Dari Claket Berdayakan Perempuan untuk Bertani Organik

Nominator detikJatim Awards 2023

Dari Claket Berdayakan Perempuan untuk Bertani Organik

Enggran Eko Budianto - detikJatim
Selasa, 21 Nov 2023 12:47 WIB
Lahan pertanian organik yang dikelola komunitas Twelves Organic di Desa Claket, Mojokerto.
Lahan pertanian organik yang dikelola komunitas Twelve's Organic di Desa Claket, Mojokerto. Foto: Enggran Eko Budianto/detikJatim
Mojokerto -

Twelve's Organic Mojokerto sukses memberdayakan perempuan di Mojokerto untuk menggarap pertanian organik. Lahan hanya seluas 1,5 hektare berhasil disulap menjadi pundi-pundi rupiah untuk anggotanya.

Ialah Maya Stolastika dan Herwita Rosalina alias Wita. Sosok di balik berdirinya komunitas petani organik di Desa Claket, Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto pada 2017 silam.

Tak ada yang mudah. Maya merintis bisnis pertanian organik sejak 2008 bersama tiga sahabatnya yang lain. Saat itu, mereka tidak memiliki bekal ilmu pertanian maupun bisnis.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pertanian organik yang dimulai dari kebun sewaan seluas 0,5 hektare dengan satu petani perempuan dan dua petani laki-laki itu gagal total. Hasil panen 1,2 ton sawi hijau atau caisim terbuang begitu saja karena mereka tak bisa memasarkannya.

Modal ludes dan menyisakan utang, tiga sahabatnya pun mundur dari proyek tersebut. Tapi Maya tak menyerah. Ia melanjutkan pertanian organik bersama Wita.

ADVERTISEMENT

Kali ini Maya bersama Wita memulai bisnisnya hanya dengan menjualkan produk petani lain. Mereka tidak punya modal. Maya dan Wita lalu belajar kualitas produk, umur panen, dan packaging saat memenuhi pesanan sebuah supermarket di Surabaya.

Perjalanan mereka membangun bisnis pertanian organik dihadapkan berbagai tantangan. Termasuk ketika mereka diremehkan karena lulusan sarjana tapi malah berjualan sayur.

Maya dan Wita tak memedulikannya. Mereka justru menjadikan cibiran itu motivasi. Mereka pun pindah ke Bali, dan bekerja di perusahaan asing milik orang Jerman dan Australia.

Hingga pada 2012, mereka kembali ke Desa Claket untuk memulai lagi pertanian organik. Yang kelak angka tahun itu menjadi nama komunitas Twelve's Organic.

Bisnis berjalan lancar meski mereka hanya memasarkan produk para petani organik dari Bromo, Malang, dan Batu. Kesuksesan seolah sudah direngkuh karena pemasaran produk sudah sampai luar Pulau Jawa.

Tapi siapa sangka. Malang kembali datang. Maya dan Wita salah menjalin kerja sama sehingga merugi, dan hanya menyisakan uang Rp 1 juta.

Tak habis akal, mereka meminta bantuan dari seorang temannya. Dari sanalah Maya dan Wita berkenalan dengan pengusaha properti di Mojokerto.

Mereka pun menjalin kerja sama. Maya dan Wita menggarap tanah milik pengusaha itu yang berada di Kecamatan Trawas.

"Dari kerja sama itu kami buka garden fresh market. Konsumen kami bawa ke kebun, bisa petik produk dari kebun langsung," kata Maya kepada detikJatim di kebun garapannya di Dusun Claket, Senin (27/3/2023).

Lahan pertanian organik yang dikelola komunitas Twelve's Organic di Desa Claket, Mojokerto.Lahan pertanian organik yang dikelola komunitas Twelve's Organic di Desa Claket, Mojokerto. Foto: Enggran Eko Budianto/detikJatim

Kerja sama itu berbuah manis. Pada 2017, Maya dan Wita pun kembali ke Desa Claket. Di sana mereka menyewa kebun dan menekuni pertanian organik.

Di tahun itu juga, Maya dan Wita mendirikan Twelve's Organic. Ada 13 emak-emak dan satu pria yang menjadi mitra aktif hingga saat ini.

Mereka dibagi menjadi empat kelompok. Kelompok Madani beranggotakan empat petani, Berdikari tiga orang, Miatani lima orang, dan Swadaya empat orang.

Maya mengatakan memiliki pertimbangan kenapa memilih memberdayakan perempuan untuk menjadi anggotanya. Pertama, Maya menilai emak-emak lebih cepat merespons edukasi tentang pertanian organik.

Kedua, karena emak-emak tidak terbebani menjadi tulang punggung keluarga. Bukan tanpa alasan, pertanian organik tidak menjanjikan penghasilan cepat. Sekali panen pun tidak bisa langsung banyak.

"Juga terkait target kami meregenerasi petani. Perempuan akan menjadi sekolah untuk anaknya bahwa menjadi petani itu menghasilkan," ujarnya.

Komunitas petani organik tersebut menggarap 13 kebun seluas 1,5 hektare. Tiga kebun milik anggota komunitas, sedangkan 10 lainnya Maya dan Wita menyewanya.

"Dari 13 kebun itu kalau ditotal luasnya kurang lebih 1,5 hektare," ungkapnya.

Tidak hanya menyewakan kebun. Maya dan Wita juga memberikan para petani benih, sarana produksi, pemasaran produk pertanian, hingga pelatihan pertanian organik.

Saat ini, Twelve's Organic telah menghasilkan 70 jenis buah, sayur, dan umbi-umbian. Panen dilakukan sebanyak tiga kali dalam seminggu. Para petani akan menyetorkan hasil panen ke Twelve's Organic.

Sekali panen mereka bisa mengirim puluhan kilogram produk kepada konsumen. Harga untuk petani pun dijamin stabil.

Sebulan, mereka meraup omzet hingga Rp 20 juta. "Pendapatan sekali kirim Rp 1,5-2 juta, anggaplah Rp 5-7 juta per minggu," ungkap Maya.

Harga stabil tersebut didapat berkat kepiawaian Maya dan Wita mengedukasi konsumen. Mereka menjelaskan pada pembeli bahwa harga sayur, buah, maupun umbi-umbian organik tidaklah mahal.

"Kami edukasi konsumen bahwa harga yang mereka bayar adalah harga pantas, bukan mahal. Konsumen bagian dari kami. Hulu sampai hilir adalah relationship. Setiap dua tahun kami gelar pertemuan dengan konsumen, kami blak-blakan soal harga. Targetnya membuat konsumen paham alasan harga pantas," ungkapnya.

Lahan pertanian organik yang dikelola komunitas Twelve's Organic di Desa Claket, Mojokerto.Lahan pertanian organik yang dikelola komunitas Twelve's Organic di Desa Claket, Mojokerto. Foto: Enggran Eko Budianto/detikJatim

Bisnis pertanian organik itu pun semakin berkembang. Twelve's Organic telah memiliki ratusan pelanggan rumah tangga, toko, hingga reseller yang tersebar di berbagai wilayah.

Maya dan Wita juga membuka garden fresh market di Dusun Claket. Pengunjung dipersilakan belajar dan bertani organik secara langsung.

Pengunjung juga bisa merasakan proses menanam hingga panen. Kemudian mencicipi masakan dari sayuran organik yang dimasak tanpa MSG.

Twelve's Organic juga melebarkan sayap ke bidang pariwisata. Mereka bekerja sama dengan Air Terjun Surodadu dan fasilitas outbound di Desa Claket.

"Biayanya minimal Rp 50 ribu per orang dapat snack, welcome drink, dan panen bisa bawa sayur pulang. Kalau Rp 100 ribu per orang dapat makan siang," tandasnya.

Tak hanya sukses memberdayakan perempuan desa, Twelve's Organic secara tidak langsung telah berperan untuk kelestarian alam. Bagaimana tidak, pertanian organik lebih ramah lingkungan dari pertanian konvensional.

Pertanian organik tidak menggunakan bahan kimia, jadi tidak merusak tanah. Berbeda dengan pertanian konvensional yang dapat merusak tanah karena penggunaan pupuk kimia.

detikJatim Awards merupakan ajang penghargaan yang digelar detikJatim sebagai apresiasi kepada para tokoh, komunitas, hingga pemerintah daerah di Jawa Timur atas capaian kinerja dan sumbangsihnya kepada masyarakat. Dasar penghargaan dinilai oleh Tim Asesmen berdasarkan beberapa indikator keberhasilan program dan aksi nyata yang telah dilakukan. Nantikan edisi perdana detikJatim Awards yang bakal diselenggarakan di Singhasari Resort Kota Batu, Senin, 27 November 2023.




(irb/dte)


Hide Ads