Pada umumnya ceker atau kaki, leher, dan kepala, merupakan bagian yang selalu dikesampingkan. Bahkan dibuang saat mengolah daging ayam menjadi masakan. Tapi di Bondowoso, bagian ini justru disulap menjadi sajian yang mampu menggoyang lidah.
Namanya 'Lodeh Ceker'. Seperti apa nikmatnya?
Lodeh Ceker menjadi sajian yang mampu menandingi sajian menu yang berasal dari bagian daging ayam. Sebab selain memiliki cita rasa yang nikmat, menu dengan kuah santan sedikit encer ini juga terasa nendang di lidah karena pedas.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Proses pengolahannya sebenarnya sederhana saja. Yakni ceker ayam, bagian leher, dan kepala ayam yang sudah direbus lantas dibakar sebentar hingga berwarna agak kehitaman. Untuk menghilangkan rasa amis.
Setelah matang, ceker ayam yang sudah dipotong-potong dan dibakar itu lalu dimasukkan ke dalam bumbu. Lomboknya pun digerus serta disajikan utuh. Semua bahan tersebut lantas dicampur santan encer sebagai kuah dan dimasak hingga matang.
Setelah matang cara penyajiannya tak kalah sederhana. Yakni nasi putih langsung dicampur begitu saja dengan semangkuk lodeh ceker ayam bercampur leher, serta bagian kepala. Begitu disantap dijamin berkeringat saking pedasnya.
![]() |
Menurut salah seorang pemilik warung di bilangan Jalan Santawi, Bondowoso, tersebut sajian lodeh ceker itu dibukanya sejak tahun 1990-an. Awalnya bagi warga sekitar masih dinilai aneh di lidah mereka.
"Tapi makin lama makin banyak peminat. Bahkan sekarang sudah banyak peminat dari luar kota," kata Ning, saat berbincang dengan detikJatim, Senin (31/1/2022).
Para pelanggan tersebut, imbuhnya, bukan hanya membeli dan dimakan di tempat. Namun banyak yang membungkus dan di bawa pulang. Juga banyak yang sengaja membawa tempat sendiri untuk membungkus lodeh ceker itu.
"Kalau warga sekitar sini banyak yang tanya resep dan cara memasak menu lodeh ceker itu. Saya dengan terbuka membagikannya. Tanpa ada rahasia," pungkas perempuan berjilbab ini.
Salah seorang pengunjung yang mengaku berasal dari Situbondo, Reni (56), mengaku hampir tiap akhir pekan datang ke warung lodeh ceker itu bersama keluarganya.
"Hampir seminggu sekali saya bersama keluarga pasti ke sini. Soalnya cucu saya yang bungsu suka sekali. Meski rasanya pedes. Sementara kami tak bisa mengolah menu itu," aku Reni, terus terang.
(fat/fat)