Pepaya muda memili banyak khasiat pada kesehatan. Buah ini bisa diolah menjadi camilan ringan yang sehat dan memiliki daya jual tinggi.
Seperti yang dilakukan oleh mahasiswa Untag Surabaya yang memanfaatkan buah pepaya muda sebagai bahan baku camilan dari pengembangan olahan kentang. Berkat inovasi ini, Tim Tes Kates Mustofa berhasil mendapat Pendanaan Program Pembinaan Mahasiswa Wirausaha (P2MW) dan menciptakan terobosan di dunia kewirausahaan, khususnya dalam kategori makanan dan minuman.
Tim Tes Kates Mustofa beranggotakan Bayu Surya Ramadhan mahasiswa Prodi Manajemen, Ariska Fauzia Amalia Prodi Psikologi, Mochamad Raka Putra Soebandono Prodi Manajemen dan Amalia Tizka Zhahrina Prodi Akuntansi. Tim ini didampingi oleh Dosen Pendamping Febby Rahmatullah Masruchin.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Bayu, buah pepaya muda memiliki manfaat kesehatan. Seperti baik untuk penderita diabetes, menurunkan kolesterol, mengurangi nyeri haid, mengurangi stres hingga mencegah kanker usus dan prostat.
![]() |
Buah pepaya banyak tumbuh di pulau Madura dan menjadi ketertarikan Tim Kates Mustofa. Selain itu juga menyadari potensi besar pada buah pepaya muda dan kekurangan dalam pengolahan buah pepaya oleh masyarakat setempat.
"Pepaya muda di Madura kurang dimanfaatkan dan memiliki nilai ekonomi yang rendah. Oleh karena itu, kami ingin mengolahnya menjadi produk dengan daya jual tinggi," kata Ketua Tim Kates Mustofa, Bayu kepada detikJatim, Minggu (2/6/2024).
Pada 20 Januari lalu, mereka melakukan riset dan wawancara di Desa Tebul, Bangkalan. Hasilnya mereka menemukan buah pepaya lokal, tepatnya pepaya muda jenis calina yang memiliki peluang besar untuk diolah menjadi camilan ringan yang bernilai ekonomis tinggi.
"Persiapan kami dimulai dengan perencanaan proposal, mencari informasi dari berbagai sumber tentang bahan pengganti kentang, menelusuri kemasan yang cocok, dan kemudian melakukan riset produk," ujarnya.
Kemudian tim ini menyadari bahwa ada produk serupa kentang mustofa yang renyah dan gurih sering didatangkan dari luar dengan mahal. Oleh karena itu, mereka mengolah pepaya muda menjadi camilan 'Tes Kates Mustofa' dengan bahan berbeda tetapi memiliki rasa tak kalah enak dan tentunya sehat.
"Inovasi ini diharapkan menjadi alternatif yang lebih terjangkau dan mudah didapatkan. Kami juga tetap menjaga kualitas dan cita rasa unggul," harapnya.
Perencanaan pengembangan produk Tes Kates Mustofa menggunakan berbagai teknik pemasaran modern, yakni melalui media online dan marketplace, serta strategi penjualan langsung melalui outlet event dan di tempat oleh-oleh.
"Kami juga menjalin kerja sama dengan instansi terkait untuk mempromosikan produk sebagai buah tangan khas daerah. Karena produk Tes Kates Mustofa tidak hanya memiliki nilai ekonomis yang tinggi, tetapi juga bertujuan untuk meningkatkan pendapatan petani pepaya lokal serta mengedukasi masyarakat akan potensi buah pepaya muda yang belum dimanfaatkan secara optimal," jelasnya.
Sementara dosen pendamping dari Prodi Arsitektur, Febby Rahmatullah Masruchi berharap produk inovasi mahasiswa ini dapat memiliki nilai jual yang tinggi dan memberdayakan masyarakat sekitarnya.
"Produk ini dapat meningkatkan nilai dari pepaya muda (kates) yang selama ini harganya murah atau bahkan tidak banyak dimanfaatkan menjadi produk yang memiliki nilai jual tinggi. Selain itu, memberdayakan masyarakat desa khususnya ibu-ibu dengan meningkatkan pendapatan melalui suplai pepaya muda dan membantu dalam proses produksi," kata Febby.
Setelah Tim Tes Kates Mustofa dalam P2MW, menurutnya dapat membuktikan mahasiswa memiliki potensi besar menjadi agen perubahan dalam dunia bisnis dan siap menghadapi tantangan mengembangkan usaha. Kemudian dapat memberikan kontribusi positif bagi ekonomi lokal, memperkenalkan keunikan budaya Madura melalui produk mereka dan meraih kesuksesan dalam dunia kewirausahaan.
"Semoga Tim Tes Kates Mustofa dapat mengangkat budaya melalui produk mereka, seperti dalam nama, logo, kemasan, dan media pemasaran. Dengan demikian, masyarakat yang membeli produk Tes Kates juga dapat mendapatkan edukasi budaya," pungkasnya.
(esw/iwd)