Suasana Terminal Arjosari, Kota Malang, mendadak mencekam saat seorang anggota TNI Angkatan Laut menjadi korban pengeroyokan brutal, Kamis (26/6/2025) petang. Insiden mengenaskan yang terjadi sekitar pukul 18.37 WIB itu langsung menyita perhatian publik, apalagi video dan kabar kronologinya beredar luas di media sosial, meski belum ada keterangan resmi dari polisi.
Versi cerita mengenai motif pengeroyokan pun lebih dulu muncul di media sosial. Informasi tersebut diduga disampaikan oleh anak korban, anggota TNI berinisial A, melalui sebuah akun Instagram Malangrayanews. Sang anak menjelaskan bahwa ayahnya saat itu sedang dalam perjalanan pulang ke Malang karena keesokan harinya adalah hari libur nasional.
"Karena besok tanggal merah (Jumat 27 Juni), pulang ayah saya. Berhubung ada kebijakan baru di Terminal Arjosari, penumpang hanya boleh turun di terminal, ayah saya nyantai di terminal sama sekalian kerja sampingan di terminal," ujarnya, dikutip dari Instagram Malangrayanews, Sabtu (28/6/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam unggahannya, anak korban menceritakan bahwa saat berada di terminal, sang ayah sempat melihat seorang juru panggil penumpang (jupang) memalak sopir Bus Bagong. Meski tidak mengetahui persis bagaimana ayahnya terlibat cekcok, ia mendapat informasi dari beberapa teman ayahnya dan sejumlah driver ojek online yang menjadi saksi di lokasi kejadian.
"Kurang tau saya ya kak cuma nasihatin jangan malak kan di bis juga kerja cari duit. Nah jupang ini nggak terima, bawalah temen-temennya sama saudaranya, nah langsung itu dikeroyok ayah saya," jelasnya.
Peristiwa tersebut berlangsung cepat dan brutal. Sang ayah dikeroyok membabi buta oleh sekelompok orang. Wajahnya sempat digesek ke aspal dan diinjak-injak. Meski sempat ada warga yang mencoba melerai, korban tetap diseret dan dihajar hingga bersimbah darah.
"Wajahnya digesek ke aspal, wajah diinjek. Sempat ada yang ngelerai tapi ditarik. Ayah saya dikeroyok membabi buta oleh jupang itu. Untuk kondisi ayah saya alhamdulillah sudah sadar di rumah sakit," imbuh anak korban.
Kepala Terminal Arjosari, Mega Perwira Donowati, membenarkan insiden itu bermula dari cekcok antara korban dengan salah satu jupang. Informasi yang diterima dari para petugas di lapangan menyebutkan, cekcok tersebut langsung berkembang menjadi pengeroyokan ketika beberapa orang bergabung dan menyerang korban secara membabi buta.
"Informasi yang saya terima memang berawal dari cekcok pribadi... kemudian, beberapa orang datang dan langsung melakukan pengeroyokan," kata Mega.
Akibat pengeroyokan tersebut, korban mengalami luka berat di kepala, wajah lebam, dan mata bengkak. Salah seorang saksi yang sempat menolong, LE, menceritakan detik-detik saat korban ditemukan bersimbah darah di tengah terminal.
"Saya saat itu di tengah terminal, lalu terdengar keributan. Saat saya dekati, korban sudah berlumuran darah di bagian kepala, tapi masih sadar," ujar LE.
LE lantas memapah korban ke ruang tunggu terminal dan segera menghubungi ambulans. Namun sebelum petugas medis tiba, korban sempat tak sadarkan diri akibat luka yang cukup parah di kepala. Beruntung, tidak lama kemudian ambulans datang dan korban langsung dilarikan ke RSUD Saiful Anwar.
Mega juga mengungkapkan bahwa para pelaku pengeroyokan diduga kuat merupakan juru panggil penumpang, atau biasa disebut jupang, yang kerap berkeliaran di Terminal Arjosari. Ia menyebut ada pelaku yang memang terdaftar resmi di perusahaan otobus, namun tak sedikit yang bekerja secara liar.
"Korban dikeroyok oleh sekitar lima sampai enam orang. Dugaan sementara, para pelaku merupakan juru panggil penumpang," tuturnya.
Hingga saat ini, pihak kepolisian bersama Polisi Militer Angkatan Laut (Pomal) masih melakukan penyelidikan intensif. Tiga pelaku pengeroyokan berhasil ditangkap, sementara pelaku lainnya masih dalam pengejaran.
Kasus ini menyisakan kecaman luas dari masyarakat, mengingat tindakan brutal tersebut terjadi di ruang publik dengan banyak saksi mata. Publik pun menanti tindak lanjut tegas dari aparat terhadap para pelaku sekaligus penataan keamanan di Terminal Arjosari agar kejadian serupa tak kembali terulang.
(irb/hil)