Bagaimana Nasib Kos-kosan Tempat Alvi Mutilasi Tiara?

Bagaimana Nasib Kos-kosan Tempat Alvi Mutilasi Tiara?

Irma Budiarti - detikJatim
Jumat, 19 Sep 2025 12:00 WIB
Kos tempat tinggal Alvi di Lidah Wetan Surabaya.
Kos tempat tinggal Alvi di Lidah Wetan Surabaya. Foto: Jemmi Purwodianto/detikJatim
Surabaya -

Kasus pembunuhan hingga mutilasi yang dilakukan Alvi Maulana (24) terhadap Tiara Angelina Saraswati (25) sempat menghebohkan masyarakat Lidah Wetan, Surabaya. Khususnya, para penghuni kos yang menjadi tetangga Alvi di rumah kos Lidah Wetan RT 1 RW 1, Lidah Wetan, Surabaya.

Banyak warga awalnya berspekulasi, tragedi horor ini akan membuat para penghuni kos pindah dari tempat tersebut. Pasalnya, kos yang menjadi lokasi mutilasi bisa menimbulkan kesan menyeramkan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun, kenyataannya berbeda. Saat detikJatim mendatangi rumah kos tersebut, semua penghuni dari kamar 1 hingga 6 masih tinggal di sana. Hal ini juga dibenarkan Budi, pemilik kos.

"Sampai saat ini semua penghuni kos masih belum ada yang pamit untuk keluar. Jadi, semua masih tinggal di sana," kata Budi kepada detikJatim, Kamis (18/9/2025).

ADVERTISEMENT

Budi menambahkan, pihaknya tidak memaksa penghuni untuk tetap tinggal dan menghormati keputusan masing-masing.

"Kami tidak memaksa untuk tetap tinggal. Tapi kalau mau pindah nggih ndak apa-apa. Tapi, sampai saat ini tidak ada yang konfirmasi pindah atau akan pindah," tambahnya.

Sementara itu, Ifa, tetangga di kanan kamar Alvi, mengatakan setelah tragedi tidak pernah terjadi hal-hal aneh maupun horor.

"Tidak ada apa-apa. Selama ini aman-aman saja, jadi kenapa saya harus pindah. Di sini murah dan sudah nyaman," katanya.

Heri, penghuni kos lainnya, juga memilih bertahan. Selain alasan harga sewa yang murah, yakni Rp 450 ribu per bulan, Heri merasa sudah nyaman tinggal di kos tersebut cukup lama.

"Sudah berapa lama, saya lupa. Cuma di sini sudah nyaman, murah juga. Jadi kenapa harus pindah," kata Heri.

Menurut Heri, tidak ada cerita mistis atau horor yang muncul pasca-kejadian. Ia menegaskan, selama memiliki perasaan baik dan tidak mengganggu, ia yakin tidak akan diganggu.

"Semua itu tergantung perasaan orang masing-masing. Kalau punya perasaan takut ya semua bisa jadi menakutkan. Toh kita juga gak pernah mengganggu pelaku atau korban semasa hidupnya. Jadi kenapa saya harus takut atau bahkan sampai pindah," tuturnya.

Meski tragedi meninggalkan duka mendalam, kos-kosan di Lidah Wetan tetap dihuni dan para penghuninya memilih bertahan, membuktikan ketenangan dan kenyamanan menjadi pertimbangan utama di atas rasa takut.




(ihc/irb)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads