Namanya kuliner manuk kowak. Rasanya yang pedas dan gurih merupakan salah satu ciri khas kelezatan kuliner di Lamongan ini.
Salah satu warung yang menyediakan kuliner ini warung milik Mbah Muntiah (70) yang berada di Desa Balun. Warungnya ini telah ada sejak 30 tahun yang lalu.
"Sudah lama mas, buka warung ini, sudah lebih 30 tahun, sejak tahun 1988 kalau tidak salah ingat," kata Mbah Muntiah kepada detikJatim.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Mbah Muntiah, sambal manuk kowak merupakan yang selalu dicari-cari pelanggannya. Manuk sendiri berarti burung sedangkan kowak yakni jenis burung liar yang banyak ditemukan di desa setempat.
Burung ini biasanya banyak bermunculan ketika petani tambak mulai menguras air tambaknya untuk berganti menanam padi. Burung-burung ini biasanya memburu ikan-ikan yang ada di tambak warga. Mbah Muntiah sendiri mendapatkan kiriman burung-burung Kowak tersebut dari warga.
"Untuk mendapatkan burung-burung tersebut, saya mendapat kiriman dari warga sekitar, jika tak ada kiriman burung ya tidak jualan sambal burung kowak," ujar Muntiah.
"Biasanya kalau menjelang musim tanam padi seperti sekarang, burung kowak banyak. Tapi kalau pas kemarau mau habis itu burung kowak jarang," lanjutnya.
Untuk memasak dan menyajikan sambal burung kowak ini, mula-mula Mbah Muntiah adalah membersihkan burung tersebut untuk kemudian memasaknya. Usai dimasak daging burung diberi bumbu.
![]() |
Burung kowak yang masih belum siap saji tersebut kemudian digoreng. Sambil menunggu digoreng, Mbah Muntiah pun menyiapkan bumbu komplet yang ia sebut dengan sambal asam pedas tersebut.
"Burungnya itu dibersihkan untuk kemudian dimasak lalu digoreng. Nanti disajikan dengan bumbu sambal asam, pedas tidaknya tergantung permintaan," paparnya.
Untuk satu porsi sambal burung kowak ini, Mbah Muntiah mematok dengan harga Rp 30 ribu. Harga itu sudah termasuk minum dan ambil nasi sepuasnya.
Rasanya yang gurih dan lezat membuat masakan ini banyak digandrungi dan dicari warga. Warung sederhana berukuran 4x4 milik Mbah Muntiah itu selalu ramai dengan pengunjung, terutama warga sekitar.
Pada akhir pekan atau hari libur, kuliner manuk kowak inipun selalu menjadi serbuan warga lain desa yang penasaran atau sekedar lagi ingin menyantapnya.
"Makan siang biasanya saya ke sini," salah seorang pecinta kuliner yang datang dari kota Lamongan, Edi Suprapto sambil menikmati manuk kowak-nya.
Edi yang sudah langganan untuk makan di warung Mbah Muntiah itu mengaku, rasa dari daging burung kowak dan bumbu yang ada di sambal asam manuk kowak ini terasa lain.
Apalagi, aku Edi, sambal manuk kowak gurihnya daging burung dan sedapnya sambal menyatu dan membuatnya selalu habis hingga 2 porsi daging burung kowak. "Rasa daging burung kowak dan bumbunya menyatu sehingga terasa nikmat," aku Edi.
Nah, Anda tertarik untuk datang ke warung Mbah Muntiah untuk mencicipi sambal asam manuk kowak ini? Langsung saja datang karena lokasi warung pun tidak jauh dari kota kok, tepatnya di Desa Pancasila Lamongan.
(abq/fat)