Akademisi Soroti Buronan Interpol Kasus 2 Ton Sabu Asal Ponorogo

Akademisi Soroti Buronan Interpol Kasus 2 Ton Sabu Asal Ponorogo

Charolin Pebrianti - detikJatim
Rabu, 28 Mei 2025 14:52 WIB
Dewi Astuti buronan Interpol dari Ponorogo
Dewi Astutik buronan interpol kasus 2 ton sabu (Foto: Istimewa)
Ponorogo - Kasus Dewi Astutik alias PA (43), warga Dukuh Sumber Agung, Desa/Kecamatan Balong, Kabupaten Ponorogo, yang menjadi buronan Interpol karena dugaan keterlibatan dalam penyelundupan sabu seberat 2 ton, terus menyedot perhatian publik. Selain fakta bahwa identitas yang dipakai Dewi ternyata milik adiknya, kasus ini juga memunculkan keprihatinan dari berbagai kalangan, termasuk dari akademisi.

Dosen di Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Yogyakarta sekaligus pemerhati sosial-budaya Ponorogo, Murdianto menilai, fenomena ini tidak lepas dari status Ponorogo sebagai salah satu daerah pengirim tenaga kerja asing (PMI) terbesar di Indonesia.

"Ponorogo masuk dalam 10 besar kabupaten pengirim tenaga kerja asing. Remitansi yang masuk ke daerah tentu searah dengan risiko yang harus ditanggung. Baik dari sisi keamanan, sosial, maupun kultural," ujar Murdianto saat dikonfirmasi detikJatim, Selasa (28/5/2025).

Ia menyebut, dari sisi sosial, keberadaan PMI kerap menimbulkan persoalan. "Misalnya masalah pengasuhan anak yang ditinggal orang tua, atau remaja bermasalah karena ditinggal ayah-ibunya bekerja di luar negeri. Juga soal keamanan yang semakin kompleks," ungkap Murdianto.

Menurut Murdianto, fenomena ini tidak terlepas dari dampak globalisasi yang mempermudah arus barang, uang, dan ideologi lintas negara.

"Peredaran narkotika, trafficking, judi online, semua bisa melintas batas negara tanpa terdeteksi. Narkotika hanya salah satu contohnya. Ini yang perlu kita waspadai bersama," tegas Murdianto.

Namun, Murdianto tetap menekankan bahwa mayoritas PMI asal Ponorogo bekerja secara sah dan aman.

"Cuma risiko-risiko ini tetap harus kita pertimbangkan, apalagi beberapa kawasan yang memang menjadi pusat bisnis gelap seperti narkotika, judi online, dan trafficking. Kasus di Kamboja dan negara lain jadi pelajaran penting," paparnya.

Ia juga menyoroti pentingnya kesiapan PMI, baik dari segi hard skill maupun soft skill, agar tidak mudah terjebak dalam rayuan bisnis gelap.

"Selain keterampilan kerja, kita harus membekali mereka dengan kemampuan untuk memilah dan memilih kawasan yang aman dari segi kultural dan keamanan. Ponorogo sudah punya Perda ketenagakerjaan, tinggal realisasinya secara konkret," kata Murdianto.

Murdianto menyoroti pula peran perempuan dalam jaringan narkoba. Menurutnya, perempuan kerap dianggap 'lebih aman' oleh publik sehingga menjadi target jaringan gelap.

"Perempuan lebih pandai komunikasi persuasif, dan secara sosial dikesankan tidak neko-neko. Ini yang dimanfaatkan jaringan narkoba, sehingga banyak perempuan dijadikan kurir atau penghubung," tambah Murdianto.

Terakhir, Murdianto menekankan perlunya upaya bersama untuk memperkuat perlindungan dan edukasi bagi para PMI agar tidak terjerumus ke dalam jaringan gelap.

"Banyak PMI kita di luar negeri menghadapi godaan penghasilan besar dan kemudahan ekonomi, apalagi yang bekerja di sektor informal. Ini jadi PR besar bagi kita semua untuk membekali mereka dengan skill dan ketahanan mental yang baik," pungkas Murdianto.

Kasus Dewi Astutik alias PA yang viral ini menjadi peringatan keras bagi masyarakat Ponorogo akan pentingnya memilih jalur yang aman dan legal dalam bekerja di luar negeri.

Sebelumnya, Dewi Astutik menjadi buronan Badan Narkotika Nasional (BNN) dan Interpol setelah namanya disebut dalam pengungkapan kasus narkoba di Batam pada Senin (26/5/2025). Wanita kelahiran 8 April 1983 ini disebut-sebut sebagai warga Dukuh Sumber Agung RT 01 RW 01 Desa Balong, Kecamatan Balong, Ponorogo.

Dewi diduga terlibat dalam penyelundupan sabu-sabu seberat 2 ton melalui jalur laut di perairan Kepulauan Riau. Dugaan penggunaan identitas palsu semakin kuat setelah warga setempat mengaku tak mengenalnya, meskipun alamat yang tercantum sesuai dengan kawasan mereka.


(auh/hil)


Hide Ads