian informasi mengenai pasar Keramat yang ada di Mojokerto. Apakah detikers tertarik untuk berkunjung?
Artikel ini ditulis oleh Nadza Qurrotun A, peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom
(irb/iwd)