Wingko Babat Loe Lan Ing Lamongan, Kudapan Legit Legendaris Sejak Tahun 1898

Wingko Babat Loe Lan Ing Lamongan, Kudapan Legit Legendaris Sejak Tahun 1898

Eko Sudjarwo - detikJatim
Selasa, 22 Mar 2022 14:42 WIB
wingko babat lamongan
Wingko Babat Lamongan (Foto: Eko Sudjarwo/detiKJatim)
Lamongan -

Tak lengkap rasanya jika tak membeli Wingko Babat saat berkunjung ke Lamongan. Tahukah Anda jika produsen yang menjual Wingko Babat masih eksis hingga sekarang dan mempertahankan cara pembuatan tradisional? Simak penjelasannya.

Jajanan khas Lamongan berbahan dasar kelapa dan tepung beras ketan itu memiliki tekstur lembut dan manis. Biasanya berupa kue-kue kecil berbentuk bundar yang dibungkus kertas. Sedangkan nama Babat yang melekat di namanya adalah daerah di mana jajanan ini dibuat.

Merek Wingko Babat yang pertama di Lamongan masih eksis sampai saat ini, yakni Wingko Babat Loe Lan Ing. Gerai oleh-oleh khas Babat ini berada di pinggir jalan, tepatnya Jalan Raya Babat-Bojonegoro No 189, Babat, Lamongan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Rumah produksi wingko juga menjadi satu dengan tokonya. Di sana, Wingko Babat Loe Lan Ing terlihat masih mempertahankan proses pembuatan secara tradisional.

Jajanan itu dimasak di dalam tungku yang terbuat dari batu. Selanjutnya dioven dengan bara api dari kayu bakar. Tak butuh waktu lama, wingko itupun matang dalam kurun waktu 15 menit.

ADVERTISEMENT

Saat ini, Wingko Babat Loe Lan Ing diwariskan pada generasi kelima. Nama Leo Lan Ing merupakan pendiri toko ini. Dia adalah anak dari Loe Soe Siang, sang pencipta resep Wingko Babat.

"Wingko pertama kali diperkenalkan oleh Loe Soe Siang yang pindah dari Tiongkok ke Lamongan pada tahun 1898," kata Olivia Gondokusumo, pewaris gerai Loe Lan Ing generasi kelima kepada detikJatim, Selasa (22/3/2022).

Olivia mengatakan, Loe Soe Siang awalnya menjual wingko ke berbagai pasar di Lamongan. Hasil penjualannya digunakan untuk menafkahi kedua anaknya.

Setelah itu, anak pertama meneruskan usaha pembuatan wingko karena peminat jajanan ini semakin bertambah. Olivia juga tetap mempertahankan cita rasa dan resep wingo yang ia dapat secara turun temurun.

"Mempertahankan cita rasa wingko Babat seperti awal adalah suatu hal yang mudah karena langkah pembuatan adonannya sudah hafal," ujar Olivia.

Olivia memastikan, seluruh proses pembuatan wingko tidak dipengaruhi teknologi moderen. Semuanya dilakukan dengan cara konvensional yang diwariskan turun-temurun.

"Terus bertahan sejak 1898," ujar Olivia.

Dia mengaku enggan beralih menggunakan teknologi untuk kuliner di Lamongan. Sebab, ingin mempertahankan cita rasa yang diwariskan pendahulunya.

"Kemasan bungkus wingko yang pakai plastik itu masih memanfaatkan lilin, demikian juga penggunaan kayu sebagai bahan bakar pembuatan adonan," papar Olivia.




(hse/fat)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads