Menikmati Kuliner Berbahan Gula Aren Khas Desa Banjar Banyuwangi

Menikmati Kuliner Berbahan Gula Aren Khas Desa Banjar Banyuwangi

Ardian Fanani - detikJatim
Minggu, 04 Des 2022 07:00 WIB
gula aren banyuwangi
Gula aren produksi Desa Banjar, Banyuwangi (Foto: Ardian Fanani/detikJatim)
Banyuwangi -

Desa Banjar, Kecamatan Licin Banyuwangi merupakan sentra produksi gula aren. Melalui gula aren ini Desa Banjar kemudian tumbuh menjadi desa otentik lewat tradisi dan berbagai sajian kulinernya.

Melimpahnya gula aren di desa yang terletak di kaki gunung Ijen, atau 15 kilometer dari pusat kota Banyuwangi ini, membuat munculnya kuliner khas gula aren.

Beberapa sajian yang terinspirasi dari gula aren seperti Kopi Uthek, Cimplung Sawi dan legen.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Disebut kopi uthek, karena masyarakat Desa Banjar umumnya menyajikan secangkir kopi pahit dengan gula aren yang terpisah. Caranya gula aren dengan digigit.

Begitu gula sudah di dalam mulut, kopi pun disruput. Perpaduan keduanya akan menghasilkan cita rasa kopi yang unik nan nikmat. "Bunyi 'thek' saat menggigit gula aren itulah yang menjadi dasar penamaan Kopi Uthek," ujar Sunandi, Kelapa Desa Banjar kepada wartawan, Sabtu (3/12/2022).

ADVERTISEMENT

Menurut Sunandi, sensasi kopi pahit, yang kemudian disusul dengan manisnya gula aren menjadi rasa nikmat tersendiri. "Jadi setelah pahit muncullah manis. Manis gula aren itu berbeda dengan gula dari tebu atau kelapa ya. Lebih enak," jelasnya.

Sajian selanjutnya adalah cimplung sawi. Bahan dasar kudapan ini adalah singkong atau ketela. Proses pembuatannya biasa dilakukan sembari memasak nira menjadi gula aren.

Proses cukup sederhana yakni, saat nira sudah mulai mendidih dan hampir menjadi pasta gula aren, barulah singkong dicemplungkan. Ketika sudah dirasa matang, kemudian ditiriskan.

sawi, kuliner berbahan gula aren di banyuwangiSawi, kuliner berbahan gula aren di Banyuwangi/ Foto: Ardian Fanani

Lalu diangin-anginkan sebentar hingga gula aren pada permukaan singkong mengeras atau terkaramelisasi. "Biasanya kita makan ketika masih hangat atau panas. Gurih manis rasanya," papar Sunandi.

Di daerah lain, cimplung sawi cenderung lebih berkuah seperti kolak. Umumnya juga eneg karena menggunakan gula merah biasa sebagai bahan pemanisnya. Tapi hal itu tidak untuk Cimplung Banjar. Karena secara tampilan lebih kering. Rasanya juga pas, karena rasa manisnya murni didapat dari gula aren.

Selanjutnya adalah minuman legen. Minuman ini berasal dari air nira yang baru saja disadap petani. Airnya segar dan manis. "Kalau legen ini memang banyak dijual. Segarnya saat minum air legen ini melebihi minum air kelapa. Rasa manis itu yang digunakan untuk pembuatan gula aren," terangnya.

Saat ini, kata Sunandi, pemerintah desa setempat mencoba membuat beberapa titik spot pariwisata. Wisatawan bakal bisa menikmati pemandangan sawah dan atraksi pembuatan gula aren.

"Masih banyak yang bisa dinikmati ketika berkunjung ke Desa Banjar, Areal persawahan terasiring yang ada di Desa Banjar mirip seperti Ubud di Bali, sehingga menjadi daya tarik wisata tersendiri," pungkasnya.

Ikhwan salah satu wisatawan mengatakan, kuliner turunan gula aren sangat nikmat. Menurutnya, menyantap cimplung sawi akan semakin nikmat jika ditemani dengan secangkir kopi uthek.

"Rasanya memang cenderung manis. Tapi tidak eneg. Enak manis gurih Cimplung Sawinya. Kopinya juga enak. Sensasi baru minum kopi kemudian langsung gigit gula aren. Mantap," kata Ikhwan.




(abq/fat)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads