Mahasiswa Telkom Surabaya Ciptakan Robot Terapi Jalan untuk Pasien Pascastrok

Mahasiswa Telkom Surabaya Ciptakan Robot Terapi Jalan untuk Pasien Pascastrok

Esti Widiyana - detikJatim
Minggu, 11 Feb 2024 16:44 WIB
Re-Bot membantu terapi pasien pascastrok buatan dosen dan mahasiswa Telkom University Surabaya.
Re-Bot membantu terapi pasien pascastrok buatan dosen dan mahasiswa Telkom University Surabaya. Foto: Esti Widiyana/detikJatim
Surabaya -

Pasien pascastrok biasanya melakukan berbagai terapi untuk mengembalikan masa otot dan fungsi motorik agar bisa berjalan atau beraktivitas normal. Terapi ini biasanya membutuhkan waktu lebih lama.

Namun, tidak di tangan tim dosen dan mahasiswa Telkom University Surabaya (TSU). Mereka menciptakan inovasi baru untuk membantu terapi pasien pascastrok. Namanya inovasi robot rehabilitasi atau Re-Bot, yang dapat membantu pemulihan fungsi motorik pasien pascastrok dengan kelainan foot drop atau spastik.

Menariknya, Re-Bot bisa dilakukan sendiri oleh pasien agar lebih cepat mengembalikan fungsi motorik. Di mana, rehabilitasi pascastrok biasanya dibantu oleh terapis.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Manfaatnya selain waktu berjalan, bisa membantu pasien secara mandiri tanpa fisioterapi. Dipakai di rumah bisa tanpa fisioterapi. Ada efek getaran untuk stimulus otot agar bisa bergerak, ada di mata kaki untuk bisa menggerakkan," kata salah satu tim Re-Bot, Rafly Putra Daffaldi mahasiswa semester 8 Teknik Elektro saat ditemui detikJatim, Minggu (11/2/2024).

Rafly menjelaskan, robot rehabilitasi ini dapat membantu pergelangan kaki pasien pascastrok terangkat ketika berjalan. Seperti diketahui, pasien pascastrok akan mengalami kaki jatuh atau foot drop.

ADVERTISEMENT

"Ketika jalan akan membantu supaya kaki pasien terangkat. Pasien strok perlu fishioterapi, kalau terapi mereka kakinya minta diangkat," jelasnya.

Re-Bot ini juga bisa didesain khusus sesuai kebutuhan pasien. Sebab, robot ini memiliki kendali aktif dorsifleksi dan plantarfleksi.

"Di dalamnya ada mikrokontroler sebagai otak (robot), akuator motor dc, sensor tekanan di bawah kaki untuk menentukan fase mana. Misalnya ada sensor, ada tumit dulu," ujarnya.

Bahan yang digunakan dalam Re-Bot ialah polypropylene, karet, dan busa. Robot ini juga bisa digunakan dua mode operasi latihan dan berjalan, karena terdapat dua sensor di dalamnya. Lalu untuk baterai sendiri kapasitasnya 1.050 mAh yang bisa digunakan hingga delapan jam.

Inovasi ini juga sudah diuji coba ke dua pasien pascastrok di RS Husada Utama. Selama tiga bulan diuji, pasien mengalami kemajuan pesat.

"Awalnya kaki nyeret, sekarang bisa ngangkat. Diuji ke pasien usia 67 dan 70-an tahun. Salah satu pasien beliau suka pakai alat ini, karena membantu stimulasi otot kaki," katanya.

Dalam pembuatan Re-Bot ini dibutuhkan penelitian sebelum diuji coba ke pasien. Seperti rehabilitasi terintegrasi, analisa, intervensi, hingga rekomendasi dokter.

"Kalau untuk analisa bisa pakai teknologi motion capture. Robot ini intervensi, ada tindakan latihan fisioterapi, membantu di sana. Dokter akan memberi rekomendasi. Tiga ini harus hadir, analisa, intervensi, dan rekomendasi," urainya.

"Kami kembangkan akan ada telemedecine-nya, jadi pasien bisa latihan di rumah, tapi bisa tetap dipantau langsung jarak jauh oleh dokter dan terapis. Selain itu, kami tambahkan juga untuk bagian sendi, lutut, dan pinggul," pungkasnya.




(irb/irb)


Hide Ads