Digigit Renyah Rasanya Gurih 'Tempe Debogan' Berbungkus Batang Pisang

Digigit Renyah Rasanya Gurih 'Tempe Debogan' Berbungkus Batang Pisang

Purwo Sumodiharjo - detikJatim
Minggu, 16 Jan 2022 13:20 WIB
Gurihnya Tempe Debogan Berbungkus Batang Pisang Khas Pacitan
Tempe debogan (Foto: Purwo Sumodiharjo/detikcom)
Pacitan - Siapa sih yang tak kenal tempe? Jenis makanan berbahan baku kedelai ini begitu populer. Tak hanya di tanah Jawa, namun juga mudah didapatkan di seantero wilayah di Tanah Air. Bahkan belakangan tempe mulai merambah mancanegara.

Dengan harga yang cukup merakyat, tempe memiliki cita rasa gurih dan lezat. Belum lagi kadar gizi yang terdapat di antara butiran kedelai dan jamur. Makanan ini juga diyakini aman dan menyehatkan karena tanpa kandungan kolesterol.

Masih tentang tempe, Kabupaten Pacitan punya varian sendiri lho. Warga setempat menyebutnya 'Tempe Debogan'. Nama itu sendiri merujuk pada kata dalam Bahasa Jawa 'Debog' yang berarti batang pisang. Benar saja, alih-alih terbalut daun atau plastik, tempe khas Kota 1001 Gua ini bungkusnya kulit batang pisang.

"Tempe (seperti) ini merupakan buatan asli Lorok (Kecamatan Ngadirojo, Pacitan)," kata Edy Sunaryo, penjual tempe debogan ditemui detikJatim, Minggu (16/1/2022).

Keberadaan tempe debogan, lanjut Edy sudah ada sejak turun temurun. Rupanya, ada alasan tersendiri di balik pemilihan bungkus batang pisang. Tempe yang dihasilkan lebih padat dan tahan hingga beberapa hari. Tak heran produk ini selalu diburu.

Di Kecamatan Ngadirojo, imbuh Edy cukup banyak industri tempe debogan. Pemasaranya pun hampir merata di seluruh wilayah kecamatan. Paling dominan di empat kecamatan bagian timur. Yaitu Sudimoro, Tulakan, dan Kebonagung. Selain tentu saja Ngadirojo sendiri.

Gurihnya 'Tempe Debogan' Berbungkus Batang Pisang Khas Pacitan'Tempe Debogan' Berbungkus Batang Pisang/ Foto: Purwo Sumodiharjo

"Rata-rata tiap hari saya bisa jual 70 batang hanya di satu tempat (Pasar Minulyo). Ada yang sudah jadi dan setengah jadi," papar Edy yang sebelum berbisnis tempe debogan adalah pekerja serabutan.

Untuk memenuhi keinginan pelanggan, Edy menyediakan dua varian berbeda. Masing-masing batangan sepanjang 40 cm dan 20 cm. Harga juanya pun sangat ramah di kocek. Untuk jenis pertama dijual Rp 8 ribu per batang. Sedangkan untuk ukuran pendek, harganya Rp 4 ribu per batang.

Dagangan milik Edy hadir di pelataran parkir Pasar Minulyo, Jl Gatot Subroto tiap hari kecuali Jumat. Lapak yang berada di atas jok sepeda motor mulai dibuka pukul 07.00 WIB. Begitu dibuka pembeli langsung datang silih berganti. Tak sampai 2 jam tempe dipajang biasanya sudah ludes.

Edy menuturkan proses pembuatan tempe debogan tak ubahnya tempe biasa. Mula-mula kedelai direndam selama sehari. Berikutnya direbus selama setengah jam. Kedelai yang sudah masak lalu digiling. Proses ini bertujuan memisahkan kulit ari dari butiran kedelai. Setelah bersih tanpa kulit, kedelai kembali direndam sampai baunya hilang.

"Terus direbus lagi selama 2 jam, ditiriskan, dicampur ragi, lalu dikemas, dan didiamkan sampai padat," papar pria yang tinggal di Desa Cokrokembang, Kecamatan Ngadirojo.

Diakui Edy, tingginya kebutuhan batang pisang untuk pembuatan tempe berdampak makin sulitnya benda tersebut didapat. Itu menjadi kendala tersendiri bagi pengusaha tempe. Belum lagi harga kedelai yang cenderung berubah-ubah. Hanya saja kondisi itu masih dapat disiasati.


(fat/fat)


Hide Ads