DN (37), ayah siswi MI di Banyuwangi terus menanti pengusutan kasus dugaan pembunuhan putrinya. Dengan wajah lesu dan tatapan kosong, DN menghela napas usai mengambilnya dalam-dalam. Suaranya bergetar saat menceritakan kembali tentang putri kecilnya yang malang.
"Anak kami adalah anak bangsa ini yang dicabut haknya dengan paksa hanya untuk hidup dan tumbuh menjadi generasi penerus bangsa," kata DN setengah menjerit dengan getaran suara yang berat saat ditemui detikJatim di rumahnya, Minggu (18/5/2025).
DN menyayangkan pengungkapan kasus dugaan pembunuhan putrinya yang lamban. Dia pun menitipkan pesan menohok kepada Menteri Perempuan dan Perlindungan Anak (PPA) Arifah Fauzi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya ingin mengingatkan bahwa ini sudah 6 bulan lebih dan terkait kasus anak kami belum ada titik terang sama sekali. Saya mohon untuk Menteri Perempuan dan Perlindungan Anak, tolong bantu kami, kawal kami, kawal terus kasus anak kami," ujarnya.
"Anak kami juga satu dari jutaan anak di Indonesia yang berhak mendapatkan keadilan dengan segera. Tolong, jangan abaikan nasib kami dan nasib kasus anak kami. Terima kasih," tegas DN.
Dia meneguk kopi hitam yang ada di hadapannya lalu kembali melanjutkan pernyataan bahwa dirinya memberikan apresiasi atas kinerja Polri yang telah dilakukan selama ini.
"Sudah 6 bulan lebih, kami tetap menunggu keadilan untuk putri kami, semoga segera pelaku tertangkap dan tidak salah tangkap. Sebelumnya kami ucapkan banyak terima kasih untuk aparat kepolisian atas waktu dan tenaganya terus mencari. Terima kasih meski belum ada hasilnya," kata DN.
Dia mengaku sempat mendapatkan keterangan dari pihak kepolisian bahwa salah satu barang bukti berupa sampel sperma telah usak. Dia berharap hal itu tidak menjadi penghalang proses pengungkapan kasus yang telah berjalan hingga 6 bulan lebih.
"Kok bisa dari hasil autopsinya itu kok ada yang rusak barang buktinya. Itu kok bisa? Kan harusnya ada dokter forensiknya yang ngerti, harusnya bisa ditanyakan kok bisa rusak?" Jelasnya.
"Sebenarnya keluarga ini ya bertanya tanya, kok lama banget sampai saat ini belum terungkap. Kalau yang lain-lain itu 3-4 hari bisa terungkap ini kok belum terungkap. Padahal semua sudah dilakukan, saksi yang diperiksa ada 55 orang, olah TKP sudah berulang ulang tapi belum juga ada hasil," tambah DN.
Tak ada hal lain yang dirinya dan keluarganya harapkan saat ini selain tersangka segera ditangkap dan polisi tidak salah tangkap.
Adalah CN (7), putri DN yang diduga menjadi korban pembunuhan dan pemerkosaan pada 13 November 2024. Saat itu CN pulang dari sekolahnya dengan mengendarai sepeda angin berwarna pink seorang diri.
Sang Ibu yang tengah hamil 8 bulan cemas karena hingga pukul 11.15 WIB putrinya tak kunjung pulang. Bersama paman korban, sang ibu mencari keberadaan CN hingga ke sekolah dan menyisir jalan yang dilintasi CN saat pulang sekolah.
Jenazah CN ditemukan tergeletak di sebuah kebun kosong di disamping gubuk reot dalam keadaan tak berdaya dengan kepala belakang mengeluarkan darah. Selain itu, seragam yang dikenakan korban pun berantakan, kancing bagian atasnya terlepas, dan pakaian bagian bawahnya tertanggal.
Keluarga dan kepala sekolah didampingi sejumlah guru berupaya menyelamatkan korban di klinik terdekat tetapi nyawa korban tak tertolong. Peristiwa yang tak terlupakan bagi keluarga CN itu sempat mendapat perhatian dari Menteri PPA hingga mendatangi kediaman korban pada 15 Mei 2024.
(dpe/hil)