Hari Disabilitas Internasional diperingati pada 3 Desember setiap tahunnya. Tema yang diangkat pada 2024 ini adalah 'Memperkuat Kepemimpinan Penyandang Disabilitas untuk Masa Depan yang Inklusif dan Berkelanjutan.' Berkaitan hari internasional ini, ada satu komunitas di Surabaya yang konsisten memperjuangkan kesetaraan bagi para difabel.
Komunitas Disabilitas Berkarya yang berdiri sejak 2016 ditujukan untuk menjadi wadah yang mendukung kesetaraan dan kreativitas anak-anak berkebutuhan khusus. Komunitas ini hadir untuk memberikan ruang bagi mereka yang berkebutuhan khusus untuk bisa terus berkarya dan menjadi mandiri di tengah masyarakat.
"Kami ingin anak-anak disabilitas merasa dihargai dan setara. Mereka memiliki potensi yang sama dengan anak-anak lain, hanya perlu dukungan dan kesempatan untuk menunjukkan kemampuan mereka," ujar Leo, Ketua Komunitas Disabilitas Berkarya kepada detikJatim.
Komunitas ini fokus pada pendampingan dan pelatihan keterampilan seperti fotografi, pembuatan batik, hingga seni shibori. Menurut Leo, kegiatan ini tidak hanya membantu anak-anak berkebutuhan khusus mengembangkan kreativitas mereka, tetapi juga membuka peluang ekonomi bagi mereka di masa yang akan datang.
"Kegiatan ini kami lakukan secara rutin agar anak-anak berkebutuhan khusus tidak hanya memiliki keterampilan, tetapi juga percaya diri dan mandiri. Dengan begitu mereka dapat berkarya sejajar dengan siapa pun," tambahnya.
Selain Leo, komunitas ini juga didukung oleh 3 pengurus lain yang aktif dalam menjalankan berbagai program kreatif. Hingga kini Disabilitas Berkarya terus berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk memperluas jangkauan program mereka.
"Kami juga mengadakan kegiatan bersama masyarakat umum, seperti melukis dan kampanye kesetaraan. Hal ini untuk menunjukkan bahwa anak-anak berkebutuhan khusus juga bisa berperan aktif di masyarakat," ujar Leo.
Keberadaan Komunitas Disabilitas Berkarya membuktikan bahwa melalui pendampingan yang tepat anak-anak berkebutuhan khusus bisa menghasilkan karya yang tidak kalah istimewa. Komunitas ini menjadi inspirasi untuk terus menciptakan ruang inklusi dan kreativitas yang setara bagi semua.
Tak hanya itu, komunitas ini memperjuangkan keyakinan bahwa kekurangan bukan menjadi alasan seseorang untuk tidak bisa menemukan bakat yang dimiliki. Sudah cukup banyak anak-anak yang dibina oleh komunitas ini telah mematahkan pernyataan tersebut.
Disabilitas berkarya kerap mengadakan kegiatan melukis melibatkan anak-anak difabel. Salah satunya adalah kegiatan melukis yang mengangkat keberagaman. Yakni melukis 6 tempat ibadah di Perum Royal Residence Babatan Wiyung, Surabaya.
Dalam kegiatan yang digelar pada Selasa 8 Oktober 2024 tersebut, Robert selaku tuan rumah acara tersebut mengatakan bahwa tujuan dari kegiatan ini untuk membentuk kesetaraan di antara mereka yang normal dengan disabilitas.
"Kegiatan melukis 6 tempat ibadah ini dilakukan dengan ibu-ibu dan bapak-bapak yang dapat dikatakan normal dengan anak-anak disabilitas, tujuannya untuk membentuk kesetaraan diantara mereka," ujar Robert pada detikJatim.
Robert juga menyampaikan kegiatan ini digelar atas kerja sama dengan komunitas Garis Gathuk. Tujuan kegiatan itu untuk menunjukkan bahwa keberadaan adalah kekuatan. Para pelukis ingin menciptakan keberagaman dalam keistimewaan.
"Kami juga bersama komunitas Garis Gathuk melakukan kegiatan ini sebagai upaya dalam menunjukkan keberagaman dalam keistimewaan," ungkapnya.
Salah satu anak penyandang disabilitas, Tata tampak begitu antusias mengikuti kegiatan tersebut. Beta Ami, ibu Tata mengatakan bahwa putrinya kerap mengikuti kegiatan melukis karena anaknya itu suka melukis sejak kecil.
"Tata dulunya suka melukis di sisa kertas obat nyamuk kecil-kecil. Dia suka melukis menggunakan krayon dan akrilik," kata Beta Ami.
Ami mengatakan bahwa Tata pernah mengikuti lomba We Are The World Events yang diadakan di Jakarta dan memenangkan lomba dengan kategori line master yang diikuti dari berbagi negara.
"Baru-baru ini Tata mengikuti lomba We are the world yang diadakan di Jakarta dan masuk kategori line master. Lomba ini diikuti dari berbagai negara seperti, Malaysia, Thailand, dan Singapura," ucapnya Ami.
Simak Video "Hari Disabilitas Internasional 2024: Sport With Disabilities"
(dpe/iwd)