Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unair berhasil membawa pulang juara 1 Youth Competition Karisma Pekalongan yang diselenggarakan Kemitraan dan Pemerintah Kota Pekalongan. Kemenangan itu berkat inovasi SCOBYSIS atau Scoby Kombucha dalam mengatasi limbah cair batik.
Adalah M Assadam Rizqi Saputra dan rekannya Nadin Adelia, duo mahasiswa Unair asal Pekalongan yang berhasil meraih juara 1 dalam Youth Competition Karisma Pekalongan.
Inovasi mereka berangkat dari masalah pencemaran lingkungan akibat limbah industri batik yang masih menjadi persoalan serius di Kota Pekalongan. Salah satu jenis limbah yang paling berbahaya ialah limbah cair batik yang bila tidak dikelola dengan baik bisa berbahaya bagi biota air hingga menyebabkan penyakit kulit dan kanker bagi manusia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Manfaatkan Scoby Kombucha untuk Menyerap Limbah Batik
Sadam sapaan akrabnya menjelaskan bahwa SCOBYSIS adalah sistem yang memanfaatkan Scoby Kombucha untuk menyerap limbah cair batik. Scoby Kombucha ialah hasil fermentasi teh dan gula dengan daya absorpsi yang cukup baik untuk menyerap logam berat berbahaya dari limbah cair batik.
"Inovasi yang kami rancang ini memiliki harga yang lebih terjangkau dan mudah untuk diterapkan. Inovasi ini terinspirasi dari jurnal literatur dan penelitian yang meneliti potensi scoby kombucha sebagai adsorben logam berat pada cairan limbah batik," ujar mahasiswa prodi Manajemen itu, Senin (17/12/2023).
Sistem SCOBYSIS akan mengolah limbah cair batik dengan menampungnya di bak berisi Scoby Kombucha untuk menjalani proses penyerapan. Setelah itu limbah cair batik akan dialirkan ke dalam bak elektrolisis.
Proses elektrolisis ini proses kimia yang memanfaatkan tegangan listrik. Melalui proses elektrolisis, limbah cair batik akan terdegradasi dan senyawa kimia di dalamnya dapat terserap.
"Ketika inovasi ini berhasil, maka produsen batik tidak lagi khawatir soal limbah yang terbuang. Hal ini karena limbah yang sudah melalui sistem SCOBYSIS akan netral dan tidak menyebabkan pencemaran lingkungan. Dengan demikian, batik akan tetap mempertahankan eksistensi di masa depan," jelasnya.
Mahasiswa asal Pekalongan itu berharap, inovasi yang membawa juara 1 ini dapat diimplementasikan oleh UMKM batik di Kota Pekalongan dan sekitarnya, termasuk di Surabaya dan sekitarnya. Sebab, inovasi itu mampu mengurangi dampak pencemaran air sungai akibat proses produksi batik.
"Saya berpesan kepada mahasiswa untuk terus berkolaborasi untuk menciptakan berbagai inovasi yang dapat menjawab persoalan yang ada saat ini. Seorang pemenang tidak lahir dari laut yang tenang sehingga membutuhkan tim yang solid dan bisa saling melengkapi kekurangan tim," tutupnya.
(dpe/fat)